Melonjaknya kasus rabies di Bali kembali menjadi sorotan. Kabupaten Jembrana mencatatkan rekor tertinggi kasus rabies di Bali dalam tiga tahun terakhir.
Saat ini, seluruh kecamatan di Gumi Makepung itu kini telah masuk zona merah rabies.
Berdasarkan data dari Januari hingga 19 Mei 2022 lalu, sudah tercatat sebanyak 107 kasus positif rabies dari ribuan kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Jembrana. Jumlah tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel otak anjing yang menggigit warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, jumlah orang yang tergigit anjing yang telah terkonfirmasi positif rabies, bisa lebih tinggi lagi. Sebab, setiap kasus anjing rabies bisa menggigit 2-3 orang.
Korban gigitan anjing rabies di Jembrana pun berasal dari berbagai kalangan, dari balita hingga ketua DPRD Jembrana. Tak hanya itu, kematian seorang warga di lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Jembrana belum lama ini diduga mengarah pada rabies. Hal itu lantaran warga tersebut memiliki riwayat gigitan anjing dan menurut pemeriksaan mengalami radang otak.
Di tengah kasus rabies yang kembali melonjak, terungkap fakta bahwa kasus rabies di Jembrana telah berstatus kejadian luar biasa (KLB) sejak tahun 2008 silam. Itu berarti, status KLB rabies sudah berlangsung selama 14 tahun.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, I Made Dwipayana. Tak hanya Jembrana, ia menyebut status KLB kasus rabies berlaku untuk seluruh kabupaten di Bali sejak 2008.
"Kalau status KLB provinsi, se-Bali sejak 2008," kata Dwipayana kepada detikBali, Jumat (20/5/2022) lalu.
Dwipayana menambahkan, status KLB kasus rabies di Bali sejak tahun 2008 belum dicabut, termasuk untuk Jembrana. Dengan demikian, status KLB sebenarnya masih berlaku. Terlebih saat ini kasus gigitan anjing suspek rabies di Jembrana tertinggi.
Selain menggelar vaksinasi rabies, langkah lainnya yang ditempuh oleh Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana yang menangani hewan penular rabies adalah dengan mematikan atau eliminasi selektif terhadap hewan penyalur rabies, terutama anjing liar.
Langkah eliminasi anjing tersebut tak pelak menimbulkan pro dan kontra. Ada pihak yang tak setuju dan lebih memilih menggencarkan vaksinasi, ada pula yang mendukung sebagai upaya menekan penyebaran rabies.
"Setiap eliminasi selektif kami melibatkan aparat desa, dan masyarakat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Sutama, Senin (23/5/2022).
Rabies di Karangasem dan Tabanan
Selain Jembrana, kabupaten di Bali lainnya yang melaporkan adanya kasus rabies beberapa pekan terakhir antara lain Karangasem dan Tabanan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, sudah ada sebanyak 1.248 kasus gigitan anjing di Karangasem sejak awal tahun hingga pertengahan Mei 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 47 kasus gigitan anjing dinyatakan positif rabies. Jumlah gigitan hewan penular rabies itu diperkirakan akan terus bertambah mengingat saat ini masih banyak anjing yang belum disuntik vaksin rabies.
Sementara itu di Kabupaten Tabanan, kasus positif rabies pada hewan juga mengalami peningkatan di tahun ini. Hingga pertengahan Mei 2022, sudah ada 5 kasus positif rabies di Tabanan. Padahal, sepanjang tahun 2021 lalu, hanya tercatat 1 kasus rabies.
Ikuti berita tentang kasus rabies di Bali dengan klik link-link di bawah ini.
Ingin tahu lebih lengkap tentang kasus rabies di Bali? Baca berita selengkapnya di bawah ini.
1. Warga Mendoyo Bali Meninggal Diduga Akibat Gigitan Anjing Rabies
2. Rabies di Jembrana Melonjak, Ternyata Berstatus KLB Sejak 2008
3. Sikapi Kasus Rabies di Jembrana, Eliminasi Selektif Ditempuh
4. Gejala Pasien Meninggal di Jembrana Mengarah Rabies
5. Rabies di Jembrana Mengganas, Korban Balita hingga Ketua DPRD
6. Lagi, Kasus Anjing Rabies Muncul di Tabanan, Sempat Gigit Warga
7. Kasus Rabies di Tabanan Meningkat, Stok VAR Hanya Cukup Dua Bulan
8. Vaksin Rabies di Karangasem Menipis, Gigitan Anjing Meningkat
9. Remaja Putri di Karangasem Diterkam Anjing, Diduga Rabies
10. Picu Rabies, Anjing Liar Sulit Divaksinasi di Karangasem
(iws/iws)