Memasuki musim penghujan, warga diimbau waspada penyebaran penyakit leptospirosis akibat urine hewan. Masyarakat diimbau untuk waspada dan melakukan deteksi dini penyakit leptospirosis.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu Aditya Prasaja mengatakan, penyakit leptospirosis menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Batu. Mengingat, penyebaran penyakit ini biasa terjadi saat musim hujan.
Ia menjelaskan, penyebaran penyakit itu muncul dari urine hewan, salah satunya tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Seseorang yang terpapar penyakit tersebut akan mengalami beberapa gejala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengalami gejala mual, lemas dan sakit kepala. Kondisi itu disertai dengan munculnya nyeri betis, mata merah dan kulit kuning," ujar Aditya kepada wartawan, Minggu (17/11/2024).
Dampak paling kritis yang bisa diidap seseorang yang terpapar penyakit leptospirosis adalah gagal ginjal hingga mengakibatkan kematian. Dari situ, Dinkes Kota Batu mengimbau masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
"Upaya deteksi dini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis,"kata Aditya.
"Menindaklanjuti edaran tersebut, kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terkait kebutuhan reagen rapid test untuk leptospirosis. Selain itu, kami juga membuat surat kewaspadaan leptospirosis ke desa, kelurahan dan rumah sakit," sambungnya.
Cara deteksi dini penyakit tersebut melalui pemeriksaan gejala dan riwayat pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan selama kurun waktu satu sampai dua minggu terakhir.
Aditya mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal serta memastikan di sekitar rumah tidak memiliki akses keluar masuk hewan, utamanya tikus.
"Saat beraktivitas di kebun atau sawah diharapkan menggunakan alas kaki dan selalu mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah melakukan aktivitas di luar rumah," pesannya.
(hil/hil)