Waspada Leptospirosis Jelang Musim Hujan Dab!

Waspada Leptospirosis Jelang Musim Hujan Dab!

Adji G Rinepta - detikJogja
Selasa, 24 Okt 2023 18:03 WIB
MARIKINA, PHILIPPINES - SEPTEMBER 15: Residents receive cash and free medicine for turning over rats at the City Environmental Management Office (CEMO) on September 15, 2022 in Marikina, Metro Manila, Philippines. The local government of Marikina City, a suburb east of Manila, is offering money to residents in exchange for catching rodents as part of a
Waspada Leptospirosis Jelang Musim Hujan Dab! (Foto Ilustrasi tikut pembawa leptospirosis: Getty Images/Ezra Acayan)
Jogja -

Permasalahan sampah di Jogja masih belum usai dan diprediksi segera memasuki musim hujan pada November mendatang. Ancaman penyakit leptospirosis pun mengintai.

"Jumlah kasus (leptospirosis) di Jogja ini ada tujuh (kasus selama 2023)," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Emma Rachmi Aryani saat jumpa pers di Balai Kota Jogja, Selasa (24/10/2023).

Penyakit leptospirosis ini terkait dengan hewan tikus sebagai pembawa bakteri. Olah karenanya, masyarakat diminta selalu menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, penyakit ini pun bisa mengakibatkan kematian jika tak tertangani segera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya memang ini lebih ke kebersihan lingkungan, sebetulnya juga masalah sampah ya, karena dari tikus ya. Harapannya ya kebersihan baik lingkungan rumah kebersihan diri itu yang diutamakan," jelasnya.

Apa Itu Leptospirosis?

Dikutip dari laman resmi Dinas Kesehatan DIY, leptospirosis merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen. Penyakit ini ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia.

ADVERTISEMENT

Leptospirosis umumnya ditularkan melalui kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir seperti lubang hidung dan kelopak mata, pada saat kontak dengan suatu benda, genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.

Leptospirosis atau dikenal sebagai demam urine tikus diduga memiliki penyebaran penyakit yang paling luas di dunia. Beberapa kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, hingga gaya hidup.

Adapun pekerjaan yang memiliki risiko tinggi penularan seperti petani atau pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih, saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging, dan militer.

Gejala Leptospirosis

Gejala penyakit leptospirosis sangat bervariasi. Mulai dari tanpa gejala sampai berdampak fatal hingga menyebabkan kematian. Gejala leptospirosis yang tidak boleh diabaikan adalah demam mendadak, lemah, mata merah, sakit kepala, nyeri otot betis, hingga kekuningan pada kulit.

Gejala tersebut sekilas mirip dengan gejala penyakit yang lain. Untuk itu, diharapkan pasien untuk menyampaikan kepada dokter yang memeriksa terkait kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum muncul gejala untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut berisiko untuk kontak dengan urine tikus atau tidak.

Ancaman Leptospirosis di Kota Jogja

Emma menuturkan biasanya penyakit leptospirosis kerap muncul di kawasan yang masih terdapat sawah. Lantaran sawah menjadi habitat dari tikus.

"Ini lebih ke kemantren-kemantren yang masih ada sawahnya biasanya, karena ini lebih ke air misalnya di sawah, biasanya ada tikus yang kencing, tikus yang terinfeksi (leptospirosis)," jelas Emma.

"Misalnya di situ ada petani, harapannya ya pakai sepatu boot, sehingga apabila punya luka itu tidak langsung terkontaminasi dengan air yang mengandung kencing tikus yang terinfeksi," imbuhnya.

Emma pun mengaku pihaknya telah melakukan langkah preventif guna meminimalisir ancaman leptospirosis di Kota Jogja.

"Kita sudah peningkatan kapasitas SDM-nya, maksudnya dari dokternya, kemudian juga untuk sosialisasi bahaya-bahaya penyakit ini, kami pun juga sudah lakukan melalui medsos dan lain-lain," ungkapnya.

"Kemudian yang dilakukan apabila ada kasus ya kita mengadakan PE atau penelitian epidemiologi, (mencari) apa penyebab (asal) dari penyakit ini," pungkas Emma.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)

Hide Ads