Lasiyo Syaifudin (72) atau Mbah Lasiyo, begitu dia disapa, bukan sekadar lansia asal Padukuhan Ponggok, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul. Dia menerima julukan 'Profesor Pisang' karena keberhasilannya dalam pembibitan pisang.
Bagaimana ceritanya Mbah Lasiyo bisa menerima predikat tersebut meski dirinya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD)?
Kakek murah senyum ini menceritakan bahwa awalnya melakukan usaha bertani sejak tahun 1996. Namun, saat itu Lasiyo bukan petani pisang, melainkan petani yang menanam padi, jagung, kedelai, kacang, cabai, terong maupun tomat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seiring berjalannya waktu, tepatnya pasca gempa bumi Mei 2006, saya baru merasakan bahwa budi daya tanaman pangan di sawah itu sangat kurang sekali. Karena banyak petani hampir putus asa atau murung," katanya saat ditemui di kediamannya, Ponggok, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Rabu (3/4/2024).
"Bahkan sekitar dua tahun lahan pertanian itu dibiarkan atau tidak digarap. Nah, kalau dibiarkan berlarut-larut akhirnya kita akan kekurangan pangan," lanjut Lasiyo.
Pria berkaus putih ini pun memiliki ide untuk membangkitkan semangat para petani di Kalurahan Sidomulyo. Ide tersebut adalah dengan cara menanam pisang dan sudah Lasiyo ajukan ke Lurah Sidomulyo saat itu.
"Saya bersama warga dan pak Lurah mempunyai gambaran untuk membangkitkan semangat dengan cara menanam tanaman pisang. Karena menanam pisang itu terbilang murah meriah dan mudah," ucapnya.
![]() |
Mudah, kata Lasiyo, karena untuk menanam pohon pisang tidak rumit dan bisa dikatakan bibit pun tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga istilahnya tidak sulit mendapatkan bibit seperti bibit jagung hibrida.
"Selanjutnya saya koordinasi pak Lurah dan setuju, dan saat itu ditanya caranya gimana. Lalu saya bilang dengan cara mengajak masyarakat menanam pisang di kebunnya masing-masing. Bisa 1,2,5 hingga 10 nanti kan bisa berkembang," ujarnya.
"Terus bibitnya gimana? Kebetulan saya punya link di Dinas Pertanian Jogja. Nah, akhirnya kita bisa merealisasikan dan menjadi peraturan desa agar warga Sidomulyo bisa lebih banyak menanam pisang," imbuh Lasiyo.
Saat itu, Lasiyo menceritakan bahwa Lurah mau membelikan bibit pisang dengan syarat muncul kelompok tani. Selain itu, satu rumah yang mau menanam 50 bibit pisang bakal dibelikan bibit.
"Tapi kalau kurang dari 50 bibit tidak dibelikan, itu tahun 2006-2007," katanya.
Lebih lanjut, pada 2007 muncul proyek farmer empowerment through agricultural technology and information (FEATI) dari pemerintah pusat. Proyek itu adalah program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
"Tapi pemberdayaan itu baru bisa terealisasi tahun 2008, itu didanai dari pusat. Pembelajaran itu cukup lama, 3-4 tahun. Setelah itu dalam rangka pembelajaran itu saya ambilnya budi daya tanaman pisang pasca terpuruknya warga," ucapnya.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2008 mendapat ajakan dari Fakultas Teknik Pertanian UGM untuk belajar di Jakarta. Setelah mengikutinya, Lasiyo mulai bisa mengembangkan beberapa jenis tanaman pisang dan berjalan dengan baik hingga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
"Pengalaman saya nol karena saya walaupun dijuluki profesor tapi saya tamatan SD. Jadi hanya otodidak dan saya hanya sering mencoba seperti apa nanti hasilnya," katanya.
"Saya kalau mencoba minimal tiga kali, seperti penangkaran bibit pisang, pupuk dan pestisida. Nanti kita aplikasikan, jangan sampai bisa membuat tapi tidak bisa dimanfaatkan," lanjut Lasiyo.
Setelah mendapatkan ilmu tersebut, Lasiyo mulai merambah ke pembibitan pisang. Dari situ pembibitannya banyak yang berhasil hingga akhirnya Sidomulyo menjadi juara nasional.
"Akhirnya setelah 2009-2011 saya merangkak pembibitan, penangkaran hasil pembelajaran tiga tahun itu. Selama itu dapat bibit juga untuk bertanam hingga pembinaan maupun pengarahan, lalu tahun 2012 Sidomulyo juara nasional," ujarnya.
Dengan pencapaian itu, Sidomulyo menjadi lebih mudah untuk mendapat bantuan bibit pisang dan lain-lain. Pencapaian Lasiyo pun terdengar hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul dan akhirnya membantu membuat koperasi Agro Mirasa Boga Bantul Yogyakarta atau disingkat 'Amboy'.
![]() |
Diundang ke Italia
Setelah koperasi berjalan, tahun 2014 Lasiyo kedatangan tamu dari Italia. Saat itu, mereka hendak melaksanakan kegiatan dan melakukan survei karena Lasiyo mau diundang ke Italia.
"Tapi saat itu saya paido (mencerca), karena hanya informasi," ujarnya.
Mbah Lasiyo ternyata mendapat undangan lagi. Namun dia tidak yakin. Simak ceritanya di halaman berikut.
Lalu pada tahun 2015 ternyata ada kunjungan lagi untuk memperkuat undangannya ke Italia tahun 2016. Namun, Lasiyo kembali lagi belum yakin karena belum ada undangan secara fisik.
"Apalagi ke luar negeri perlu paspor, mengurus visa dan lain-lain. Akhirnya bulan April-Mei 2016 undangan datang, saat itu sata masih belum percaya. Nah, bulan Agustus saya diminta untuk membuat paspor dan tanggal 20 Agustus saya diminta mengurus visa," ucapnya.
"Akhirnya saya berangkat ke Italia 20 September. Di sana saya mengisi seminar internasional," lanjut Lasiyo.
Selama di acara tersebut, Lasiyo mengaku menggunakan bahasa Jawa. Pasalnya, Lasiyo mengaku sudah ada video yang menjelaskan bagaimana cara pembibitan pisang dengan bahasa Italia.
"Tapi di situ saya bawa video, sudah di-setting sebulan sebelum berangkat video sudah dikirim. Jadi saya pakai bahasa Jawa saat itu, saya enam hari pakai pakaian Jawa terus, surjan, dan blangkonan," katanya.
Sepulang dari Italia, Lasiyo mengaku mendapatkan banyak tamu dan beberapa kali diundang di acara TV. Bahkan beberapa kali Lasiyo mendapatkan penghargaan dan uang sebagai bentuk dukungan terhadap upayanya.
![]() |
Punya 12 Bibit Pisang di Rumahnya
Lasiyo menambahkan, bahwa saat ini sedang sibuk mengurus penangkaran untuk bibit pisang. Mengingat saat ini sudah ada 12 jenis bibit pisang di rumahnya.
Adapun 12 bibit itu terdiri dari varietas pisang tanduk, moro sebo, raja kidang, barangan, raja nangka, cavendish, raja bagus, raja bulu, kapok kuning, kojo/susu, emas kirana dan ambon kuning.
"Saat ini sibuk mengurus penangkaran bibit pisang. Ada 12 jenis bibit pisang di sini dengan jumlah stok sekitar 3 ribu bibit," katanya.
Bibit pisang itu Lasiyo jual dengan harga yang cukup terjangkau. Bahkan, Lasiyo juga memberikan pestisida alami setiap pembelian bibit pisang hasil penangkarannya.
"Saya jual bibit mulai Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu. Memang harga bibit saya mahal, tapi saya jamin dengan fasilitas pembelian berapa pun akan kami beri vaksin pestisida alami buatan sendiri," ujarnya.
Meski menyebut harga bibitnya mahal, Lasiyo mengaku daya jual bibitnya tinggi. Mengingat saat ini Lasiyo harus menyewa lahan untuk mengembangkan penangkaran bibit pisang.
"Alhamdulillah daya jualnya kalau saya hanya memproduksi sendiri masih kewalahan karena banyak pesanan. Sehingga saya menyewa lahan, tahun 2022-2023 empat lokasi dan 2024 jadi 8 lokasi," katanya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu