Selain opor, momentum Lebaran alias Idul Fitri juga identik dengan ketupat. Sebenarnya, bagaimana sejarah ketupat sehingga terasosiasikan dengan Idul Fitri hingga saat ini? Berikut penjelasannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, ketupat adalah makanan dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa berbentuk kantong segi empat. Beras tersebut lalu direbus dan dimakan sebagai pengganti nasi.
Saat Lebaran tiba, detikers bisa dengan mudah menjumpai ketupat di mana-mana. Tak hanya dalam bentuk makanan saja, bentuknya yang ikonik juga akan tampak dalam banner, spanduk, maupun poster-poster bertema Lebaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini mungkin mengundang tanda tanya di pikiran detikers. Seperti apa kisahnya ketupat ini hingga menjadi tradisi ketika Idul Fitri? Guna menjawab pertanyaan tersebut, simak artikel lengkapnya di bawah ini, yuk!
Sejarah Ketupat yang Menjadi Simbol Khas Idul Fitri
Dirujuk dari NU Online, menurut HJ de Graaf dalam Malay Annal, ketupat adalah simbol Idul Fitri kala pemerintahan Kerajaan Demak pimpinan Raden Patah. Bungkusnya yang terbuat dari daun pohon kelapa kering disebabkan kondisi geografis wilayah pesisir.
Sebagaimana detikers ketahui, wilayah pesisir memang biasanya ditumbuhi pohon-pohon kelapa atau nyiur. Karena jumlahnya yang banyak, masyarakat setempat lantas meminta Sunan Kalijaga untuk berdakwah dengan memakai ketupat.
Pasalnya, saat itu, Wali Songo (salah satunya Sunan Kalijaga) butuh media pendekatan yang sesuai untuk masyarakat. Di antaranya adalah ketupat sebagai pendekatan budaya agraris, sebagaimana dijelaskan majalah Sugesti edisi bulan Mei 2021.
Dengan memasukkan ketupat, masyarakat yang sebelumnya sudah mengenalnya bisa lebih menerima Islam. Lambat laun, ketupat kemudian menjadi semakin populer di kalangan umat Islam, terlebih ketika Sunan Kalijaga menjadikannya sebagai simbol Lebaran Ketupat.
Dulunya, masyarakat punya tradisi Selametan atas hasil panen. Mereka berterima kasih kepada Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan, yang begitu penting bagi masyarakat agraris. Ketika Islam datang, tradisi ini kemudian diakulturasikan sedemikian rupa oleh Sunan Kalijaga.
Disadur dari buku History of Madura oleh Drs H Muh Syamsuddin MSi, Lebaran Ketupat biasa juga dikenal dengan sebutan Lebaran kecil atau bakda cilik. Tradisi ini bertujuan merayakan selesainya ibadah puasa Syawal enam hari pasca Idul Fitri.
Semenjak dipakai oleh Sunan Kalijaga hingga sekarang, ketupat selalu membersamai umat Islam Indonesia saat Lebaran. Di samping bentuknya yang khas, ketupat juga mengandung makna filosofis mendalam.
Makna Filosofis Ketupat yang Identik dengan Lebaran
Tak hanya berdasar lembaran sejarah, ketupat juga dianggap punya filosofi khusus berkaitan dengan Lebaran. Dikutip dari Jurnal Sociopolitico bertajuk 'Makna Simbolik dan Kultural Tradisi Lebaran Ketupat bagi Masyarakat Jawa' oleh Sriyana dan Wiwik Suprapti, berikut beberapa poin-poin pentingnya:
1. Janur Kuning
Janur kuning atau pelepah daun kelapa muda adalah lambang tolak bala. Bahan satu ini dijadikan pembungkus beras yang kemudian menjadi ketupat. Dengan kehadiran janur kuning, cita-cita yang terkandung adalah untuk menggapai atau memperoleh nur Allah dengan hati atau jiwa yang suci.
2. Beras
Beras sebagai bahan utama pembuat ketupat adalah simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Hal ini dimaksudkan sebagai doa agar masyarakat senantiasa diberi kelimpahan setelah hari raya.
3. Santan
Santan atau santen dianggap sama dengan kata 'ngapunten' yang bermakna 'minta maaf'. Oleh karena itu, adanya santan dalam ketupat dianggap menyimbolkan permintaan maaf seseorang kepada orang lain yang berkunjung ke rumahnya dan memakan makanan ini.
4. Bentuk 4 Sudut
Bila detikers perhatikan baik-baik, ketupat berbentuk layang-layang sehingga memiliki 4 sudut. Keempatnya melambangkan empat penjuru mata angin dan 1 pusat. Maksudnya, dari arah mana pun manusia berjalan, tetap saja kembalinya menuju Allah SWT.
Empat sudut ketupat juga bisa dimaknai sebagai 4 macam nafsu manusia, yakni amarah (nafsu emosional), aluamah (nafsu memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu memiliki sesuatu yang indah), dan mutmainah (nafsu memaksakan diri). Dan keempat nafsu ini bisa takluk dengan 1 amalan, yakni puasa.
5. Anyaman Ketupat
Bagi orang Jawa, anyaman ketupat bermakna kesalahan dosa manusia. Ketika anyaman telah dibelah, maka tampak warna putih dari beras yang telah masak. Ini adalah simbol kebersihan dan kesucian yang bisa diperoleh setelah puasa Ramadan satu bulan penuh.
Nah, itulah informasi ringkas mengenai sejarah ketupat hingga bisa jadi makanan ikonik saat Lebaran. Semoga menambah pengetahuan detikers, ya!
(sto/sto)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM