Nasib Sentra Perajin Wayang di Pucung Bantul yang Regenerasinya Kian Tergerus

Nasib Sentra Perajin Wayang di Pucung Bantul yang Regenerasinya Kian Tergerus

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 07 Nov 2023 17:09 WIB
Suyono ketika fokus mengerjakan wayang kulit di Kampung Pucung, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Selasa (7/11/2023).
Sentra Perajin Wayang di Pucung Bantul yang Regenerasinya Kian Tergerus. Sentra perajin wayang kulit di Kampung Pucung Bantul, Selasa (7/11/2023) (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja)

Minimnya Regenerasi Perajin Wayang di Pucung Bantul

Di balik nama besar Pucung sebagai sentra wayang kulit di Bantul, Suyono mengaku ada kendala dalam regenerasi perajin wayang. Suyono menceritakan, bahwa sebelum 1998 di Pucung sempat memunculkan 1.370 pengrajin wayang kulit.

Selanjutnya, pada 1998 negara diguncang krisis moneter, demo-demo lengsernya almarhum Soeharto dan kejadian bom Bali. Sehingga berpengaruh terhadap produksi wayang, bahkan hingga harus vakum sekitar 4 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya hingga saat ini tinggal menyisakan sekitar 400 perajin wayang kulit," ucapnya.

Menurutnya, dari 400 perajin tersebut kebanyakan merupakan keturunan dari kelima tokoh yang awalnya memproduksi wayang di Pucung.

ADVERTISEMENT

"Karena yang bisa sampai sekarang itu faktor turun temurun dari kelima pendahulu. Saya saja sudah generasi ketiga. Jadi sekarang ini yang masih eksis adalah turunan trah dari kelima tokoh tadi," katanya.

Soal penyebab menyusutnya jumlah perajin wayang di Pucung, Suyono mengaku akibat banyak generasi muda yang kurang tertarik. Apabila tertarik, generasi muda saat ini hanya bersifat sementara dan ingin semuanya serba instan.

"Jadi begini, memang ini merupakan salah satu kendala kami yang sangat berat untuk regenerasi. Jadi sekarang ini anak-anak muda maunya instan. Padahal kalau tidak dilandasi turun temurun kalau pemula mau usaha wayang paling 1-2 bulan sudah bosan," ucapnya.

Belum lagi, untuk mendulang uang dari wayang kulit tidak bisa mendadak. Dalam artian, untuk menjual wayang kulit bisa memakan waktu seminggu, sebulan bahkan setahun.

"Dan anak-anak sekarang kembali lagi, maunya instan. Padahal perajin wayang itu orangnya harus benar-benar sabar, apalagi wayang ini tidak dikonsumsi semua orang. Beda dengan batik kan setiap hari orang bisa pakai baju batik. Kalau wayang kan kebutuhan yang lain sudah tercukupi baru ke wayang," ucapnya.

"Kemudian yang juga jadi hambatan, sekarang era digitalisasi banyak ini itu membuat saya sangat prihatin dan membuat regenerasi pengrajin wayang agak berat," imbuh Suyono.

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap wayang pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Bantul. Kerja sama itu terkait memasukkan pembuatan wayang dalam ekstrakulikuler sekolah.

"Langkah-langkah yang kita lakukan, alhamdulillah kami bekerjasama dengan Disdikpora untuk anak-anak SD di Kampung saya untuk muatan lokal yakni ekstrakurikuler kita isi pembuatan wayang. Semua itu agar warga kami sejak muda bisa mengenal wayang," katanya.

Menurutnya, dengan upaya tersebut sudah ada beberapa generasi muda yang tertarik dengan pembuatan wayang kulit. Sebagai perbandingan, saat ini regenerasi generasi muda 40% muda dan 60% orang-orang tua.

"Tapi saya yakin karena wayang ini merupakan salah satu warisan nenek moyang kita. Jadi saya yakin wayang akan berlanjut sampai akhir nanti. Karena itu mohon dengan sangat kepada pemerintah memberikan satu dorongan agar wayang ini bisa terus eksis," ucapnya.

Berharap Pemerintah Tidak Hanya Beri Bantuan Gamelan

Dalam obrolan tersebut, Suyono juga berharap agar Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengurangi bantuan berupa gamelan kepada perajin wayang kulit. Menurutnya, hal tersebut kurang efektif.

"Harapan kami mohon dari pemerintah bisa memberikan support atau dorongan untuk melestarikan wayang. Sekarang kan banyak bantuan-bantuan berwujud gamelan dari Danais, yang berwujud wayang hanya kecil," katanya.

Suyono menilai, jika Pemerintah mau mengalokasikan Danais untuk pengadaan satu set wayang untuk setiap Kapanewon di DIY akan lebih membantu perajin wayang kulit. Pasalnya secara tidak langsung para perajin akan mendapatkan pemesanan wayang kulit dan menggerakkan perekonomian masyarakat, khususnya di Pucung.

"Harapan kami mungkin kalau bisa diusulkan minimal per-Kapanewon harus punya satu kotak wayang (satu set isi 200 wayang), atau per-Kalurahan kalau bisa," ujarnya.

"Artinya kalau itu bisa dialokasikan, dianggarkan untuk satu Kapanewon punya wayang satu kotak otomatis pekerja di kampung ini akan bangkit lagi," lanjut Suyono.


(apu/apl)

Hide Ads