Berbicara mengenai sejarah Mataram Islam tentu tak lepas dari sosok-sosok penting di baliknya, seperti Ki Juru Martani. Peran Ki Juru Martani dikenal cukup penting lantaran sebagai patih dan penasihat Panembahan Senopati pemimpin Kerajaan Mataram Islam.
Dirujuk dari laman resmi SMA Negeri 13 Semarang, Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586. Kerajaan besar yang kelak diperintah oleh raja-raja agung ini didirikan oleh Panembahan Senopati atau bernama asli Danang Sutawijaya.
Dalam proses pendirian kerajaan tersebut, Danang Sutawijaya ditemani oleh Ki Juru Martani. Selain menemani Panembahan Senopati untuk mengokohkan Mataram Islam, Ki Juru Martani juga punya banyak peran lainnya semasa hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi detikers yang berkeinginan untuk menelaah lebih lanjut sosok patih pertama Mataram Islam, di bawah ini detikJogja sudah siapkan kisah singkatnya.
Garis Keturunan Ki Juru Martani
Menurut informasi dari buku Babad Tanah Jawi oleh Soedjipto Abimanyu, Ki Juru Martani adalah putra dari Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan. Sementara itu, ibunya adalah Nyai Ageng Saba, putri dari Ki Ageng Sela.
Dari garis keturunan ayah, Ki Juru Martani bergaris keturunan hingga Sunan Giri alias Maulana Ainul Yaqin. Pasalnya, sang ayah adalah putra dari Sunan Kidul (anak Sunan Giri).
Sementara itu, dari garis keturunan ibu, nasab Ki Juru Martani sampai kepada Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit (versi babad) yang terkenal. Hal ini dikarenakan Ki Ageng Sela selaku kakeknya merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya.
Lebih lanjut, Ki Juru Martani punya seorang adik perempuan bernama Nyai Sabinah yang kemudian menikah dengan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan sendiri cucu dari Ki Ageng Sela. Jadi, bisa dibilang, Ki Ageng Pemanahan adalah adik sepupu sekaligus ipar Ki Juru Martani.
Kisah Berdirinya Mataram Islam dan Gelar Pertama Ki Juru Martani
Dirangkum dari buku Kitab Terlengkap Sejarah Mataram oleh Soedjipto Abimanyu, semua bermula dari sayembara yang diadakan oleh Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, penguasa Pajang. Sultan Pajang tersebut berjanji akan memberikan Alas (hutan) Mentaok dan Pati kepada siapa saja yang berhasil membunuh Arya Penangsang.
Menanggapi sayembara tersebut, Ki Ageng Pemanahan, Danang Sutawijaya, Ki Panjawi, dan Ki Juru Martani menyanggupi. Keempatnya kemudian bekerja sama dan berhasil membunuh Arya Penangsang. Adapun pembunuh tepatnya adalah Danang Sutawijaya dengan tombak Kyai Plered dan keris Kyai Setan Kober.
Ki Panjawi diberi wilayah Pati, sedangkan Ki Ageng Pemanahan bersama Sutawijaya dan Ki Juru Martani diberi Hutan Mentaok. Singkat cerita, hutan tersebut dibuka dan berdirilah kadipaten Mataram. Kehidupan rakyatnya berkembang pesat di bawah kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan atau juga dikenal sebagai Ki Ageng Mataram.
Tak lama setelah itu, Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia, tepatnya pada tahun 1575. Kadipaten Mataram kemudian dipimpin oleh Danang Sutawijaya. Setelah menjadi penguasa Kadipaten Mataram, Danang Sutawijaya kemudian menaklukkan Arya Pangiri, Sultan Pajang.
Penaklukkan Arya Pangiri setelah Sultan Hadiwijaya wafat tersebut merupakan permintaan Pangeran Benawa yang merupakan ahli waris sah atas Pajang kepada Sutawijaya. Usai berhasil dikalahkan, Pangeran Benawa dan Sutawijaya menguasai Pajang.
Tahta Pajang kemudian digabungkan dengan Kadipaten Mataram sehingga berdirilah Kerajaan Mataram Islam. Danang Sutawijaya menjadi raja pertamanya dengan gelar Panembahan Senopati. Adapun Ki Juru Martani, sosoknya menjadi patih dengan gelar Kiai Adipati Mandaraka.
Peran Ki Juru Martani dalam Kerajaan Mataram Islam
Ki Juru Martani punya banyak peran dalam Kerajaan Mataram Islam. Ia senantiasa memberi nasihat kepada Panembahan Senopati dalam mengurus kerajaan. Salah satunya, sebagaimana informasi dari laman Dinas Kebudayaan DIY, adalah kala menaklukkan Mangir.
Mangir adalah wilayah di Kotagede yang dipimpin oleh Ki Ageng Mangir Wanabaya III. Ia dikenal memiliki tombak sakti bernama Kyai Baru Klinting. Karena pusaka sakti ini, Panembahan Senopati tidak berani melawannya secara langsung untuk merebut Mangir.
Ki Juru Martani kemudian membuat siasat untuk menjebak Ki Ageng Mangir. Ia menyusupkan Raden Ajeng Pembayun, putri Panembahan Senopati, ke dalam rombongan punggawa yang pergi ke Mangir. Begitu melihatnya, Ki Ageng Mangir jatuh hati dan kemudian menikahi Raden Ajeng Pembayun.
Tak lama, tersiar kabar adanya hadiah untuk siapa saja yang menemukan Raden Ajeng Pembayun. Mendengar berita tersebut, Raden Ajeng Pembayun yang telah mengaku sebagai anak Panembahan Senopati bersama suaminya bergegas pergi ke Istana Mataram Islam.
Di sana, Ki Juru Martani dengan cerdik meminta senjata Ki Ageng Mangir agar dititipkan saja. Akibatnya, tatkala menghadap, Ki Ageng Mangir tidak ditemani senjata saktinya dan kemudian dengan mudah dibunuh Panembahan Senopati, mertuanya sendiri.
Masih banyak peran Ki Juru Martani yang lain dalam sejarah Mataram Islam. Misalnya, dalam cerita rakyat, Ki Juru Mertani adalah orang yang memperoleh ide untuk melindungi Mataram dari lahar Gunung Merapi. Konon, sebagaimana kisah dalam buku Antologi Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Dhanu Priyo Prabowo, ide tersebut didapatnya dari bertapa.
Setelah bertapa, Ki Juru Martani mendapat petunjuk untuk mengambil Telur Endhog degan dari Nyi Ajeng Ratu Kidul. Telur tersebut kemudian ditelan oleh seorang juru taman bernama Reksapraja. Usai menelan telur tersebut, Reksapraja langsung berubah menjadi raksasa.
Ia kemudian mendapat titah dari Panembahan Senopati untuk berdiam di Merapi, persisnya di Gunung Plawangan. Bahkan, sosok Reksapraja ini dipercaya masih berjaga di wilayah tersebut sampai sekarang dan menjaga lahar Merapi tidak pernah mengalir ke selatan, tetapi justru ke sungai-sungai lain yang mengarah ke Magelang atau Muntilan.
Amangkurat 1 adalah Keturunan Ki Juru Martani
Fakta menarik lainnya tentang Ki Juru Martani adalah bahwa ia merupakan pendahulu Amangkurat 1. Pasalnya, Ki Juru Martani punya beberapa anak bangsawan, seperti Pangeran Mandura dan Pangeran Juru Kiting.
Dari Pangeran Mandura, lahirlah Pangeran Mandureja dan Pangeran Upasanta. Pangeran Mandureja dihukum mati karena kekalahannya dalam menyerang Batavia di bawah titah Sultan Agung pada 1628. Sementara itu, Pangeran Upasanta diangkat sebagai Bupati Batang.
Nantinya, putri Pangeran Upasanta dinikahi oleh Sultan Agung sebagai selir. Dari selir inilah, lahir Raden Mas Sayidin atau kelak dikenal dengan nama Amangkurat 1. Ia adalah orang yang menggantikan tahta Mataram Islam setelah Sultan Agung mangkat.
Berbeda dengan pendahulunya, Amangkurat 1 dikenal sebagai sultan yang kejam dan tidak peduli terhadap rakyat. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam mengalami banyak kemunduran dan terpecah belah.
Nah, itulah sekilas mengenai sosok Ki Juru Martani, penasihat sekaligus patih pertama Kerajaan Mataram Islam. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!
(par/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang