Sulap Lele Jumbo Jadi Abon, Ibu-ibu di Srandakan Hasilkan Cuan Jutaan Rupiah

Sulap Lele Jumbo Jadi Abon, Ibu-ibu di Srandakan Hasilkan Cuan Jutaan Rupiah

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 09 Mar 2024 16:45 WIB
Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024).
Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja.
Bantul -

Sejumlah ibu-ibu di Wonotingal, Poncosari, Kapanewon Srandakan, Bantul yang tergabung dalam kelompok pengolahan Ikan Minarasaku cukup kreatif untuk menghasilkan cuan. Dengan keahlian yang dimiliki, para ibu-ibu itu menyulap lele berukuran besar menjadi abon lele.

Lele dengan ukuran jumbo ini awalnya relatif tidak laku di pasaran. Tetapi, di tangan para ibu-ibu lele tersebut disulap jadi bahan makanan yang cukup digemari. Tidak heran jika dari usahanya itu, mereka mampu meraup jutaan rupiah setiap bulan.

detikJogja pun berkesempatan untuk melihat langsung proses pembuatan abon berbahan lele jumbo itu. Berada di rumah produksi di Poncosari, Srandakan tampak beberapa ibu-ibu tengah menguliti lele berukuran besar. Kemudian mereka mengukusnya. Setelah itu, mereka memisahkan daging dari duri dan tulang lele tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selesai melakukan pemisahan daging dan duri, daging lele dicampur bumbu halus dan digoreng. Usai menjalani penggorengan, daging lele dimasukkan ke dalam alat berbentuk tabung untuk menghilangkan minyak dan setelah jadi abon berlanjut dengan mengemasinya.

Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024).Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Awal Ide Pembuatan Ambon Lele

Kepala Divisi Pemasaran Abon Lele Minarasaku, Guritna Candra Dewi menjelaskan, ide membuat abon lele muncul pada Juli 2023. Di mana saat itu ada program pemberdayaan Rumah Amal Salman.

ADVERTISEMENT

"Lalu mereka mengobrol dengan ibu-ibu agar produktif. Karena ibu-ibu, kita berpikir bagaimana anak-anak bisa lebih aman dan tertarik dalam mengonsumsi ikan," katanya kepada wartawan di rumah produksi abon lele, Poncosari, Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024).

Melihat banyak ikan lele berukuran besar yang ada di sekitar Wonotingal yang jarang laku dijual, akhirnya mereka memutuskan untuk memanfaatkannya sebagai bahan baku abon lele. Mengingat untuk membuat abon lele membutuhkan daging yang cukup banyak

"Maka kita berpikir untuk membuat abon, tetapi untuk membuat abon kan membutuhkan ikan-ikan yang besar. Nah, yang di daerah sini yang mudah diperoleh adalah lele, apalagi kalau lele yang ukuran besar kan jarang laku di pasar, itu kita ambil," ucapnya.

"Lalu kita coba membuat abon lele. Apalagi ternyata abon lele kandungnya bagus seperti fosfor, tinggi protein dan lemak jenuhnya rendah," lanjut Guritna.

Proses Pembuatan

Terkait cara pembuatannya, Guritna mengungkapkan bahwa pertama harus menggunakan lele berukuran besar. Lebih rinci, satu ekor lele minimal harus memiliki berat di atas satu kilogram.

"Pertama pilih lele dengan berat di atas satu kilogram, selanjutnya menguliti dulu lalu dikukus sekitar 15 menit," ujarnya.

Setelah menjalani proses pengukusan, daging lele mulai dipisahkan dari duri. Selanjutnya, daging lele dicampur dengan bumbu halus yang terdiri dari rempah-rempah alami, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jahe, sereh dan daun jeruk.

"Lalu daging dicampur bumbu yang sudah dihaluskan dan kita goreng sekitar 20-24 menit. Setelah digoreng daging itu kita spin untuk menghilangkan minyak dan setelah kering lalu dikemasi," katanya.

Dalam satu bulan, kata Guritna, ibu-ibu mampu memproduksi 28 kilogram abon lele. Sedangkan untuk proses pembuatan abon lele, dari awal sampai akhir memakan waktu sekitar lima jam.

"Jadi 33 kilogram lele itu jadi 7-8 kilogram abon lele karena satu kilogram abon itu memerlukan daging lele seberat 4,6 kilogram. Nah, kita dalam sebulan itu minimal produksi empat kali jadi dalam satu bulan bisa produksi 28 kilogram abon lele," ujarnya.

Belum masifnya produksi, ujarnya, karena masih mengandalkan pesanan dari instansi dan masyarakat. Mengingat usaha abon lele ini terbilang masih seumur jagung.

"Untuk pemasaran kita sebenarnya selama ini masih di lingkup Jogja dan sampai Jakarta. Lalu kerja sama dengan instansi terkait dan penyedia layanan jasa antar. Jadi lebih ke jualan online by WhatsApp dan kita yang mengupayakan bagaimana cara penjemputan dan pengantarannya," ucapnya.

Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024).Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Harga Mulai Rp 13 Ribu

Untuk harga jual abon lele, Guritna mengaku bervariasi menyesuaikan kemasan. Seperti abon lele curah atau tanpa kemasan dan label dibanderol Rp 195 ribu per kilogram.

"Kalau abon lele kemasan 50 gram Rp 13 ribu dan kemasan 100 gram Rp 25 ribu," katanya.

Dari usaha yang baru berjalan sekitar tujuh bulan ini, Guritna mengaku bisa meraup omzet jutaan rupiah per bulannya. Namun, semua itu kembali lagi untuk membayar ibu-ibu yang terlibat dalam produksi.

"Kita omzet rutin masih di bawah Rp 5 juta, kalau pas banyak pesanan pernah sampai Rp 7 juta. Tapi kan semua juga untuk pemasukan dan membayar ibu-ibu karena sekali produksi itu biasanya melibatkan lima orang," ucapnya.

Harapan ke depannya, Guritna ingin memperluas pemasaran abon lele. Selain itu, saat ini pihaknya tengah berupaya mengolah sisa dari bahan baku abon lele untuk menjadi olahan bernilai ekonomis.

"Ke depannya kita mau memperluas pasar dan baru mencoba mengolah kulit, sirip dan telur lele agar menjadi olahan dengan nilai ekonomi tinggi," katanya.

Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024).Proses pembuatan abon lele di Srandakan, Bantul, Kamis (7/3/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja



(apl/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads