Ki Dalang Panjang Mas atau biasa disebut Panjang Mas merupakan seorang dalang terkenal pada masa Kerajaan Mataram Islam. Konon Ki Panjang Mas memiliki seorang istri yang cantik bernama Ratu Malang yang mampu meluluhkan hati Raja Mataram ke-4, Amangkurat I.
Juru Pelihara Kompleks Makam Ratu Malang, Sardjito (48) mengatakan kisah cinta segitiga ini bermula dari Ki Panjang Mas yang sedang melakukan syiar agama melalui media wayang di keraton. Berawal dari sinilah Amangkurat I terpesona oleh kecantikan Ratu Malang dan berniat untuk menjadikannya permaisuri.
"Dia (Panjang Mas) kan dalang pertama Mataram yang syiar agama melalui media wayang, terus suruh main di keraton. Tahu kok istrinya cantik mau diminta sama raja, tapi dia (Panjang Mas) tidak memperbolehkan. Terus selang beberapa hari lagi dia disuruh bermain di keraton, tapi sebelum bermain di keraton para dalang dan pemusiknya dijamu makan minum dan minumannya dikasih racun," tutur Sardjito kepada detikJogja saat ditemui di lokasi, Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Senin (11/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat racun tersebut, Ki Panjang Mas beserta para pemusiknya tewas dan dimakamkan di kompleks pemakaman yang dibangun Amangkurat I dengan bantuan prajuritnya.
"Semuanya meninggal di keraton terus dimakamkan di sini. Makamnya namanya Antakapura, artinya Istana Kematian," tambahnya.
Menurut cerita Sardjito, Ratu Malang yang memiliki nama asli Retno Gumilang atau Nyai Truntum meninggal saat sedang mengandung dua bulan. Ratu Malang merasa terpaksa menikah dengan Amangkurat I hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Kan baru 2 bulan (Ratu Malang hamil), minum racun, ikut meninggal juga (janinnya). Waktu hamil itu dinikahi, diperistri (oleh Amangkurat I), tapi kan terpaksa," cerita Sardjito.
Sardjito menceritakan Amangkurat I berniat untuk memakamkan jasad istrinya di puncak paling atas Gunung Kelir. Namun setelah digali ternyata makam tersebut mengeluarkan air terus menerus.
"Itu dulu mau buat makam Ratu Malang. Tapi setelah sampai di sana airnya keluar dan Amangkurat menunggu disitu selama 7 hari 7 malam tetap nggak kering. Tapi malam yang terakhir Amangkurat mimpi, bahwa Ratu Malang sudah berdampingan dengan suaminya terus minta dimakamkan dekat suaminya. Terus dipindah dekat suaminya tapi beda kompleks karena dia sudah dianggap sebagai permaisuri raja," jelasnya.
Bekas galian makam tersebut kini dikenal dengan nama Sendang Moyo yang berarti samar. Hingga saat ini, sendang tersebut tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau.
3 Kisah Tentang Sosok Ki Panjang Mas
Menanggapi cerita yang berkembang di masyarakat, Dosen Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada, Rudy Wiratama, S.IP., M.A, mengatakan menurut Babad Panjang Mas, suami Ratu Malang merupakan seorang dalang dan menantu dari Kyai Wayah.
Menurutnya, di dalam khazanah kebudayaan Jawa paling tidak terdapat tiga orang yang dikenal dengan sebutan 'Panjang Mas'. Panjang Mas pertama memiliki nama lain Panjang Mas Carik. Dirinya merupakan putra pertama dari Panembahan Juru Mayem dan dipercaya sebagai sekretaris oleh Sultan Agung.
"Panjang Mas yang pertama adalah sekretarisnya Sultan Agung. Nah, Panjang Mas yang pertama itu adalah putra dari Panembahan Juru Mayem. Kalau ditarik ke atas, dia adalah keturunan Juru Martani. Ki Juru Mertani itu adalah salah satu pendiri Mataram selain Ki Ageng Pemanahan, ayahnya Panembahan Senopati," ucap Rudy saat dihubungi detikJogja pada Kamis (14/12).
Rudy menuturkan Panjang Mas Carik memiliki menantu bernama Kyai Ledok Jiwo yang merupakan seorang dalang. Menantunya ini mengabdi di Mataram dan juga memakai nama Panjang Mas. Dari menantunya, Panjang Mas Carik memiliki cucu bernama Kyai Wayah.
"Panjang Mas (Carik) ini mempunyai menantu seorang dalang yang asalnya dari Gedug, namanya Kyai Ledok Jiwo yang kemudian setelah mengabdi di Mataram dia juga memakai nama mertuanya, Panjang Mas. Panjang Mas yang menikah dengan putri dari Pangeran Panjang Mas Carik tadi punya anak laki-laki yang diberi nama Kyai Wayah, Kyai Wayah juga seorang dalang," tuturnya.
"Kyai Wayah ini mempunyai seorang anak perempuan yang kita sebut sebagai Ratu Malang itu tadi. Ratu Malang ini kebetulan mempunyai suami seorang dalang, Kebetulan menantunya Kyai Wayah itu namanya Kyai Rogobondo juga disebut sebagai Panjang Mas," imbuhnya.
Ia mengungkapkan berdasarkan Babad Panjang Mas, suami dari Ratu Malang merupakan Panjang Mas yang ketiga atau menantu dari Kyai Wayah. Untuk lokasi makam Panjang Mas ketiga ini terdapat beberapa versi pendapat.
Salah satu versi mengatakan makam Panjang Mas ketiga berada di Gunung Kelir, sedangkan versi lainnya mengatakan bahwa makam yang berada di Gunung Kelir merupakan makam Panjang Mas pertama atau Carik.
"Menurut Babad Panjang Mas, suaminya Ratu Malang itu Panjang Mas yang ketiga, Panjang Mas yang menantunya Kyai Wayah yang kemudian dimakamkan di Gunung Kelir, tapi itu menurut salah satu versi soalnya ada yang mengatakan yang meninggal disitu adalah Panjang Mas yang abdi dalem Sultan Agung," ungkapnya.
Ratu Malang Bukan Sinden
Menurut Rudy, Ratu Malang tidak dapat dianggap sebagai seorang sinden sebab tidak tercatat dalam babad. Selain itu, status Ratu Malang yang merupakan keluarga dari keraton dengan gelar Raden Ajeng tidak mungkin jika seorang sinden.
"Kalau dianggap sinden, bukan. Sinden itu profesi tersendiri dan mestinya kalau Ratu Malang itu sinden, ada tercatat di dalam babad kalau Ratu Malang itu seorang sinden, tapi kenyataannya tidak. Dan status beliau sebagai keluarga keraton ya, jadi Ratu Malang itu masih cucunya dari Panjang Mas Carik, paling tidak dia itu masih menyandang gelar Raden Ajeng. Di masa dahulu kan seorang Raden Ajeng kok menjalani profesi sebagai sinden yang identik dengan seniman keliling, kan bisa disimpulkan bahwa Ratu Malang itu bukan sinden," tegasnya.
Arti Nama Ratu Malang
Sosok Ratu Malang dalam cerita rakyat diketahui sebagai seorang sinden yang sangat cantik. Oleh karena kecantikannya, ia dijadikan selir oleh Amangkurat I dan berhasil membuat selir lainnya iri karena merasa terhalangi oleh Ratu Malang. Oleh karena itu, ia diberi julukan 'Malang' yang berarti menghalangi.
Di sisi lain, Rudy menerangkan terdapat dua versi dalam mengartikan kata 'Malang'. Versi pertama menyebutkan dalam Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia, malang berarti sial dan tidak beruntung. Sedangkan versi kedua mengartikan kata 'Malang' dari Bahasa Jawa yang artinya melintang.
"Ada dua versi, Ratu Malang ada yang mengatakan bahwa malang itu dari kata-kata malang, sial, tidak beruntung, tapi kan itu bahasa Melayu bahasa Indonesia. Sementara kalau dalam bahasa Jawa, Malang itu kan artinya melintang," ucapnya.
"Nah artinya apa bahwa Ratu Malang itu adalah orang yang melintangi antara Sultan Keraton, Sultan Amangkurat, itu dengan istri-istri yang lain padahal dia bukan dari kalangan ningrat katakanlah. Kalau ningrat kan dia garisnya sudah agak turun karena ayahnya itu, karena (sama) ibunya menikah dengan orang biasa dan juga neneknya dulu menikah dengan orang biasa, maka dianggap melintang," imbuhnya.
Selain itu, gelar 'Malang' yang berarti melintang ini memiliki dua makna, yakni Ratu Malang menghalangi selir lain dari cintanya Amangkurat I dan cara pengangkatan Ratu Malang menjadi permaisuri raja dianggap tidak prosedural.
"Melintang itu ya bisa berarti menghalang-halangi yang lain dari cintanya Amangkurat, sebagai istri yang paling dicintai itu dia. Ada yang dikatakan bahwa dinamakan Ratu Malang karena dia itu tidak prosedural yang menjadi permaisuri itu, jadi langsung diangkat begitu saja," ungkapnya.
"Ketika dia hidup bersama Amangkurat ternyata tidak bisa merasakan kebahagiaan dan akhirnya malah meninggal dunia, itu jadi dua pemaknaan itu sama-sama punya dasar pemikiran walaupun ya beda sistem simbol yang dipakai," tambahnya.
Misteri Kematian Ratu Malang
Rudy meluruskan kisah kematian Ratu Malang dan janinnya bukan disebabkan oleh racun. Sebab, dalam karya tulis De Graff menyebutkan Ratu Malang memiliki keturunan.
"Dalam catatan sejarah dan ini pernah ditulis juga oleh De Graff bahwa Ratu Malang dengan Dalang Panjang Mas sudah punya anak laki-laki. Anak laki-laki itu kemudian diangkat menjadi anaknya Amangkurat I dengan nama Pangeran Natabrata atau Pangeran Selarong. Itu salah satu sumber yang saya ketahui. Jadi kalau hamil kemudian minum racun saya kira bukan karena anak laki-lakinya itu ada dan dia sampai menginjak usia dewasa sampai punya gelar pangeran," cerita Rudy.
Rudy menceritakan sesudah suaminya meninggal, Ratu Malang kemudian diboyong ke dalam keraton. Meskipun sudah menikah dengan Amangkurat 1, Ratu Malang masih teringat dengan sosok Ki Dalang Panjang Mas.
"Jadi dalam keraton itu karena dia masih teringat suaminya maka tidak makan, tidak tidur, lama lama jatuh sakit dan akhirnya meninggal,". jelasnya
Kematian Ratu Malang menimbulkan kemarahan Amangkurat I. Ia menyalahkan pihak abdi dalem kerajaan yang dianggap lalai dalam menjaga Ratu Malang.
"Ketika Ratu Malang itu meninggal dianggap bahwa dayang-dayang atau pelayan di kanan kirinya itu lalai tidak dapat menjalankan tugas dengan baik. Maka dari itu kemudian dayang dayang atau para pelayannya Ratu Malang itu dikubur hidup-hidup bersama dengan jenazahnya Ratu Malang," terang Rudy.
Penyebab Kematian Ki Panjang Mas
Lebih lanjut, Rudy mengatakan penyebab kematian Ki Dalang Panjang Mas sendiri terdapat beberapa macam versi.
"Kalau kematiannya itu macam-macam. Ada yang mengatakan itu diracun, ada yang mengatakan pada waktu mendalang dibunuh, dipenggal kepalanya. Ada yang mengatakan bahwa dia itu dihukum gantung. Versinya macam-macam," kata Rudy.
Akan tetapi, pada intinya kematian Ki Dalang Panjang Mas sendiri tidak dilakukan oleh perbuatan Amangkurat I seorang diri.
"Tapi pada ringkasnya bahwa itu tidak dilakukan oleh Amangkurat I sendiri tapi oleh orang suruhan. Orang suruhannya siapa itu kan tidak pernah dijelaskan dalam sejarah," jelas Rudy.
Terakhir, Rudy berpendapat keberadaan mitos yang beredar di masyarakat tidak perlu diperdebatkan kebenarannya.
"Namanya mitologi atau legenda itu jangan dipertanyakan benar tidaknya, tapi yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana mitologi itu bekerja. Dan mitologi itu kan bekerja untuk menyediakan jawaban-jawaban tentang pertanyaan tertentu pada masyarakat tentu saja sesuai dengan alam pikirnya masing-masing," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Novi Vianita, Iis Sulistiani, dan Galardialga Kustanto, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi