Awal Mula Jadi Empu
Ditemui saat tengah memamerkan keris buatannya di pameran Reka Cipta #2: Lumur Wesi Aji di Jogja, Intan menceritakan awal mula ia terjun ke dunia pembuatan keris. Dimulai saat menjadi mahasiswi satu-satunya di Prodi Senjata Tradisional di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.
"Kenapa saya memilih prodi itu awalnya, karena ada beasiswa waktu itu di tahun 2012. Terus saya belajar tentang keris dan melanjutkan sampai sekarang, Saya juga alumnus pertama di prodi senjata yang perempuan," jelasnya saat ditemui di Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Jogja, Kamis (29/5) sore.
"Saya memulai dari nol, waktu ditawari beasiswa saya belum pernah memegang keris, belum tahu bentuknya seperti apa. Jadi saya belajar dari awal, proses membuatnya, sejarahnya, dan filosofinya," sambungnya.
Selain karena mendapat beasiswa, Intan tertarik menjadi empu karena minimnya literasi yang menyebut adanya empu wanita. Selain itu, ia ingin melunturkan stigma maskulinitas pada empu.
"Keris ini kan identik dengan maskulinitas dan laki-laki. Saya ingin tahu keberadaan perempuan di dunia perkerisan itu seperti apa," papar Intan.
"Sependek pengetahuan saya, kemungkinan ada 5 (empu wanita). Di Madura juga ada yang terkenal. Dan saya juga tertarik untuk memperkenalkan dan melanjutkan sejarah," lanjutnya.
Siapa sangka, berawal dari kesempatan beasiswa itu malah membuat Intan semakin dalam menggeluti dunia pembuatan keris ini. Puluhan karya sudah ia ciptakan dalam kurun waktu 10 tahun ia menjadi empu.
Intan pun juga aktif mengajar untuk melestarikan seni keris ini, utamanya bagi anak-anak. Selain itu agar empu wanita terus ada dan tidak berhenti beregenarasi.
"Saya mengajar di prodi senjata tradisional (ISI Solo), Saya juga mengajar anak-anak kecil, memperkenalkan bentuk keris, ceritanya, dan sejarahnya lewat foto," ungkap Intan.
"Saya ingin lebih banyak perempuan Indonesia yang mau menggeluti atau belajar tentang keris. Mereka bisa menjadi praktisi, sejarawan, atau antropolog," imbuhnya.
Bikin Keris dari Knalpot Bekas
Ketua Panitia pameran Reka Cipta #2, Hanusapati menjelaskan gelaran yang didanai Kementerian Kebudayaan melalui dana Indonesiana ini, sebenarnya merupakan proyek riset dan dokumentasi proses pembuatan karya-karya keris oleh empu-empu muda sekarang.
Dalam proyek ini, lanjutnya, mengambil empat orang empu sebagai objek riset, yakni Empu Priyan dari Wonosari, Empu Puriyadi dari Gunungkidul, Empu Intan Anggun Pangestu dari Solo, dan Empu Tejo Tukarno dari Jogja.
"Jadi ini kami perlakukan seperti karya seni rupa, kami memberikan tema dan mereka merespons tema yang kami tawarkan. Nah, kali ini temanya adalah recycle, jadi bisa kami relasikan dengan konteks ekologi," jelas Hanusapati.
"Jadi bagaimana mereka menghadapi tantangan ini untuk menggunakan bahan-bahan daur ulang dalam penciptaan karya-karya keris. Hasilnya sangat menarik. Ada yang pakai paku bekas, ada yang pakai bekas bengkel, macam-macam sebagai campuran besinya," imbuhnya.
Menjadi salah satu dari empat Empu dalam proyek ini, Intan merespon tema recycle dengan membuat keris memanfaatkan knalpot bekas sebagai campuran materialnya. Ia menggunakan material knalpot ini sebagai pengganti nikel.
"Di pameran ini saya menggunakan besi baja. Harusnya nikel, tapi saya menggunakan knalpot bekas. Selongsongnya itu saya jadikan pengganti nikel. Secara material, untuk warna hampir sama karena masih ada kandungan krom atau nikel di knalpot," ungkap Intan.
Dalam pameran ini Intan menampilkan dua keris yang ia buat selama sebulan. Keris ini bernama Keris Patrem Ron Wening ini, menurutnya terinspirasi dari filosofi daun pisang. Secara bentuk pun keris ini menyerupai daun pisang.
"Saya mengambil daun pisang sebagai perwujudan seorang perempuan yang lahir kembali, entah itu sebagai ibu, praktisi, atau profesi lain. Untuk yang dipamerkan ini, 1 bulan bisa membuat 2 keris," terang Intan.
"Karena daun pisang memiliki tiga fase satu yang sedang menggulung, satu yang baru muncul, dan satu yang sudah sobek-sobek. Itu saya eksplorasi bentuknya. Kebetulan waktu tugas akhir juga membuat tombak daun pisang. Nah ini saya aplikasikan ke keris," urainya.
Bagi warga Jogja yang ingin melihat dan menikmati karya keris dari Intan dan empu-empu lainnya, dalam mengunjungi pameran Reka Cipta #2: Lumur Wesi Aji, di Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Jogja, mulai 29 Mei hingga 4 Juni 2025.
(apl/ahr)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa