- Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #1: Mari Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan
- Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #2: Lima Persiapan Menyambut Ramadhan
- Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #3: Menyambut Ramadhan
- Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #4: Jelang Ramadhan, Ketahui Makna dan Keutamaan Bulan Ramadhan
- Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #5: Bulan Sya'ban dan Kebersamaan Menyambut Ramadhan
- Doa Awal dan Akhir Khutbah Jumat
Tidak lama lagi, Ramadhan 1446 H atau 2025 M akan tiba. Pada momen seperti ini, detikers bisa membawakan khutbah Jumat dengan tema menyambut Ramadhan. Berikut ini 7 teks khutbah Jumat menyambut Ramadhan 2025 sebagai referensi!
Dikutip dari buku Tips Khutbah Jumat 15 Menit Paling Berkesan oleh Muhammad Abduh Tuasikal, khutbah Jumat memang sebaiknya singkat saja. Hal ini sebagaimana keterangan dalam hadits berikut:
كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - لا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Rasulullah SAW biasa memberi nasihat ketika hari Jumat tidak begitu panjang. Kalimat yang beliau sampaikan adalah kalimat yang singkat." (HR Abu Daud no 1107. Oleh Abu Thahir, hadits ini disebut hasan)
Biarpun singkat, khutbah Jumat tetap mesti bermakna dan jelas sehingga mudah dipahami jemaah. Apakah detikers kebetulan tengah diamanahi untuk mengisi khutbah Jumat dan butuh contohnya? Di bawah ini detikJogja sudah himpunkan 7 teks khutbah Jumat menyambut Ramadhan yang singkat terbaru plus doanya.
Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #1: Mari Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan
(sumber: tulisan Sunnatullah dalam situs NU Online)
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, mari senantiasa kita ucapkan melalui lisan dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui gerakan, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita semua tanpa terhitung jumlahnya, terkhusus nikmat Islam dan iman yang terus tertanam dalam hati kita, sehingga bisa senantiasa istiqamah menunaikan ibadah shalat Jumat. Semoga setiap langkah menuju masjid, setiap doa yang dipanjatkan, dan setiap rakaat yang kita tunaikan diterima oleh-Nya sebagai amal saleh dan ketakwaan.
Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim wa barik 'alaih, yang telah menjadi panutan dan teladan sempurna bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan di dunia. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat, Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengingatkan kepada jamaah shalat Jumat agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara terus berusaha dan berupaya untuk istikamah dalam menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dengan takwa, itu artinya kita sedang mempersiapkan bekal untuk kita bawa menuju akhirat, karena pada hakikatnya, dunia adalah tempat kita menanam, dan akhirat tempat kita memanen.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita semua adalah adanya waktu-waktu mulia yang penuh keberkahan. Pada waktu mulia ini, semua amal ibadah dilipatgandakan, derajat diangkat, rahmat Allah tercurah dengan melimpah. Salah satu waktu mulia itu adalah keberadaan bulan Ramadhan yang tidak lama akan kita jalani ini. Maka sangat beruntung bagi mereka yang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi bulan mulia ini dengan berbagai ketakwaan sejak saat ini. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya, "Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Oleh karena itu, berikut langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan.
Pertama, niat yang baik dan benar merupakan kunci utama dalam setiap ibadah. Maka kita hendaknya bertekad dengan niat yang kuat untuk menjalani puasa di bulan Ramadhan yang akan datang dengan kesungguhan, dan terus berusaha memperbaiki semua perbuatan sehari-hari. Tidak hanya kunci utama, niat juga menjadi salah satu syarat diterimanya sebuah ibadah, termasuk ibadah puasa. Allah tidak akan menerima ibadah yang tidak disertai dengan niat. Bahkan, niat baik orang mukmin bisa lebih mulia daripada ibadah itu sendiri. Dalam kitab Mu'jamul Kabir, Rasulullah SAW bersabda:
نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ. وَفِي رِوَايَةٍ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ أَبْلَغُ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya, "Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya. Dalam riwayat yang lain: niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya." (HR at-Thabrani).
Kenapa bisa demikian? Menurut Imam al-Baihaqi dalam kitab Sunan ash-Shagir, jilid I, halaman 5, karena ucapan dan perbuatan bisa saja rusak karena kejelekan dan harapan ingin dipuji orang lain (riya), sementara niat tidak. Menurut Syekh Waliyuddin al-Khatib dalam kitab Misykatil Mashabih, jilid VIII, halaman 211, karena niat yang tulus akan diberi pahala sekalipun belum melakukan ibadah, Adapun ibadah yang tidak disertai niat tidak akan berpahala. Sedangkan menurut Imam Abul Hasan al-Mubarakfuri dalam kitab Mir'atul Mafatih, jilid VII, halaman 81, pahala niat lebih banyak dari pahala ibadah, karena niat mencakup setiap sesuatu yang tidak dapat diwujudkan melalui amal ibadah.
Kedua, memperbanyak doa. Cara lain dalam mempersiapkan diri menuju Ramadhan adalah dengan memperbanyak berdoa kepada Allah SWT. Berdoa agar Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa sampai pada bulan mulia ini, serta memberikan taufik dan pertolongan kepada kita dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain. Kita juga berdoa agar ibadah yang kita lakukan diterima dan murni hanya karena Allah semata. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'" (QS Ghafir, [40]: 60).
Ketiga, puasa sunnah Sya'ban. Melakukan puasa sunnah di bulan Sya'ban selain karena sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki pahala yang banyak, juga menjadi salah satu bentuk Latihan umat Islam menuju puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Artinya, jika kita sudah terbiasa berpuasa sebelum Ramadhan, maka kita tidak akan merasa berat ketika menjalani puasa di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, kita dianjurkan puasa di bulan Sya'ban, dengan catatan tidak sempurna sampai satu bulan.
Berkaitan dengan keutamaan puasa pada bulan Sya'ban, sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa satu bulan dari berbagai bulan sebagaimana puasa engkau pada bulan Sya'ban, kemudian Nabi bersabda:
ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِم
Artinya, "Sya'ban adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Padahal, ia adalah bulan di mana amalan-amalan diangkat kepada Rabb semesta alam. Maka, aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR Ahmad dan al-Baihaqi).
Keempat, bertobat. Hal terbaik yang harus kita persiapkan menuju Ramadhan adalah memasuki bulan mulia ini dengan hati yang suci dan jiwa yang bersih dari segala kotoran-kotoran kejelekan, keburukan, dan dosa-dosa. Hal itu bisa kita raih dengan bertobat, yaitu dengan cara meninggalkan dosa, menyesali kesalahan yang kita perbuat, bertekad untuk tidak menghalanginya kembali, dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Pentingnya bertobat sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya, "Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS An-Nur, [24]: 31).
Terkhusus dosa-dosa yang memiliki sangkut paut dengan manusia (haqqul adami). Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin ila Jannati Rabbil 'Alamin, halaman 41, mengatakan bahwa dosa sangkut paut dengan sesama manusia ini lebih sulit dari yang lainnya,
وَالثَّالِثُ ذُنُوْبٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْعِبَادِ، وَهَذَا أَشْكَلُ وَأَصْعَبُ
Artinya, "Dosa ketiga adalah dosa antara kamu dan hamba-hamba, dan ini lebih rumit dan lebih berat."
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa dosa yang memiliki sangkut paut dengan orang lain dianggap lebih rumit dari dosa-dosa yang lain karena dalam konteks ini bisa berhubungan dengan harta, jiwa, kehormatan, atau pun yang lainnya, maka cara bertobat dari dosa ini pun juga memiliki cara yang berbeda, tidak cukup kemudian hanya sekadar meminta maaf. Misal, jika kita memiliki dosa berupa harta, baik karena mencuri, merampok, ghasab, dan yang lainnya, maka cara bertobat dirinya adalah dengan mengembalikan harta tersebut jika masih ada. Jika sudah tidak ada, maka dengan cara menggantinya.
Oleh sebab itu, jika di antara kita ada yang memiliki sangkut paut dengan orang lain, baik berupa harta, jiwa, kehormatan dan yang lainnya. Segeralah meminta maaf dan segera pula untuk mengembalikan hak-hak yang telah kita ambil dari mereka, agar persiapan kita dalam menghadapi bulan Ramadhan benar-benar bersih dan suci.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan demikian, mempersiapkan diri menuju Ramadhan harus dimulai dengan niat yang tulus, memperbanyak doa agar diberi kesempatan beribadah dengan ikhlas, melatih diri dengan puasa sunnah di bulan Sya'ban, dan menyucikan hati melalui tobat yang sungguh-sungguh. Demikian adanya khutbah Jumat, perihal mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #2: Lima Persiapan Menyambut Ramadhan
(sumber: tulisan Wayan Bagus Prastyo di situs Suara Muhammadiyah)
Jama'ah Rahimakumullah,
Alhamdulillah bersyukur kepada Allah, bahwa kita dan umat muslim di dunia akan menyambut tamu istimewa, yaitu bulan suci Ramadhan. Bulan yang disebutkan dalam al-Qur'an maupun al-Hadis sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan. Layaknya kita ingin menyambut tamu yang mulia di rumah kita, pastilah kita menyiapkan hal-hal yang terbaik agar tamu kita merasa nyaman dan hati kita merasa puas. Misalnya seperti menghidangkan makanan terbaik, menata dan menghias rumah sebaik mungkin, memakai baju terbaik, dan sebagainya. Begitu pun dengan bulan Ramadhan, maka seorang muslim harus menyiapkan yang terbaik untuk tamu istimewa tersebut.
Jama'ah Rahimakumullah
Terdapat setidaknya lima hal yang perlu kita siapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan:
1. Persiapan Ruhiyyah
Maksudnya adalah hendaknya seorang muslim semakin berusaha menjaga hatinya dari segala perbuatan yang dapat merusak kesucian hati. Di antara amal yang dianjurkan adalah selalu menjaga niat agar tidak menyimpang. Betapa banyak amalan yang tampak sepele, namun menjadi besar pahalanya disebabkan niatnya yang benar. Sebaliknya, begitu banyak amalan berpahala besar namun menjadi tidak bernilai disebabkan niatnya yang salah. (رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية). Maka hendaknya setiap aktivitas baik kita diniatkan semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah swt, walaupun hanya sekedar menyingkirkan duri di jalan atau memberi minum hewan.
2. Persiapan 'Amaliyyah
Maksudnya adalah hendaknya seorang muslim menyusun rencana apa saja target yang ingin dicapai selama bulan Ramadhan. Misalnya ingin khatam membaca 30 juz al-Qur'an, atau memberi makan 100 porsi kepada yatim piatu, berkunjung kepada saudara, tidak bolong salat tarawih, melunasi hutang orang yang kesulitan, dan sebagainya. Target-target tersebut perlu disiapkan agar menjadi panduan dan motivasi kita selama berada di dalam bulan Ramadhan. Supaya Ramadhan tidak berlalu secara sia-sia. Karena belum tentu kita bisa berada pada Ramadhan selanjutnya, maka harus dimaksimalkan dengan menyusun dan merealisasikan target-target yang sudah kita buat jauh-jauh hari.
3. Persiapan 'Ilmiyyah
Maksudnya adalah hendaknya seorang muslim membekali dirinya dengan ilmu seputar Ramadhan dengan sebanyak mungkin. Baik itu ilmu sebelum, ketika, ataupun sesudah Ramadhan. Hendaknya muslim menguasai ilmu-ilmu tesebut. Hal ini sebagai wujud bahwa kita betul-betul senang dan gembira menyambut Ramadhan dan tidak ingin melewatinya begitu saja. Agar setiap detik yang kita lewati menjadi lebih bermakna dan indah. Contoh dari ilmu-ilmu tersebut adalah, apa saja yang dianjurkan dan dilarang selama sedang beribadah puasa, apa ibadah lanjutan setelah kita melewati bulan Ramadhan, dsb. Dengan ilmu yang mapan, kita akan semangat dan menikmati untuk menjalankan perintah Allah, dan semangat untuk menjauhi larangan Allah SwT.
4. Persiapan Maliyyah
Maksudnya adalah persiapan harta. Islam memiliki banyak sekali jenis ibadah yang menuntut kita untuk mengeluarkan harta. Misalnya adalah infaq, naik haji, atau ibadah zakat fitri yang khusus berada dalam bulan Ramadhan. Jika kita tidak memiliki harta, maka kita tidak akan bisa untuk beribadah tersebut. Oleh karena itu sedari sekarang kita persiapkan, kita sisihkan setiap rupiah yang kita miliki agar dapat kita salurkan selama bulan Ramadhan kepada yang membutuhkan. Baik itu dalam skema zakat, infaq, ataupun shadaqah.
