Puasa Syawal 6 Hari Harus Berturut-turut atau Tidak? Ini Ketentuannya

Puasa Syawal 6 Hari Harus Berturut-turut atau Tidak? Ini Ketentuannya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Rabu, 02 Apr 2025 14:50 WIB
Ilustrasi doa puasa Syaban.
Ilustrasi puasa. Foto: Freepik/Freepik
Jogja -

Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki banyak keutamaan yang telah dijelaskan oleh para ulama. Ibadah ini merupakan sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan telah dilakukan sejak zaman sahabat, tabi'in, hingga umat Islam saat ini. Namun dalam praktiknya, banyak umat Islam yang masih mempertanyakan, puasa Syawal 6 hari harus berturut-turut atau tidak?

Perlu diingat bahwa puasa Syawal memang dianjurkan, tetapi berpuasa pada tanggal 1 Syawal hukumnya haram. Oleh karena itu, pengerjaan puasa Syawal bisa dimulai pada tanggal 2 Syawal atau sehari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Lantas, apakah puasa Syawal harus dikerjakan berturut-turut selama 6 hari atau tidak? Mari simak penjelasan lengkapnya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puasa Syawal 6 Hari Harus Berturut-turut atau Tidak?

Melaksanakan puasa Syawal dapat dilakukan dengan dua cara, masing-masing memiliki keutamaannya sendiri. Berdasarkan buku Fikih Puasa tulisan Ali Musthafa Siregar, cara yang paling utama (afdhal) dalam melaksanakan puasa Syawal adalah dengan menjalankannya secara berturut-turut.

Artinya, seseorang memulai puasa sejak tanggal 2 Syawal dan melanjutkannya tanpa putus hingga enam hari berturut-turut. Cara ini lebih dianjurkan karena menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan ibadah serta lebih mendekati keutamaan yang dijanjikan dalam syariat Islam.

ADVERTISEMENT

Namun, meskipun melaksanakan puasa Syawal secara berturut-turut lebih utama, seseorang yang tidak mampu melaksanakannya tetap diperbolehkan untuk melaksanakan puasa Syawal secara terpisah. Puasa dapat dilakukan pada hari-hari tertentu selama bulan Syawal, meskipun tidak dilakukan secara berurutan. Hal ini tetap dianggap sah dan mendapatkan kesunnahan puasa Syawal sesuai dengan penjelasan dalam Tuhfah Al-Muhtaaj Juz 3 Hal. 457.

Apakah Wajib Qadha Ramadhan Sebelum Puasa Syawal?

Masih dikutip dari buku Fikih Puasa oleh Ali Musthafa Siregar, dalam situasi tertentu, beberapa orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, seperti karena haid atau alasan lain, dapat memilih untuk menggabungkan niat antara puasa qadha dan puasa Syawal. Hal ini menjadi solusi bagi mereka yang khawatir tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan keduanya secara terpisah. Menurut pendapat sebagian ulama, ini diperbolehkan, dan seseorang tetap dapat melaksanakan kewajiban qadha sembari mendapatkan keutamaan puasa Syawal.

Namun, perlu dicatat bahwa sebagian ulama berpendapat bahwa untuk meraih keutamaan puasa Syawal secara penuh, puasa Syawal sebaiknya dilakukan terpisah dari qadha puasa Ramadhan. Artinya, puasa Syawal tidak dapat digabungkan dengan niat puasa qadha jika ingin meraih keutamaan penuh.

Oleh karena itu, bagi mereka yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, disarankan untuk mendahulukan qadha puasa terlebih dahulu sebelum melaksanakan puasa Syawal. Dengan begitu, kita bisa memperoleh keutamaan yang lebih sempurna.

Bacaan Niat Puasa Syawal

Saat hendak melaksanakan puasa Syawal, niat menjadi bagian yang penting dalam menentukan keabsahan ibadah puasa tersebut. Niat ini bisa dilakukan cukup dengan dalam hati, sesuai dengan prinsip dasar dalam pelaksanaan puasa sunnah. Namun jika ingin dilafalkan, terdapat bacaan khusus yang bisa diucapkan untuk menguatkan niat tersebut. Bacaan niat puasa Syawal yang umum dilafalkan adalah sebagai berikut:

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ Ψ΄ΩŽΩ‡Ω’Ψ±Ω Ψ΄ΩŽΩˆΩ‘ΩŽΨ§Ω„ΩŒ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰
Nawaitu shauma shahri syawwāla sunnatan lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Saya niat puasa bulan Syawal, sunnah karena Allah ta'ala."

Bacaan niat ini menegaskan bahwa puasa yang dilakukan merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, sesuai dengan ajaran Islam. Bacaan niat yang dilafalkan ini tidaklah wajib, karena niat puasa pada dasarnya cukup dilakukan dalam hati, tetapi dengan melafalkannya, seseorang bisa lebih fokus dan konsentrasi pada tujuan ibadah tersebut.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Kedahsyatan Puasa oleh M Syukron Maksum, niat merupakan syarat sah dalam pelaksanaan ibadah puasa, termasuk puasa Syawal. Meskipun demikian, dalam buku Panduan Praktis Ibadah Puasa yang ditulis oleh Drs E Syamsuddin, disebutkan bahwa untuk puasa sunnah, termasuk puasa Syawal, niat sebenarnya cukup dilakukan di dalam hati, tidak harus dilafalkan. Yang penting adalah niat untuk melaksanakan ibadah tersebut karena Allah Ta'ala.

Selain itu, dalam pelaksanaan puasa sunnah, termasuk puasa Syawal, terdapat kemudahan dalam menggabungkan beberapa niat puasa dalam satu waktu. Jika puasa Syawal bertepatan dengan hari Senin atau pertengahan bulan (Ayyamul Bidh), kita bisa berniat untuk melaksanakan puasa Syawal, puasa Senin, dan puasa Ayyamul Bidh dalam satu kali puasa. Dengan cara ini, seorang Muslim dapat memperoleh keutamaan dari ketiga jenis puasa sekaligus.

Keutamaan Puasa Syawal 6 Hari

Dalam buku Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan karya Ceceng Salamudin, disebutkan bahwa puasa Syawal memberikan keutamaan yang luar biasa bagi mereka yang menjalankannya dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Berikut adalah dua keutamaan utama dari puasa enam hari di bulan Syawal:

1. Setara dengan Puasa Selama Setahun Penuh

Salah satu keutamaan paling besar dari puasa enam hari di bulan Syawal adalah mendapatkan pahala yang setara dengan puasa selama satu tahun penuh. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

"Barang siapa yang telah berpuasa Ramadhan, kemudian ia melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, niscaya ia seperti puasa satu tahun penuh." (HR. Muslim)

Keutamaan ini dijelaskan lebih lanjut dengan konsep perhitungan pahala dalam Islam, di mana satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Puasa Ramadhan yang berlangsung selama satu bulan setara dengan pahala puasa selama sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal, jika dikalikan sepuluh, maka menjadi enam puluh hari atau dua bulan. Sehingga jika dijumlahkan, pahala yang diperoleh setara dengan puasa selama satu tahun penuh. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai, Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa bulan Ramadhan sama dengan puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan puasa dua bulan, maka jumlahnya menjadi satu tahun." (HR. An-Nasai)

Dengan menjalankan puasa Syawal, seorang Muslim berkesempatan mendapatkan pahala yang sangat besar, seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun hanya dengan menambahkan enam hari puasa setelah Ramadhan.

2. Menyempurnakan Kekurangan dalam Puasa Ramadhan

Keutamaan lain dari puasa Syawal adalah sebagai penyempurna bagi puasa Ramadhan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam buku Fikih Puasa karya Ali Musthafa Siregar, disebutkan bahwa puasa Syawal berperan seperti sholat sunnah yang dilakukan setelah sholat wajib. Sebagaimana sholat sunnah dapat menutupi kekurangan dalam sholat wajib, puasa enam hari di bulan Syawal juga dapat menyempurnakan ibadah puasa yang mungkin tidak dilakukan dengan sempurna selama bulan Ramadhan.

Selama menjalankan puasa Ramadhan, manusia tidak luput dari kesalahan, baik dalam menjaga emosi, mengontrol lisan, maupun dalam hal-hal lain yang dapat mengurangi pahala puasa. Oleh karena itu, puasa Syawal menjadi kesempatan untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan tersebut.

Demikianlah tadi penjelasan lengkap mengenai puasa Syawal 6 hari yang bisa dikerjakan secara berturut-turut maupun terpisah. Semoga bermanfaat!




(par/par)

Hide Ads