Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja terus berupaya melestarikan pengetahuan sejarah atas berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kali ini mengangkat sejarah hadirnya Kerajaan Mataram Islam, tepatnya saat Panembahan Senopati bersama ayahnya, Ki Ageng Pemanahan membuka hutan yang bernama Alas Mentok di Kotagede.
Dikemas dalam sebuah pawai, event ini bernama Pawai Alegoris Harmoni Jogja 2024. Bertajuk Harmony in Old Mataram, pawai ini menyajikan sejarah berdirinya Mataram Islam kala itu. Dengan aksi teatrikal tepat di depan Pasar Kotagede.
"Masyarakat awam bahkan masyarakat kita sendiri mungkin tahunya hanya sejarah Kota Jogja. Padahal kalau dirunut jauh ke belakang itu ada sejarah Mataram Islam di Alas Mentaok Kotagede," jelas Penjabat Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto saat ditemui di kawasan Kotagede, Kota Jogja, Sabtu (8/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdirinya Mataram Islam kala itu bertautan dengan sejarah masa kini. Para keturunannya berpencar dan mendirikan kerajaan masing-masing. Salah satunya adalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Sebenarnya sejarah membuktikan, sejarah mengatakan bahwa dari Kotagede inilah Keraton Mataram Hadiningrat ini muncul dan nilai sejarah ini yang harus kita rawat terus," katanya.
Diawali dari Jalan Kemasan atau Kotagede sisi Utara, pawai ini melibatkan para masyarakat. Tercatat 10 kelompok yang menghadirkan beragam narasi sejarah Kotagede. Mulai dari dibukanya hutan hingga berdirinya kerajaan Mataram Islam.
Di satu sisi, Sugeng menilai pawai ini tak sekadar berbicara esensi sejarah dan budaya. Dengan kemasan yang menarik juga dapat menjadi potensi wisata. Sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
"Melalui visualisasi simbolik, pawai ini memberikan informasi yang berkaitan dengan destinasi wisata di Jogja khususnya Kotagede. Jadi edukasi sejarahnya dapat, wisatanya juga dapat," ujarnya.
Pawai Alegoris, lanjutnya, juga menjadi bukti bahwa potensi Kota Jogja tak hanya Malioboro. Dengan adanya sejarah di kawasan Kotagede, maka dapat menjadi wisata heritage. Dengan mengunjungi setiap sudut bekas Kerajaan Mataram Islam.
![]() |
"Ditambah saat ini Kotagede juga memiliki beragam potensi. Mulai dari kuliner hingga kerajinan tangan perak, ini nilai yang luar biasa," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja Wahyu Hendratmoko menuturkan Pawai Alegoris merupakan wujud promosi wisata Kota Jogja sisi Selatan. Kotagede dipilih karena ekosistem wisata yang sudah berjalan konsisten.
Pawai Alegoris, lanjutnya, terwujud karena adanya kolaborasi bersama komunitas. Khususnya yang telah mengisi keberagaman Kotagede. Diantaranya Komunitas Lawang Pethuk, Tamasya Karsa, House of Kotagede, Kampung Wisata Purbayan, Kampung Wisata Rejowinangun dan lainnya.
Itulah mengapa peserta pawai hadirkan keotentikan Kotagede. Seperti Situs Manukberi, Situs Beteng Cepuri, Situs Padas Temanten, Situs Watu Gajah, Situs Nogobondo. Ada pula Situs Beteng Peleman, Situs Watu Gilang, Situs Sumur Retno Dumilah, Situs Sendang Selirang dan Situs Watu Gatheng.
"Seluruhnya memiliki cerita unik untuk menarik perhatian wisatawan. Dengan alur cerita yang menawan, diharapkan wisatawan yang berkunjung ke Kotagede tentu akan terpesona," ujarnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Cerita Warga Jogja Korban TPPO di Kamboja, Dipaksa Tipu WNI Rp 300 Juta/Bulan
Jokowi Diadukan Rismon ke Polda DIY Terkait Dugaan Penyebaran Berita Bohong