Apakah Puasa Asyura Bisa Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan? Ini Hukumnya

Apakah Puasa Asyura Bisa Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan? Ini Hukumnya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 05 Jul 2025 18:12 WIB
Beautiful Asian young Muslim woman sit on the floor in her house and praying for a holy god - Allah in Islam believe.
Ilustrasi niat puasa. (Foto: Getty Images/golfcphoto)
Jogja - Setiap tahun, hukum menggabungkan puasa Asyura dan qadha Ramadhan selalu jadi topik panas. Terlebih mendekati tanggal pelaksanaan puasa Asyura. Jadi, bolehkah keduanya digabung?

Sebagaimana sudah difirmankan Allah SWT, puasa Ramadhan yang ditinggalkan harus diganti. Dengan catatan, seorang muslim tidak keberatan untuk melaksanakannya sesuai aturan syariat. Bila terlalu berat, mungkin karena sakit-sakitan atau terlalu tua, qadha puasa Ramadhan bisa diganti fidyah.

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS al-Baqarah: 184)

Puasa qadha Ramadhan hukumnya wajib, sedangkan puasa Asyura sunnah. Meski begitu, puasa Asyura menyimpan keutamaan besar yang tidak boleh diremehkan. Dilansir buku Risalah Hadis-Hadits Bulan Muharram oleh Abdullah bin Shalih al-Fauzan, Nabi SAW bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Artinya: "Puasa Asyura aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa satu tahun yang lalu." (HR Muslim no 1162)

Kedua puasa ini sama-sama penting sehingga sebagian orang kemudian berpikir untuk menggabungkannya. Mengingat, memang ada puasa-puasa yang boleh dikerjakan bersamaan dalam satu hari. Nah, di bawah ini penjelasan hukum apakah puasa Asyura bisa digabung dengan puasa qadha Ramadhan atau tidak!

Hukum Menggabung Puasa Asyura dan Qadha Ramadhan

Dalam ilmu fikih, menggabungkan niat disebut tasyrik an niyyat atau tasyrik ibadatain fi niyyah sebagaimana diterangkan Yulian Purnama dalam buku Belajar Puasa Syawal Sekali Duduk. Nah, terdapat 3 ketentuan mendasar tentang penggabungan niat ini:

  1. Bila latar belakang kedua ibadah sifatnya tadakhul (bertemu satu sama lain), maka hukumnya boleh.
  2. Jika salah satu ibadah bersifat ghairu maqshudah bidzatiha (bukan zat ibadahnya yang dituntut), sedangkan ibadah lain bersifat wajib atau sunnah, maka boleh.
  3. Jika kedua ibadah yang ingin digabung bersifat maqshudah bidzatiha (dituntut zat ibadahnya), maka tidak boleh.

Puasa Asyura, sebagaimana Syawal, adalah ibadah yang dituntut zatnya, sama dengan puasa Qadha Ramadhan. Oleh karena itu, kedua ibadah ini tidak bisa digabungkan. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:

أما أن تصوم الست بنية القضاء والست فلا يظهر لنا أنه يحصل لها بذلك أجر الست الست تحتاج إلى نية خاصة في أيام مخصوصة

Artinya: "Adapun jika Anda puasa Syawal dengan menggabung niat puasa Qadha dan puasa Syawal, maka saya memandang puasa Syawalnya tidak sah. Karena puasa Syawal membutuhkan niat khusus dan membutuhkan hari-hari yang khusus." (Fatawa Nurun 'alad Darbi no 45)

Sementara itu, disadur laman NU Online, ulama-ulama Syafi'iyyah berbeda pandangan mengenai penggabungan niat puasa Asyura dengan Qadha Ramadhan. Ada yang menganggap sah, sedangkan yang lain menentang.

Imam ar-Ramli dalam kitab Nihayatul Muhtaj termasuk ulama yang membolehkan. Ia berkata:

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - تَبَعًا لِلْبَارِزِيِّ وَالْأَصْفُونِيِّ وَالنَّاشِرِيِّ وَالْفَقِيهِ عَلِيِّ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيِّ وَغَيْرِهِمْ

Artinya: "Kalau seorang puasa Qadha atau Nadzar di hari Asyura, maka dia mendapatkan pahala puasa sunnah Asyuranya juga, sebagaimana fatwa ayah kami (Syamsudin ar-Ramli) mengikuti fatwanya al-Barizi, al-Asfuni, an-Nasyiri, al-Faqih Ali bin Shalih al-Hadrami dan selainnya." (Nihayatul Myhtaj, juz III, hal 208)

Sementara itu, Imam Abdurrahman Ba'alawi menulis dalam kitabnya:

قلت : واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً ، كما لو نوى الظهر وسنتها ، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً

Artinya: "Aku berkata, "Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam as-Samanhudi memegang pendapat tidak tercapainya salah satu dari keduanya (kedua-duanya tidak sah) jika berniat dengan dua niat secara bersamaan. Sebagaimana seseorang yang berniat sholat Dzhuhur sekaligus niat sholat sunnahnya. Bahkan, beliau menegaskan tidak sah seseorang puasa sunah Syawwal sementara ia masih memiliki tanggungan puasa qadha Ramadhan." (Bugyatul Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba'dh al-Aimmah al-Mutaakkhirin).

Dirujuk dari laman NU Jombang, Ibnu Hajar al-Haitami berpendapat bahwa puasa sunnah bisa digabung dengan Qadha Ramadhan. Dengan catatan, seseorang meniatkan keduanya. Pun, pahala puasa sunnahnya bisa diraih.

Akhir kata, ada ulama yang sama sekali tidak membolehkan penggabungan niat puasa Asyura dengan Qadha Ramadhan. Ada juga ulama yang membolehkan dengan syarat keduanya diniatkan. Namun, ada juga ulama yang mengatakan kedua pahala puasa tersebut bisa diraih dengan hanya meniatkan Qadha Ramadhan saja. Wallahu a'lam bish-shawab.

Mana yang Lebih Utama? Puasa Asyura atau Qadha Ramadhan?

detikers yang mengikuti pendapat tidak boleh menggabungkan keduanya mungkin berpikir untuk mengerjakan salah satunya saja. Pertanyaannya, mana yang lebih utama dikerjakan dahulu? Apakah itu puasa Asyura? Atau justru qadha Ramadhan?

Disadur dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah oleh Hari Ahadi, yang paling baik adalah puasa qadha Ramadhan dahulu. Dasarnya adalah jawaban Abu Hurairah RA ketika ditanya mengenai kebolehan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, padahal ia punya utang puasa Ramadhan.

Abu Hurairah menjawab, 'Jangan'. Si penanya kemudian bertanya alasannya. Abu Hurairah menerangkan, 'Mulailah dengan menunaikan hak Allah, kemudian berpuasa sunnah-lah sesuai keinginanmu.' (Al-Mushannaf, 7715)

Dari sini, sudah jelas bahwasanya puasa Qadha Ramadhan lebih diutamakan ketimbang puasa Asyura. Mengingat, puasa qadha Ramadhan hukumnya wajib, sedangkan puasa Asyura sunnah. Syaikh Muhammad al-Utsaimin berkata:

الأولى أن يبدأ بالقضاء، حتى لو مر عليه عشر ذي الحجة أو يوم عرفة، فإننا نقول: صم القضاء فى هذه الأيام وربما تدرك أجر القضاء وأجر صيام هذه الأيام، وعلى فرض أنه لا يحصل أجر صيام هذه الأيام مع القضاء، فإن القضاء أفضل من تقديم النقل

Artinya: "Lebih utama mengqadha puasa lebih dulu (daripada melakukan puasa sunnah). Bahkan meskipun jika dia berada pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah atau hari Arafah, maka kami katakan, 'Berpuasalah qadha pada hari-hari tersebut.' Dan bisa saja di samping mendapatkan pahala mengqadha kamu juga mendapatkan pahala berpuasa pada hari-hari tersebut. Anggaplah tidak mendapatkan pahala berpuasa pada hari-hari itu ketika niat seseorang berpuasa untuk mengqadha, akan tetapi itu tetap lebih utama daripada mendahulukan puasa sunnah." (Asy-Syarh al-Mumti', VI/443)

Demikian pembahasan lengkap mengenai hukum menggabungkan puasa Asyura dengan qadha Ramadhan. Semoga menjawab, ya!


(sto/sto)

Hide Ads