5. Persiapan Jasadiyyah
Maksudnya adalah hendaknya seorang muslim itu senantiasa menjaga kebugaran atau kesehatan tubuhnya. Di antara hal yang bisa kita lakukan adalah menjaga pola makan kita dengan baik, supaya makan dengan teratur dan sehat. Kemudian menjaga pola tidur kita. Memperbanyak konsumsi air mineral dan mengurangi minuman manis. Dan yang tidak kalah penting adalah olahraga setidaknya 20-30 menit perhari. Semua itu kita lakukan dengan niat beribadah kepada Allah, dan tentunya dengan harapan agar kita selalu berada dalam kondisi yang prima selama menjalani ibadah di bulan Ramadhan.
Jama'ah Rahimakumullah
Inilah setidaknya lima persiapan yang dapat kita lakukan sejak sekarang. Mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terbaik kita. Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang didoakan malaikat Jibril dan diaminkan Nabi saw, yaitu golongan orang yang rugi, ketika ia menjumpai Ramadhan, tapi tidak diampuni dosa-dosanya oleh Allah SwT. Na'uzubillah min zalik.
Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #3: Menyambut Ramadhan
(sumber: tulisan Muhammad Nasri Dini dalam situs PWM Jateng)
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Setelah bersyukur ke hadirat Allah SwT atas segala nikmat dari-Nya dan berselawat atas Rasulullah Muhammad Saw., tak lupa khatib berwasiat agar kita semua senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT. Semoga dengan keimanan dan ketakwaan yang sebenar-benarnya, kita semua dapat menjumpai Allah SwT dengan perjumpaan yang husnul khatimah.
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Tidak lama lagi bulan Ramadan yang istimewa akan kembali datang menyapa kita semuanya. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka dengan seluas-luasnya dan pintu-pintu neraka ditutup dengan serapat-rapatnya, serta setan-setan dibelenggu. Selayaknya seorang yang akan kedatangan tamu istimewa, tentu dia akan mempersiapkan dengan maksimal. Sudahkah kita bersiap menyambut kedatangan tamu agung tersebut? Sudahkah kita mempersiapkan dengan maksimal untuk menjamu datangnya Ramadan di tengah-tengah kita? Allah Swt. berfirman,
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al Hasyr [59]: 18)
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Lantas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menyambut datangnya tamu istimewa bulan Ramadan yang agung ini? Paling tidak ada empat hal berikut. Pertama, Ilmu. Ibadah di bulan Ramadhan mempunyai keutamaan yang besar. Saat memasukinya, tentu harus punya bekal ilmu yang matang. Rasulullah Saw. bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim)
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Kedua, Ruhiyah (keimanan). Ramadan adalah bulan ibadah dan bulan anti maksiat. Maka selayaknya kita mempersiapkan diri mulai saat ini dengan membiasakan ibadah lebih intensif dan lebih mengendalikan diri dari bermaksiat. Saat Nabi Muhammad Saw. menyambut kehadiran Ramadan, sebulan sebelumnya telah dipersiapkan dengan matang. Beliau semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah sejak bulan Sya'ban. Ummul Mu'minin Aisyah ra menceritakan,
وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ
"Dan aku tidak melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dibandingkan pada bulan Sya'ban." (HR. Muslim)
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Ketiga, Jasadiyah (fisik/jasmani). Selain menempa nilai-nilai spiritual dan keimanan, Ramadan juga menguji kekuatan fisik. Berpuasa sehari penuh dari terbit fajar sampai matahari terbenam memerlukan fisik yang benar-benar sehat. Begitu pula dengan qiyamul lail (salat tarawih), memerlukan jasmani yang prima untuk bisa menunaikannya dengan baik.
Maka sudah selayaknya, saat ini kita mulai berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan. Selalu makan makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur bisa menjadi cara untuk mempersiapkan fisik. Persiapkan jasmani dengan matang agar lancar dalam menjalani ibadah spesial selama sebulan penuh. Sangat disayangkan jika Ramadhan tiba, namun kita justru tidak bisa melaksanakannya dengan maksimal karena dalam kondisi sakit, padahal pahalanya dilipatgandakan Allah SwT.
Jamaah Jum'ah Hafidzakumullah,
Keempat, Maliyah (harta). Selain bulan puasa dan bulan qiyamul lail, Ramadan juga dikenal dengan bulan sedekah, bulan infak, dan tentu saja ada kewajiban zakat fitrah. Ada pula keutamaan ber-umrah di bulan Ramadhan. Semua hal tersebut tidak bisa terlaksana jika tanpa adanya harta. Ibnu 'Abbas ra berkata,
كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ
"Nabi saw adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #4: Jelang Ramadhan, Ketahui Makna dan Keutamaan Bulan Ramadhan
(sumber: tulisan Ustadz M Syarofuddin Firdaus dalam situs NU Lampung)
Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah. Sebagaimana diketahui bersama, bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung dan penuh berkah. Sebab pada bulan tersebut ampunan dan rahmat-Nya sangat mudah didapatkan, bukankah kelak kita bisa masuk surga hanya melalui rahmat-Nya?
Begitu juga adanya bulan Ramadhan membuat seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa dengan tujuan menjadi pribadi yang bertakwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Wahai orang-orang beriman telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan (juga) atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang bertakwa (QS al-Baqarah: 183).
Tujuan disyariatkannya berpuasa untuk menjadi orang bertakwa merupakan cara Allah mengajak kita untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Ibadah sehari-hari seperti shalat lima waktu, sedekah, berbuat baik kepada sesama, dan lain sebagainya dirasa belum cukup untuk meningkatkan ketakwaan kita.
Oleh karenanya Allah menambahkan jalan lain untuk mencapai hal tersebut, yaitu dengan berpuasa. Memang puasa bisa dilakukan pada bulan apa saja. Namun puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan mempunyai keutamaan yang lebih dibandingkan puasa pada bulan-bulan lainnya.
Keutamaan ini disebabkan puasa tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan. Dengan kata lain, ibadah puasa memiliki keutamaan yang berbeda-beda dengan bergantung pada bulan apa dikerjakannya. Lantas, mengapa ketika puasa dikerjakan pada bulan Ramadhan memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah dibandingkan puasa pada bulan yang lain?
Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah. Pertanyaan ini akan bisa dijawab bila kita mulai dari mengetahui apa arti kata Ramadhan. Dalam kamus al-Mu'jam al-Wasith, Ramadhan berasal dari رَمَضَ yang memiliki makna "membakar".
Makna ini sepadan substansinya dengan kata lain seperti melenyapkan, menghanguskan, bahkan meluluhlantakkan. Termasuk sifat membakar yang lain adalah meniadakan, menghabisi, dan menundukkan.
Dalam konteks Ramadhan, sesuatu yang dibakar adalah penyakit hati yang ada dalam diri kita masing-masing. Imam al-Ghazali secara terperinci menjelaskan apa saja macam-macam penyakit hati di dalam kitabnya yang fenomenal, Ihya Ulumuddin.
Di antaranya adalah ego, iri dengki, sombong, ujub, dan nafsu hewani. Penyakit-penyakit seperti inilah yang mesti ditundukkan bahkan dibakar selama bulan Ramadhan. Ibadah pada bulan ini seperti puasa, tarawih, mengaji al-Quran, dan berbagai macam dzikir memiliki tujuan untuk melenyapkan berbagai penyakit hati tersebut.
Seolah-olah Allah hendak menegaskan bahwa penyakit hati itu bisa dilatih, dilunakkan, serta dihilangkan dengan cara memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan. Sebab penyakit hati merupakan faktor paling dasar yang memicu berbagai konflik sosial dan politik yang terjadi selama ini.
Bahkan Imam al-Ghazali juga menegaskan bahwa penyakit hati bisa mengidap kepada siapa saja, termasuk para ulama, pejabat, dan tokoh macam lainnya. Penyakit hati ini memang tidak memandang bulu dan hanya bisa dihilangkan dengan memperbanyak proses dan latihan.
Oleh karena itu, dengan beragam ibadah dan ganjaran yang dikhususkan hanya bisa diperoleh pada bulan ini, diharapkan dapat meluluhlantakkan penyakit-penyakit hati yang ada di dalam diri kita. Sesuai makna asalnya, Ramadhan menjadi momentum pembakaran berbagai penyakit hati, dan tentunya termasuk berbagai dosa juga.
Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah.
Perlu dipertegas di sini bahwa maksud dosa di sini hanyalah dosa antara hamba dengan Tuhannya. Artinya, dosa yang bisa dibakar atas ibadah-ibadah yang dikerjakan selama Ramadhan hanya terbatas pada dosa kepada Tuhan.
Sedangkan dosa kepada sesama manusia maka harus meminta maaf kepada yang bersangkutan. Namun, Nabi Muhammad saw di dalam sabdanya menyebutkan sebuah ibadah secara spesifik yang dapat menghanguskan dosa-dosa tersebut, yaitu berpuasa. Di dalam riwayat Bukhari-Muslim disebutkan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan atas dasar beriman dan mengharapkan pahala maka dosa-dosanya di masa lalu akan diampuni.
Berdasarkan hadits ini cukup jelas kiranya bahwa puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa-dosa masa lalu seorang hamba. Dengan syarat, puasa yang dikerjakannya berdasarkan keimanan dan harapan mendapatkan pahala.
Jadi puasa Ramadhan yang dikerjakan bukan karena ikut-ikutan lingkungan, atau bahkan tren media sosial. Imam Muslim saat menjelaskan hadits-hadits tentang sebuah ibadah yang secara otomatis dapat menghapus dosa-dosa seseorang menegaskan bahwa dosa-dosa di sini terbatas hanya pada dosa kecil saja, bukan dosa besar.
Sebab bila melakukan dosa besar maka cara melenyapkannya bukan hanya dengan beribadah saja, melainkan harus memohon ampun dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. Hal ini masuk akal kiranya, sebab setiap kita pasti memiliki dosa kecil, entah sengaja maupun tidak.
Maka untuk menghapusnya cukup dengan memperbanyak ibadah yang biasa kita lakukan. Terlebih lagi bila ibadah tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan, maka peluang ampunan yang akan diperoleh menjadi lebih besar.
Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah. Selain itu, uraian terkait keutamaan bulan Ramadhan di atas diperkuat juga dengan hadis riwayat Bukhari Muslim yang berbunyi:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya: Apabila bulan Ramadhan tiba maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dikerangkeng.
Hadits ini hendak menegaskan dari saking mulianya bulan Ramadhan membuat tempat mulia seperti surga dibuka lebar-lebar, sedangkan tempat dan makhluk yang hina ditutup dan dirantai agar tidak bisa mengganggu kekhidmatan ibadah pada bulan ini.
Ibadah yang dikerjakan pada bulan ini akan memudahkan kita diantarkan pada tempat yang indah sebagaimana dijanjikan bagi orang beriman, begitu juga jalan menuju tempat yang buruk ditutup, termasuk makhluk yang terlibat di dalamnya, yakni para setan dikurung agar tidak menggoda umat Islam dalam beribadah selama Ramadhan.
Semoga kita mendapatkan kemuliaan dan keberkahan bulan ini, sehingga nanti setelah Ramadhan usai kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih bertakwa dan semakin semangat beribadahnya.
Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan #5: Bulan Sya'ban dan Kebersamaan Menyambut Ramadhan
(sumber: tulisan H Muhammad Faizin dalam situs NU Jabar)
Hadirin rahimakumullah
Mengawali khutbah jumat di Bulan Sya'ban kali ini, mari bersama-sama kita memanjatkan puji serta syukur atas nikmat yang telah Allah Swt berikan kepada kita sehingga kita bisa melaksanakan ibadah shalat Jumat berjamaah pada siang hari ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SWT, juga kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada para pengikutnya hingga sampai kepada kita semua. Semoga, kita bisa meraih syafaat darinya di yaumil akhir. Amin ya robbal alamin.
Dalam kesempatan khutbah kali ini, berwasiat khususnya untuk diri pribadi dan umumnya untuk semua jamaah untuk senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt dengan sebaik-baiknya taqwa.
Hadirin rahimakumullah
Kita harus menyadari bahwa sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri. Semua aspek kehidupan manusia membutuhkan orang lain sehingga konsep ta'awun atau saling tolong menolong dalam kebaikan menjadi perintah dalam agama. Wujud tolong-menolong ini di antaranya dengan memperbanyak sedekah pada bulan Sya'ban dan tentunya juga pada bulan-bulan lainnya.
Dengan kita banyak membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan menjelang memasuki bulan Ramadhan, maka kita dapat menjadikan mereka bergembira dan bahagia ketika memasuki bulan puasa. Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki dalam kitab Ma Dza fi Sya'ban? Menyebutkan bahwa umat Islam di zaman Rasulullah menyibukkan diri dengan tadarus dan mengeluarkan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong datangnya bulan Ramadhan.
Budaya seperti ini pun sebenarnya sudah dilakukan juga oleh umat Islam di Indonesia dengan saling bersedekah makanan jelang datangnya bulan Ramadhan. Budaya membahagiakan orang lain ini perlu perlu kita perkuat karena selain menjaga harmoni dalam kehidupan juga sekaligus bentuk ibadah yang dianjurkan dalam tuntunan agama Islam.
Dengan menjalin kebersamaan dan kebaikan pada orang lain melalui sedekah, maka sebenarnya kita sedang berbuat baik pada diri kita sendiri. Hal ini selaras dengan Firman Allah swt dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 7:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Artinya: "Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai."
Hadirin rahimakumullah
Jika direnungkan lebih mendalam, kita sebenarnya tak perlu khawatir dengan pemikiran jika bersedekah maka harta kita akan berkurang. Secara matematika memang apa yang kita miliki akan berkurang, jika milik kita diberikan pada orang lain. Namun dengan bersedekah, hakikatnya kita sedang menyucikan apa yang kita miliki sekaligus akan ditambah oleh Allah swt dengan berlipat ganda. Rasulullah menegaskan dalam haditsnya:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya: "Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang rendah hati karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah
Selain dengan bersedekah, kita juga bisa menjalin kebersamaan dengan memperbanyak puasa di bulan Sya'ban. Selain sebagai upaya melatih diri sebelum melaksanakan puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, puasa di bulan Sya'ban juga bisa mengasah kepekaan kita terhadap kesusahan orang lain dengan merasakan kondisi lapar dan dahaga.
Selain itu dengan puasa, kita juga dididik untuk dapat mengekang hawa nafsu yang dapat merugikan orang lain di antaranya melalui ucapan dan tingkah laku yang kita perbuat. Dengan puasa, mulut akan terkunci untuk mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain sehingga tingkah laku kita pun akan terarah. Dengan puasa akan dihindarkan dari perbuatan negatif yang bisa menyakiti dan merugikan orang lain. Disebutkan dalam hadits Qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
Artinya: "Allah Azza wa Jalla berfirman: "Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..". (HR. Bukhari).
Hadirin rahimakumullah
Akhirnya dari paparan ini, khatib mengajak kepada semua jamaah untuk menjadikan Nisfu Syaban menjelang hadirnya bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menguatkan kebersamaan melalui kepekaan sosial yang bisa menumbuhkan kebahagiaan bagi diri dan orang lain. Mari bersama bersuka cita akan hadirnya Ramadhan dan semoga kita diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan dan bisa memaksimalkan ibadah kita. Amin
Doa Awal dan Akhir Khutbah Jumat
Dikutip dari buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh Hamdan Hamedan, doa awal alias pembuka khutbah Jumat adalah:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مِنْ يَهْذِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . أَمَّا بَعْدُ.
Arab Latin: Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta'iinuhu, wa nastagh-firuh. Wa na'uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa, wa min sayyi-aati a'maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudh-lil falaa haadiya lah. Wa asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh. Ammaa ba'du. (berdasar HR Muslim no 868, Abu Dawud no 2118, dan an-Nasai no 1405)
Disadur dari laman resmi Masjid Raya al-Jabbar, doa akhir atau penutup khutbah Jumat yang bisa dibaca adalah:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
Arab Latin: Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi yaa ayyuhalladzina aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa. Allahumma shalli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad.
Allahummagfirlilmuslimiina wal-muslimaat, wal-mu'miniina wal-mu'minaati al-ahyaai minhum wal-amwaat, innaka samii'un qariibun mujiibud-da'awaati. Rabbanaa laa tuakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa rabbanaa walaa tuhmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahu 'alalladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaqatalanaabih wa'fu 'annaa wagfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaaa hasanah wa fil-akhirati hasanah, waqinaa 'adzaaban-naar. Wal-hamdulillahirabbil-'aalamiin.
Nah, itulah 5 teks khutbah Jumat singkat terbaru dengan fokus pembahasan menyambut Ramadhan. Semoga membantu!
(sto/aku)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas