Mengulik Watu Gatheng, Batu Mainan Putra Panembahan Senopati

Mengulik Watu Gatheng, Batu Mainan Putra Panembahan Senopati

Iis Sulistiani - detikJogja
Kamis, 21 Des 2023 13:56 WIB
Watu Gatheng di kompleks situs Watu Gilang, Kotagede, Jogja. Foto diunggah pada Senin (30/10/2023).
Foto: Watu Gatheng di kompleks situs Watu Gilang, Kotagede, Jogja. Foto diunggah pada Senin (30/10/2023). (Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Jogja -

Kotagede sebagai bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam memiliki berbagai benda peninggalan bersejarah dari sang pendiri kerajaan, Panembahan Senopati. Salah satu peninggalan yang bisa disaksikan yaitu Watu Gilang dan Watu Gatheng.

Kedua peninggalan tersebut tersimpan di dalam bangunan kecil yang letaknya tidak jauh dari Masjid Gedhe Mataram. Selain Watu Gatheng, di dalam bangunan tersebut juga terdapat sebuah batu persegi empat yang dikenal dengan nama Watu Gilang.

Dalam cerita yang beredar di masyarakat, Watu Gilang dipercaya sebagai singgasana Panembahan Senopati. Sedangkan Watu Gatheng diketahui sebagai mainan dari putra Panembahan Senopati, Raden Rangga. Lantas, bagaimana kisah selengkapnya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Watu Gatheng, Konon Mainan Raden Rangga

Dalam buku Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta oleh V. Wiranata Sujarweni, dikatakan bahwa Panembahan Senopati memiliki putra bernama Raden Rangga. Dikisahkan jika sosok Raden Rangga dikenal dengan pribadi yang nakal dan sakti.

Salah satu mainannya yaitu berupa tiga batu bulat masif menyerupai bola yang berwarna kekuning-kuningan. Batu-batu tersebut sangat berat untuk ukuran manusia. Akan tetapi, Raden Rangga justru bermain dengan batu ini untuk dilempar-lemparkan.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kota Jogja, terdapat pendapat yang mengatakan jika batu-batu tersebut merupakan peluru meriam kuno. Pada masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram, dibuatlah meriam berukuran besar yang diberi nama Pancawura.

Meriam yang saat ini berada di halaman Pagelaran Keraton Surakarta itu pernah dicoba untuk penyerangan ke Batavia. Akan tetapi, sulit untuk dilaksanakan karena ukurannya yang besar dan sarana prasarananya yang tidak memadai.

Watu Gilang Sebagai Singgasana Panembahan Senopati

Selain Watu Gatheng, di dalam bangunan tersebut juga terdapat Watu Gilang yang dipercaya sebagai batu singgasana Panembahan Senopati. Watu Gilang berwarna hitam dan berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 2 x 2 meter.

Dalam buku Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta dijelaskan, konon di batu ini pula Panembahan Senopati mendapat wangsit melalui Lintang Johar. Batu ini dibawa dari hutan Lipuro yang kini dikenal dengan daerah Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY.

Di atas singgasana inilah Kerajaan Mataram digerakkan oleh Panembahan Senopati. Jika diperhatikan, pada batu ini terdapat cekungan yang dipercaya sebagai tempat terbunuhnya Ki Ageng Mangir, musuh sekaligus menantu Panembahan Senopati.

Demikian informasi mengenai sejarah Watu Gatheng sebagai batu mainan putra Panembahan Senopati. Semoga menambah pengetahuan detikers, ya!

Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apu/ams)

Hide Ads