Becak Jogja Jadi Warisan Budaya Indonesia, Apa Istimewanya?

Becak Jogja Jadi Warisan Budaya Indonesia, Apa Istimewanya?

Adji G Rinepta - detikJogja
Sabtu, 07 Jun 2025 11:16 WIB
Becak kayuh menghiasi jalanan di kawasan Malioboro, Kota Jogja, Kamis (5/6/2025).
Becak kayuh menghiasi jalanan di kawasan Malioboro, Kota Jogja, Kamis (5/6/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) menetapkan 32 karya budaya dari DIY sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia tahun 2024. Dalam daftar karya WBTb itu, terselip Becak Jogja. Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY menjelaskan alasan Becak Jogja masuk dalam karya WBTb.

Kepala Disbud DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan alasan diusulkannya becak Jogja menjadi WBTb adalah keberadaan becak sebagai salah satu moda transportasi tradisional masyarakat yang marak digunakan di Jogja era tahun 1970-an.

Saat itu, lanjutnya, masyarakat menggunakan becak sebagai transportasi harian hingga alat angkut tradisional. Kini, becak menjadi salah satu moda transportasi ikonik pariwisata yang memiliki daya pikat bagi para wisatawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengapa diusulkan sebagai warisan budaya tak benda? Sebab hal urgensi bahwa becak sudah menjadi karya budaya lebih dari dua generasi, memiliki masyarakat atau komunitas pendukung yang tetap memanfaatkan dan memiliki nilai penting budaya khas DIY," jelas Dian kepada detikJogja, Kamis (5/6/2025).

ADVERTISEMENT

Dian mengatakan pengusulan becak ke WBTb sudah melalui kajian. Menurutnya, setiap karya budaya yang diusulkan harus sudah melalui kajian yang menjadi dasar narasi yang disertai dengan dengan foto dan video sebagai lampiran pengajuannya.

"Kajian becak pernah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018 dilanjutkan dengan telaah pustaka dari berbagai sumber yang juga secara detail mengkaji tentang becak melalui skripsi maupun karya ilmiah lainnya," ujarnya.

Keunikan Becak Jogja

Hasilnya, ditemukan kekhasan dari becak Jogja dari becak-becak di daerah lainnya. Dian bilang, salah satu kekhasan unik becak Jogja, yakni adanya pepeling atau nasihat yang tersemat di selebor becak.

"Selebor becak Jogja selalu dibuat cembung dengan lukisan alam disertai dengan slogan pepeling yang merupakan bagian dari tata nilai kebudayaan Yogyakarta, misalnya adigang adigung adiguna, becik ketitik ala ketoro, dan lain sebagainya," urainya.

Upaya Pelestarian

Lebih lanjut, di Jogja ternyata ada Paguyuban Becak Kayuh Yogyakarta dengan lebih dari 50 orang anggota di dalamnya. Paguyuban becak kayuh ini berada di bawah pembinaan dari Dinas Perhubungan.

Selain pembinaan lewat paguyuban, Dian mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya pelestarian becak kayuh Jogja ini. Utamanya di tengah kencangnya arus modernisasi seperti hadirnya becak motor atau bentor.

"Upaya pelestarian nyata adalah dengan adanya inovasi becak listrik sebagai teknologi tepat guna yang diharapkan mampu beradaptasi dengan dunia modern tanpa asap kendaraan," papar Dian.

"Sehingga masih ramah lingkungan dan tidak menghilangkan kayuh di dalam becak, sebab kayuh masih tetap dilakukan, listrik digunakan pada saat pengemudi merasa kelelahan atau memerlukan waktu tempuh yang cukup cepat," imbuhnya.

Di sisi lain, Pemda DIY juga melakukan upaya pelestarian lewat regulasi. Pemda DIY telah mendata seluruh becak kayuh yang ada dan aktif saat ini. Mereka juga didokumentasi, dan didaftarkan dengan STNK khusus untuk becak yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan.

"Peraturan Daerah DIY Nomor 5 tahun 2016 mengenai pengaturan alat transportasi tradisional yaitu andong dan becak menjadi aspek yang diutamakan oleh Pemda DIY adalah definisi becak yang digerakkan dengan tenaga orang alias becak kayuh," ungkap Dian.

"Definisi becak yang diakui dan beroperasi di DIY memiliki persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf a yang meliputi konstruksi, sistem kemudi, sistem roda, sistem rem, lampu, dan pemantul cahaya, alat peringatan dengan bunyi dan cahaya, serta spion," urainya.

Sedangkan mengenai kesejahteraan pengayuhnya, Dian mengatakan, hal itu tidak saja menjadi ranah Dinas Kebudayaan DIY. Dia menyebut kesejahteraan pengayuh becak menjadi persoalan lintas sektor.

"Namun jika boleh berpendapat dari sisi aspek budaya para pengayuh becak dapat dikatakan sejahtera dalam hal kehidupan yang ayem, tentrem," terang Dian.

"Karena mengayuh becak memiliki nilai yang relevan pada kehidupan yang alon-alon (pelan-pelan). Adanya dorongan becak sebagai moda transportasi pariwisata juga mendorong gerakan ekonomi yang berputar bagi pengayuhnya," pungkasnya.




(apl/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads