- Kumpulan Teks Khutbah Jumat Isra Miraj Singkat & Terbaru Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #1: Rajab, Isra' Mi'raj, dan Kesungguhan Tingkatkan Kualitas Shalat Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #2: Isra Miraj dan Pentingnya Masjid Al-Aqsa Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #3: Dimensi Rohani dalam Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #4: Peristiwa Isra' Mi'raj dan Penghambaan Umat Islam Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #5: Keutamaan dan Peristiwa Penting Bulan Rajab Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #6: Ini Hikmah Terjadinya Peristiwa Isra' dan Mi'raj Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #7: Mengenal Baitul Ma'mur dan Hikmah Terbesar Isra' dan Mi'raj
- Doa Pembuka dan Penutup Khutbah Jumat
Pada akhir Januari 2025 M/Rajab 1446 H, masyarakat Indonesia bakal memperingati Isra Miraj. Para khatib pun bisa membawakan teks khutbah tentang perjalanan magis ini. Berikut ini sejumlah teks khutbah Jumat tentang Isra Miraj plus doanya.
Dilansir laman resmi Kementerian Agama, Isra Miraj adalah perjalanan suci yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Dalam perjalanan Isra, Rasulullah pergi dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis. Adapun dalam Miraj, Nabi Muhammad diantar naik hingga ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah Allah SWT.
Di Indonesia, mayoritas mengikuti pendapat al-Allamah al-Manshurfuri yang menyebut Isra Miraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Sejatinya, selain pendapat tersebut, ada lima pendapat lain sebagaimana ditulis oleh Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. Intinya, waktu pasti Isra Miraj belum bisa dikatakan pasti hitam atas putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari waktu kejadian Isra Miraj yang sebenarnya, detikers yang menjadi khatib Jumat dapat membahasnya saat berkhutbah. Dengan demikian, memori umat Islam akan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW ini bisa tetap terjaga.
Butuh teksnya? Di bawah ini detikJogja telah himpunkan tujuh teks khutbah Jumat Isra Miraj singkat terbaru plus bacaan doanya sebagai referensi. Simak sampai tuntas, ya, detikers!
Kumpulan Teks Khutbah Jumat Isra Miraj Singkat & Terbaru
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #1: Rajab, Isra' Mi'raj, dan Kesungguhan Tingkatkan Kualitas Shalat
(sumber: tulisan Ustadz Ahmad Mundzir dalam situs NU Jombang)
Hadirin, jamaah Jumat hafidhakumullah.
Saya berwasiat kepada pribadi saya sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan cara berusaha semampunya untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hadirin sidang Jumat yang berbahagia.
Sekarang kita telah memasuki bulan Rajab. Salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya:"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At-Taubah: 36)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang lebih mulia daripada bulan yang lain?
Jawabnya mungkin-mungkin saja. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam seminggu, namun dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam setahun, Ramadhan yang paling mulia, di situ orang-orang diwajibkan berpuasa. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, malam Lailatul Qadar lebih utama daripada malam-malam lain, dan Nabi Muhammad lebih utama daripada semua makhluk. Dan seterusnya.
Artinya meskipun masing-masing diberi kemuliaan oleh Allah subhanahu wa taala, atas kehendak-Nya, Allah membuat kemuliaan antara yang satu lebih tinggi dari yang lainnya karena memang kehendak Allah demikian. Termasuk bulan Rajab beserta tiga bulan lainnya, Allah lebih memuliakan dibandingkan bulan lain.
Di bulan ini orang-orang dilarang melakukan peperangan dan mengangkat senjata. Jadi siapa pun merasa aman. Bahkan para pakar fiqih memperberat sanksi diyat bagi siapapun yang membunuh seseorang pada bulan-bulan ini dengan hukuman yang lebih berat.
Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan tentang empat bulan yang dimuliakan tersebut dengan kalimat berikut:
وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا
Artinya:"Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat. Jika menjalankan ketaatan, pahalanya dilipatgandakan." (Tafsir Ar-Râzi)
Pada bulan Rajab ini perlu menjadi pengingat untuk pribadi kita, supaya kita membersihkan diri kita dari kotoran-kotoran maksiat. Mari kita hentikan caci maki, menyebar kabar bohong, hoaks, fitnah menggunjing sesama warga negara dan bentuk perilaku-perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim. Ingatlah, dosanya dilipatgandakan.
Mari kita mulai konsentrasi memikirkan akhirat kita yang abadi, menyambut bulan Ramadhan yang suci tinggal sebentar lagi.
Al-Imam Dzun Nûn Al-Mishriy mengatakan:
رَجَبٌ شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ
Artinya: "Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan menyiram, sedangkan Ramadhan adalah bulan menuai."
وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ، فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ الْحَصَادِ
Artinya:"Setiap orang akan mengunduh atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang tidak merawat tanamannya, ia akan menyesal saat musim panen."
Hadirin hafidhakumullah.
Pada bulan Rajab sebagai bulan menanam ini, jangan sampai kita bercocok tanam keburukan. Minimal, jika kita tidak bisa menanam dengan membantu atau membuat orang lain tersenyum, setidaknya jangan sampai kita merugikan orang lain. Jangan sakiti siapapun. Mari kita mulai dari bulan Rajab yang mulia ini.
Hadirin hafidhakumullah.
Menurut mayoritas ulama, termasuk di antaranya adalah Imam Nawawi dalam kitabnya Ar-Raudhah menyatakan pada malam tanggal 27 Rajab, dahulu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di-isra'kan atau dititahkan oleh Allah melaksanakan perjalanan malam dari Baitul Haram, Makkah menuju Baitul Maqdis, Palestina.
Setelah itu, Baginda Rasul dinaikkan dari Baitul Maqdis, Palestina menuju Sidratil Muntaha dengan ditemani malaikat Jibril. Singkat cerita, di situlah Nabi Muhammad mendapatkan mandat shalat lima waktu yang diwajibkan kepada semua umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Dengan momentum Isra' Mi'raj ini, marilah kita mengingat kembali betapa kita dimuliakan oleh Allah, kita sewaktu-waktu minimal dipanggil menghadap kepada Allah dalam sehari semalam, kita diperbolehkan bahkan diwajibkan menghadap penguasa alam semesta sebanyak minimal lima kali.
Orang biasa yang ingin bertemu menteri tentu tidak mudah. Bisa jadi waktu yang dibutuhkan sampai seminggu baru bisa bertemu. Apalagi presiden, mungkin bisa sampai sebulan baru bisa bertemu. Ini kita disuruh menghadap kepada presidennya presiden dalam sehari semalam selalu dipersilakan "open house". Bukankah ini sebuah penghormatan dari penguasa jagat raya?
Anehnya, atas penghormatan itu, banyak orang yang tidak dapat memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin. Ada yang belum mau shalat, atau mau shalat tapi masih bolong-bolong. Naudzu billah. Allahu yahdina, amin.
Melalui mimbar khutbah ini kami mengajak, marilah kita tata shalat kita. Yang belum jamaah rutin di masjid, jika ada panggilan azan, panggilan menghadap kepada-Nya, mari kita bergegas, cepat-cepat mendatangi panggilan-Nya.
Orang yang ingin doanya terkabul, hendaknya jika Allah memanggil segera mengabulkan undangan Allah yang berupa shalat. Dengan shalat di awal waktunya insyaallah doa-doa akan mudah diijabah oleh Allah.
Shalat merupakan ibadah yang paling utama. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya:
اَيُّ الْعَمَلِ اَفْضَلُ؟
Kegiatan apa yang paling utama, Ya Rasul?
Kemudian Rasul menjawab:
اَلصَّلاَةُ لِاَوَّلِ وَقْتِهَا
Shalat di awal waktunya.
Hadirin....
Sangat banyak hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan tentang shalat. Di antaranya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَاِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ. .... الحديث
Artinya: "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah shalat. Jika shalatnya baik, sungguh ia beruntung dan sukses. Jika rusak shalatnya sungguh ia menjadi orang yang merugi." (HR Abu Dawud, An-Nasai dan At-Tirmidziy).
Hadirin....
Yang perlu menjadi catatan adalah, bahwa shalat tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus dilengkapi syarat, rukun. Wudhunya harus sesuai aturan, mandinya bagaimana, bacaan Fatihah-nya bagaimana, ini yang perlu kita introspeksi pada diri kita masing-masing. Sudah sesuai aturan syariat atau belum? Kalau belum, jangan sungkan-sungkan mendatangi kiai atau ustadz untuk belajar.
Carilah guru yang benar-benar bisa membimbing kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Jangan cari ustadz yang justru menjauhkan diri kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wa taala agar diberi pertolongan menjadi orang baik, mudah melaksanakan shalat dan amal-amal baik yang lain. Amin.
Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wa taala agar diberi pertolongan menjadi orang baik, mudah melaksanakan shalat dan amal-amal baik yang lain. Amin.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #2: Isra Miraj dan Pentingnya Masjid Al-Aqsa
(sumber: situs resmi Muhammadiyah)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat dan salam marilah kita limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad Saw.
Pada kesempatan yang penuh keberkahan ini, khatib akan menyampaikan khutbah tentang peristiwa Isra' Mi'raj dan pentingnya Masjid Al-Aqsa, simbol kemuliaan yang telah Allah tetapkan bagi umat Islam.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Peristiwa Isra' Mi'raj seharusnya menjadi pengingat akan hubungan spiritual umat Islam dengan Masjid Al-Aqsa. Rasulullah SAW dipindahkan oleh Allah SWT dari Masjidilharam ke Masjid Al-Aqsa dalam satu malam. Ada lima alasan utama mengapa Masjid Al-Aqsa memiliki nilai yang sangat penting bagi kita umat Islam.
Pertama, Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam. Sebelum umat Islam diperintahkan untuk menghadap Ka'bah, mereka menghadap Masjid Al-Aqsa dalam salat mereka. Hal ini diabadikan dalam QS. Al Baqarah ayat 144, Allah berfirman:
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
Ayat di atas menunjukkan bahwa sejak awal, Palestina telah menjadi bagian dari tata ibadah dan sejarah Islam yang begitu istimewa.
Kedua, Masjid Al-Aqsa adalah tempat terjadinya Isra' Nabi Muhammad SAW, salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah Islam. Dalam perjalanan agung ini, Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidilharam ke Masjid Al-Aqsa, sebelum kemudian diangkat menuju Sidratul Muntaha di langit tertinggi. Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan yang penuh hikmah.
Ketiga, Masjid Al-Aqsa menjadi tempat di mana Rasulullah SAW memimpin salat berjamaah dengan para nabi. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
فَحانَتِ الصَّلاةُ فأمَمْتُهُمْ
"Kemudian tibalah waktu salat, maka akun pun mengimami mereka (para Nabi)." (HR. Muslim).
Peristiwa ini menunjukkan persatuan umat dan kesinambungan risalah yang dibawa oleh para nabi dari zaman ke zaman. Dalam momen penuh keagungan ini, Masjid Al-Aqsa menjadi saksi atas kesatuan pesan ilahi yang disampaikan sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi. Kejadian ini menegaskan bahwa Islam adalah kelanjutan dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh para nabi sebelumnya.
Hal ini juga menjadi simbol bahwa Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebagai imam dalam salat tersebut, tetapi juga sebagai pemimpin risalah terakhir yang menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Keempat, tanah di sekitar Masjid Al-Aqsa adalah tempat yang diberkahi. Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth ke tanah ini dari ancaman kaumnya, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Anbiya ayat 71.
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.
Ayat di atas menunjukkan bahwa bahwa Masjid Al-Aqsa adalah tempat pembebasan dari kezaliman dan tegaknya kebenaran.
Kelima, Masjid Al-Aqsa memiliki keberkahan yang meliputi seluruh wilayahnya. Dengan luas kompleks sebesar 144.000 meter persegi, setiap sudut tanah Masjid Al-Aqsa adalah tanah suci yang dilimpahi keberkahan Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menegaskan keberkahan Masjid Al-Aqsa, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Isra ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga Masjid Al-Aqsa, baik secara fisik maupun spiritual. Perbanyaklah doa untuk saudara-saudara kita di Palestina yang sedang berjuang mempertahankan Masjid Al-Aqsa dari segala bentuk ancaman. Tingkatkan kesadaran kita terhadap pentingnya tempat suci ini dalam Islam, karena Masjid Al-Aqsa bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga bagian dari akidah kita.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga keimanan kita, melindungi Masjid Al-Aqsa, dan mengokohkan ukhuwah Islamiah di antara kita semua. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #3: Dimensi Rohani dalam Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
(sumber: tulisan KH Lukman Nur Amin Lc MSI dalam situs NU Jateng)
Jamah shalat Jum'at rahimakumullah
Pada waktu yang penuh berkah ini, kami mengajak kepada diri kami pribadi dan kepada Suadara-saudara semua, mari kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah swt. Dengan cara ikhlas melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sebab, taqwa adalah satu-satunya cara agar kita mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Hadirin jama'ah shalat Jum'at yang berbahagia
Pada hari Jum'at kali ini, kita masih berada pada satu bulan mulia, yaitu bulan Rajab. Bulan Rajab termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah swt. Dalam Surat At-Taubah ayat 36, Allah Swt. berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ.
Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang mulia."
Berkaitan dengan empat bulan yang mulia tersebut, Nabi Muhammad saw. Bersabda:
إِنَّ اَلزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، اَلسَّنَةُ اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُوْ الْقَعْدَةِ وَذُوْ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِيْ بَيْنَ جُمادَى وشَعْبَانَ.
Artinya: "Sesungguhnya zaman itu terus berputar sama seperti saat Allah menciptakan langit dan bumi, setahun ada dua belas bulan, dan empat di antaranya adalah bulan-bulan haram, dan tiga di antaranya adalah bulan-bulan yang berurutan yaitu: Dzul Qa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajabnya kabilah Mudzar, yaitu bulan yang terletak antara Jumadil Akhir dan Sya'ban."
Hadirin jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah
Dan di antara bukti kemuliaan bulan Rajab adalah terjadinya peristiwa besar yang difirmankan langsung oleh Allah Swt. Dalam Al-Qur'an, yaitu peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Agung Muhammad Saw. Sebagaimana disampaikan oleh Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nurudh Dholam:
الْمَشْهُوْرُ كَانَ ذَلِكَ لَيْلَةَ الْاِثْنَيْنِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ مِنْ شَهْرِ رَجَبَ قَبْلَ الْهِجْرَةِ بِسَنَةٍ
Artinya: "Menurut pendapat yang masyhur, Isra' Mi'raj itu terjadi pada malam Senin, malam keduapuluhsatu dari bulan Rajab, satu tahun sebelum hijrah Nabi."
Peristiwa Isra' Mi'raj ini menjadi proses turunnya syari'at shalat lima waktu untuk kita semua, sehingga bulan Rajab ini juga menjadi bulan disyari'atkannya perintah shalat. Maka dari itu, kemuliaan bulan Rajab menjadi sesuatu yang tidak dapat kita pungkiri.
Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah
Dalam tatanan syari'at Islam, khususnya perihal ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya, syari'at apa saja baru bisa dianggap sempurna manakalah telah memenuhi dua unsur: yaitu unsur dhahir dan unsur bathin, atau juga disebut unsur syari'at dan unsur hakikat.
Termasuk dalam pemahaman kita terhadap peristiwa Isra' Mi'raj. Kita akan mendapatkan pemahaman yang sempurna manakala kita telah melewati dua unsur tersebut: dhahir dan bathin.
Oleh karenanya, Syekh Mula 'Ali Al-Qari menjelaskan dalam kitab Mirqatul Mafatih sebagai berikut yang artinya "Rasulullah saw mengalami dua Isra' Mi'raj sekaligus. Yang pertama adalah Isra' Mi'raj jasmani, yaitu perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha kemudian naik ke alam Malakut dan alam Mala'il A'la.
Yang kedua adalah Isra' Mi'raj ruhani, yaitu perjalanan ruh Nabi Muhammad dari alam kasat mata ke alam ghaib kemudian ke alam maha ghaib. Kemudian ketika beliau hendak kembali, Allah swt Berfirman: 'Orang yang bepergian biasanya membawakan cinderamata untuk para sahabatnya. Dan cinderamata untuk umatmu adalah shalat.'
Shalat bisa menggabungkan dua Mi'raj sekaligus: Mi'raj jasmani dengan adab dan gerakan tubuh, dan Mi'raj ruhani dengan dzikir dan khusyu'nya hati. Maka disebutkan, 'Shalat adalah mi'rajnya orang beriman.'"
Hadirin jama'ah shalat Jum'at yang dirahmati
Allah Perjalanan spiritual inilah yang mengantarkan Rasulullah saw menghadap kepada dzat yang Maha Dhahir dan Maha Bathin. Yang akhirnya Rasulullah saw pulang membawa cinderamata berupa perintah shalat lima waktu, di dalamnya mengandung dua unsur: dhahir dan bathin, terlebih unsur bathin, yang akan menentukan nilai shalat kita di hadapan Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي الصَّلاةَ لَا يكْتَبُ لَهُ سُدُسُهَا وَلا عُشْرُهَا وَإِنَّمَا يُكْتَبُ لِلْعَبْدِ مِنْ صَلاتِهِ مَا عَقَلَ مِنْهَا
Artinya: "Sesungguhnya seseorang ketika melaksanakan shalat, tidak dicatat seperenamnya atau sepersepuluhnya. Tetapi yang dicatat adalah seberapa banyak yang ia hayati dari shalatnya."
Jama'ah shalat Jumat rahimakumullah Semoga pemahaman dan penghayatan terhadap peristiwa Isra' Mi'raj ini bisa menambah iman kita kepada Allah swt. Sehingga dengan hidayah dan pertolongan-Nya, kita diberikan kemudahan untuk melaksanakan shalat dengan sempurna. Amin ya Rabbal 'alamin.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #4: Peristiwa Isra' Mi'raj dan Penghambaan Umat Islam
(sumber: tulisan Yudi Prayoga dalam laman NU Lampung)
Hadirin Rahimakumullah.
Pada kesempatan yang mulia ini, di atas mimbar, khatib mengajak kepada jamaah Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni dengan sungguh-sungguh menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS Al-Hujurat: 13).
Hadirin Rahimakumullah. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah swt yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa bersama-sama melaksanakan ibadah shalat Jumat di masjid yang mulia ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad swt, Nabi yang menjadi suri tauladan terbaik dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Hadirin rahimakumullah.
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita merenungkan kembali salah satu peristiwa agung dalam sejarah Islam, yaitu Isra' Mi'raj, yang penuh dengan hikmah dan pelajaran bagi kita sebagai umat Islam.
Isra' Mi'raj adalah perjalanan luar biasa yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Muhammad saw. Isra adalah perjalanan dari masjid Haram di Mekah ke masjid Aqsha di Palestina, sementara Mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari masjid Aqsha menuju Sidratul Muntaha di langit tertinggi. Semua ini terjadi dalam satu malam, sebagai mukjizat besar yang membuktikan keagungan Allah swt dan kemuliaan Nabi Muhammad saw.
Hadirin rahimakumullah, Salah satu inti dari Isra' Mi'raj adalah penghambaan total kepada Allah swt. Perjalanan tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw adalah hamba Allah yang paling mulia, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS Al-Isra: 1).
Dalam ayat ini, Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan istilah "hamba-Nya" ('abdihi), yang menunjukkan status tertinggi seorang manusia di hadapan Allah, yaitu sebagai seorang hamba. Penghambaan ini bukan hanya sekadar tunduk dan patuh, tetapi melibatkan hati, pikiran, dan amal perbuatan yang semuanya diarahkan untuk mengabdi kepada-Nya.
Pada peristiwa Mi'raj, Rasulullah menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa shalat adalah manifestasi nyata dari penghambaan kita sebagai seorang Muslim. Dengan shalat, kita menunjukkan kerendahan diri di hadapan Allah dan membangun hubungan yang kokoh dengan-Nya.
Hadirin rahimakumullah.
Ketika Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk melaksanakan shalat, beliau menjadi teladan bagi kita dalam menjaga ibadah ini. Shalat bukan sekadar rutinitas harian, melainkan sarana untuk menyucikan jiwa, memperkuat iman, dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Rasulullah saw bersabda, "Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya, maka ia telah merobohkan agama."
Melalui shalat, kita diingatkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Kita diajarkan untuk senantiasa bergantung kepada Allah, memohon pertolongan-Nya, dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Shalat juga mengajarkan kita untuk disiplin, sabar, dan tunduk pada aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Hadirin rahimakumullah,
Isra' Mi'raj mengajarkan kepada kita bahwa penghambaan kepada Allah tidak terbatas pada ibadah ritual saja, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan. Sebagai hamba Allah, kita dituntut untuk menjalankan seluruh aktivitas kita sesuai dengan syariat Islam, baik dalam bekerja, bermuamalah, berkeluarga, maupun bermasyarakat.
Penghambaan total ini berarti kita menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam segala hal. Setiap langkah dan keputusan yang kita ambil harus didasarkan pada ridha-Nya. Kita harus selalu sadar bahwa apa pun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Hadirin rahimakumullah.
Isra' Mi'raj juga memberikan pelajaran tentang pentingnya persatuan umat Islam. Dalam perjalanan Isra', Rasulullah diperlihatkan masjid Aqsha, yang menjadi simbol persatuan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Kita sebagai umat Islam harus menyadari bahwa persatuan adalah kunci kekuatan kita. Ketika umat Islam bersatu dalam akidah, ibadah, dan perjuangan, maka kita akan menjadi umat yang kuat dan dihormati.
Namun, persatuan ini hanya bisa terwujud jika kita menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam kehidupan kita. Sebaliknya, perpecahan akan terjadi jika kita lebih mementingkan kepentingan pribadi, golongan, atau duniawi dibandingkan dengan agama.
Hadirin rahimakumullah.
Marilah kita merenungkan kembali kewajiban kita sebagai hamba Allah. Peristiwa Isra' Mi'raj adalah pengingat bagi kita untuk selalu menjaga hubungan dengan Allah melalui shalat dan penghambaan total. Sebagai umat Islam, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga persatuan, saling membantu, dan menegakkan keadilan.
Isra' Mi'raj mengajarkan kita bahwa tidak ada masalah yang terlalu besar jika kita bersandar kepada Allah. Rasulullah mengalami berbagai ujian berat sebelum Isra' Mi'raj, termasuk wafatnya Khadijah, istri tercinta beliau, dan Abu Thalib, pamannya yang selalu melindunginya. Namun, melalui peristiwa Isra' Mi'raj, Allah menunjukkan kasih sayang-Nya dan memberikan kekuatan kepada Rasulullah untuk terus berdakwah.
Hadirin rahimakumullah.
Mari kita jadikan peristiwa Isra' Mi'raj sebagai momentum untuk memperbaiki diri. Tingkatkan kualitas shalat kita, perkuat hubungan kita dengan Allah, dan jadikan hidup kita lebih bermakna dengan menjalankan perintah-Nya. Semoga kita termasuk golongan hamba-hamba Allah yang diridhai dan diberi kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #5: Keutamaan dan Peristiwa Penting Bulan Rajab
(sumber: tulisan KH Nur Rohmad dalam situs resmi MUI)
Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah , satu-satunya Tuhan yang wajib kita sembah, yang berbeda dengan apa pun dan siapa pun.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada hari Jumat saat ini, tidak terasa kita telah berada pada tanggal 03 bulan Rajab tahun 1446 H, satu dari empat al-Asyhur al-Hurum, bulan-bulan harâm, bulan-bulan yang suci dan mulia, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞ
Maknanya: "Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah , di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan harâm" (QS at-Taubah: 36).
Allah menyebut empat bulan tersebut sebagai bulan-bulan harâm karena pada awalnya peperangan di dalamnya diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah...
Rasulullah SAW setiap kali memasuki bulan Rajab, beliau selalu membaca doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ (رَجَبَ) وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah , anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'bân, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhân." (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan Ibnu as-Sunni)
Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Di antara keutamaan bulan Rajab bahwa malam satu Rajab adalah salah satu malam yang mustajab bagi doa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi'i dalam kitab al-Umm:
وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
"Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum'at, malam hari raya Idul Adha, malam hari raya Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam Nishfu Sya'bân."
Hadirin yang dirahmati Allah...
Pada bulan Rajab ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan dan ketaatan. Salah satunya adalah memperbanyak puasa.
Kita disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Rajab seperti halnya kita juga disunnahkan untuk memperbanyak puasa di tiga bulan harâm yang lain, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Memang tidak ada hadits shahih yang secara khusus menyatakan kesunnahan puasa Rajab.
Namun di sisi lain juga tidak ada larangan secara khusus untuk berpuasa pada bulan Rajab. Para ulama mengatakan bahwa dalil-dalil umum mengenai anjuran berpuasa setahun penuh kecuali lima hari yang diharamkan, hal itu cukup dijadikan dalil atas kesunnahan puasa Rajab. Kesunnahan puasa Rajab juga dapat diambil dari dalil-dalil umum mengenai dianjurkannya berpuasa pada empat bulan harâm. Disebutkan dalam Shahîh Muslim:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيْمٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّااسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْمُ
Dari 'Utsman bin Hakim al-Anshari bahwa ia berkata, "Saya bertanya kepada sahabat Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Ia pun menjawab: Saya telah mendengar Ibnu 'Abbas berkata, "Dulu Rasulullah SAW pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa."
Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahîh Muslim mengomentari hadits di atas dengan mengatakan, "Secara lahiriah, yang dimaksud sahabat Sa'id bin Jubair dengan pengambilan hadits ini sebagai dalil adalah bahwa tidak ada nash yang menyatakan sunnah atau pun melarang secara khusus terkait puasa Rajab. Karenanya, ia masuk dalam hukum puasa pada bulan-bulan yang lain. Tidak ada satu pun hadits tsâbit terkait puasa Rajab, baik anjuran maupun larangan. Akan tetapi, hukum asal puasa adalah disunnahkan. Dalam Sunan Abu Dawud bahwa Rasulullah SAW menyatakan kesunnahan puasa pada bulan-balan harâm (al-Asyhur al-Hurum, empat bulan yang dimuliakan), dan Rajab adalah salah satunya. Wallahu a'lam."
Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab al-Fatâwâ al-Fiqhiyyah al-Kubrâ menyatakan bahwa meskipun hadits-hadits mengenai keutamaan puasa Rajab tidak ada yang sahih, tapi bukan berarti semuanya palsu. Menurutnya, di antara hadits-hadits tersebut ada yang tidak palsu, melainkan berstatus dha'if dan boleh diamalkan dalam fadhâ'ilul a'mâl (keutamaan amal-amal kebaikan).
Hadirin yang dirahmati Allah...
Pada bulan Rajab, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah umat Islam. Hal ini tentu bukanlah kebetulan semata, akan tetapi menunjukkan bahwa Rajab adalah salah satu bulan yang mulia. Di antaranya adalah:
Pertama, Sayyidah Âminah binti Wahb mulai mengandung janin yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rab'ul Awwal Sayyidah Âminah melahirkan makhluk yang paling mulia, baginda Nabi agung Muhammad. Kelahirannya adalah rahmat yang Allah hadiahkan kepada alam semesta.
Kedua, pada 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra dan Miraj, salah satu mukjizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Mengenai mukjizat agung ini, penting untuk digarisbawahi bahwa maksud dan tujuan Isra dan Miraj bukan berarti Allah di atas lalu Rasulullah SAW diperintahkan naik ke atas untuk sowan bertemu dan menghadap Allah.
Bukan seperti itu yang dimaksud dengan mukjizat yang luar biasa ini. Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah menegaskan bahwa Allah Mahasuci dari tempat dan arah. Dia ada namun keberadaan-Nya tidak membutuhkan pada tempat dan arah. Dia ada tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah. Dan setelah menciptakan keduanya, Dia tidak berubah, tetap ada tanpa tempat dan arah. Maksud dan tujuan Isra dan Mi'raj adalah memuliakan Rasulullah SAW, memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban dan tanda kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat di tempat yang sangat mulia dan tidak pernah satu kali pun dilakukan maksiat di dalamnya.
Ketiga, pada hari kesepuluh bulan Rajab tahun 9 H, terjadi perang Tabuk. Keempat, pada bulan Rajab tahun 9 H, Ash-hamah an-Najasyi, raja Habasyah tutup usia dalam keadaan Muslim. Kelima, Imam Syafi'i wafat pada bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di Mesir. Keenam, ada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggal dalam usia 39 tahun. Ketujuh, ada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina.
Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddîn al-Ayyubi tidak langsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan aqidah yang benar, yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Kesatuan aqidah akan melahirkan kesatuan hati.
Kesatuan hati antarumat Islam adalah kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap juru adzan di semua wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan aqidah Asy'ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan Shubuh.
Kedelapan, Pada 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926, para ulama berkumpul di Surabaya menyepakati lahirnya Jam'iyyah Nahdhatul Ulama, sebuah organisasi sosial dan keagamaan yang salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah dan sistem bermadzhab dalam beragama.
Ma'âsyiral Muslimîn rahimakumullâh..
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT. Amin.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #6: Ini Hikmah Terjadinya Peristiwa Isra' dan Mi'raj
(sumber: tulisan Ustadz Sunnatullah dalam situs NU Lampung)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.
Alhamdulilah, puji syukur kepada Allah swt yang masih berkenan memberikan kita semua keimanan dan ketakwaan dalam hati, sehingga bisa terus istiqamah dalam menunaikan ibadah shalat Jumat. Shalawat dan salam semoga terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw yang telah sukses dalam menyebarkan Islam dengan penuh rahmat dan kasih sayang.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan memperbanyak ibadah dan kebajikan, serta menjauhi semua larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk dibawa menuju akhirat selain ketakwaan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.
Salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada bulan ini adalah Isra' Mi'raj. Perjalanan yang sangat jauh dan sulit untuk digambarkan dengan akal, namun bisa Rasulullah tempuh dengan tempo waktu yang sangat singkat, bahkan akal tidak bisa menerima kenyataan itu jika tidak dilandasi dengan keimanan yang matang.
Isra' adalah peristiwa ketika Allah swt memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram, Makkah, menuju Masjidil Aqsha di Paletina. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi'raj adalah peristiwa berikutnya, yaitu dinaikkannya Rasulullah melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin. Semua itu terjadi dalam satu malam.
Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS Al-Isra' [17]: 1).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hikmah adanya Isra' Mi'raj adalah Allah hendak memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada nabi. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh at-Thanthawi dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Wasith lil Qur'anil Karim, halaman 259, untuk menunjukkan betapa mulianya Nabi Muhammad di sisi Tuhannya, sekaligus untuk menambah keyakinannya dalam menyampaikan risalah dan amanahnya.
Tanda-tanda kebesaran Allah itu di antaranya, Rasulullah mampu melihat malaikat Jibril dengan wujudnya yang asli, ia memiliki enam ratus sayap hingga bisa menutup langit. Allah juga memerlihatkan surga, neraka, dan beberapa keajaiban lainnya.
Selain untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah, terdapat hikmah lain yang juga sangat penting untuk kita ketahui bersama, yaitu untuk menenagkan dan membahagiakan Rasulullah dari kesedihan yang menimpanya.
Kejadian itu sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Ali Muhammad as-Shalabi dalam kitab Sirah Nabawih-nya, ia mengatakan bahwa sebelum peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah mendapatkan ujian bertubi-tubi.
Di antaranya, pada tahun ketujuh setelah hijrahnya nabi, orang Quraisy membuat kesepakatan untuk tidak menjalin hubungan dengan nabi.
Kemudian nabi pindah ke Syi'ib (lembah) Abi Yusuf untuk berkumpul dengan kerabat dan keluargnya. Di lembah itu nabi hidup terlonta-lonta, karena orang Quraisy berupaya keras agar tidak ada bahan makanan yang sampai pada tempat tersebut. Di tempat inilah Rasulullah menjalani hidup selama tiga tahun.
Tiga tahun setelah itu, orang Quraisy sepakat untuk membatalkan kesepakatan tersebut. Mereka merobek piagam perjanjian yang tergantung di Ka'bah. Dengan kesepakatan tersebut, akhirnya Rasulullah keluar dari lembah pada tahun kesepuluh nubuah.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.
Sudahkah ujian Rasulullah saat itu? Ternyata tidak. Pamannya, Abu Talib yang selalu mendukung dakwahnya dan menjaganya dari gangguan orang-orang Quraisy wafat. Dua bulan setelah itu, istri Rasulullah Sayyidah Khadijah, wanita yang sangat membantu perjuangan dakwahnya juga wafat.
Dari sinilah undangan Isra Mi'raj datang dari Allah kepada Rasulullah:
فَجَائَتْ ضِيَافَةُ الْاِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ تَكْرِيْمًا مِنَ اللهِ وَتَجْدِيْدًا لِعَزِيْمَتِهِ وَثَبَاتِهِ
Artinya: Maka datanglah undangan Isra' Mi`raj setelah itu, sebagai penghormatan Allah, sekaligus penyegaran tekad dan keteguhannya.
Dengan demikian, hikmah dari terjadinya Isra' Mi'raj ini adalah untuk menenangkan dan menguatkan tekad dakwah Rasulullah setelah ujian yang datang silih berganti kepadanya. Demikian khutbah Jumat perihal hikmah terjadinya Isra' dan Mi'raj.
Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meneladani Rasulullah dalam bertindak, berucap, dan berbuat.
Teks Khutbah Jumat Isra Miraj #7: Mengenal Baitul Ma'mur dan Hikmah Terbesar Isra' dan Mi'raj
(sumber: tulisan M Tatam Wijaya dalam situs NU Online)
Ma'asyiral Muslimin, Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat dan 'inayah-Nya, kita masih mendapatkan nikmat iman, Islam, sehat, panjang umur, dan juga nikmat hidayah serta kekuatan, sehingga hati kita masih terpanggil menjalankan perintah Allah, dan bersimpuh di tempat yang insya Allah penuh berkah ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, hingga kepada kita yang senantiasa berharap ridha dan syafaatnya pada hari kiamat.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib selalu berpesan kepada diri khatib pribadi khususnya dan kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ta'ala. Sebab, hanya iman dan takwa yang menjadi benteng keselamatan diri di dunia maupun di akhirat kelak.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah Di antara hikmah perjalanan Isra' Mi'raj adalah diperlihatkannya sebagian kekuasaan Allah kepada Baginda Rasulullah SAW. yang kala itu tengah dirundung duka mendalam karena ditinggal wafat orang-orang tercinta. Demikian sebagaimana yang terungkap dalam surat Al-Isra':
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
Artinya, "Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami," (QS. Al-Isra' [17]: 1).
Di antara sebagian kuasa Allah yang diperlihatkan kepada Baginda Nabi saw. adalah Baitul-Ma'mur. Dalam Al-Quran, tepatnya dalam surat Ath-Thur, Baitul-Ma'mur disebutkan, bahkan menjadi sumpah Allah swt.
وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِ
Artinya, "Demi Baitul-Makmur, dan demi atap (langit) yang ditinggikan," (QS. Ath-Thur [52]: 4-5).
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Penggunaan istilah Baitul-Ma'mur sebagai sumpah ini tentu menyimpan hikmah dan rahasia yang mendalam di belakangnya. Lantas seperti apa keistimewaan Baitul Ma'mur sebagai salah satu tanda kebesaran Allah yang ditunjukkan kepada Rasulullah. saat perjalanan Isra' Mi'raj.
Keistimewaan Baitul-Ma'mur sendiri antara lain tampak pada salah satu hadits Rasulullah mengenai kisah perjalanan Mi'raj-nya.
فَرُفِعَ لِي اَلبَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ
Artinya, "Kemudian diangkatlah kepadaku Baitul-Ma'mur. Lantas, aku bertanya pada Malaikat Jibril. Ia menjawab, 'Ini Baitul-Ma'mur dimana setiap hari 70 ribu malaikat shalat di dalamnya. Ketika mereka keluar darinya, tidak pernah kembali lagi kepadanya hingga akhir hari mereka (Kiamat),'" (HR. Al-Bukhari).
Dalam Tafsir-nya, Ibnu Katsir menjelaskan, para malaikat beribadah di dalam Baitul-Ma'mur. Betapa banyaknya jumlah mereka. Setiap hari sebanayk 70.000 mendatangi Baitul Ma'mur. Mereka menunaikan thawaf di sana, dan tak pernah kembali lagi, sebagaimana para penduduk bumi menunaikan thawaf di Ka'bah yang ada di Mekah.
Posisi Baitul-Ma'mur sendiri berada di langit ketujuh, tepat berada di bawah 'Arsy, dan sejajar dengan posisi Ka'bah yang ada di bumi. Sehingga, seandainya ada sebuah batu dari Baitul Ma'mur yang jatuh, maka ia akan jatuh di atas Ka'bah. Kehormatannya di langit seperti kehormatan Ka'bah di bumi.
Di sana pula, Rasulullah menjumpai Nabi Ibrahim AS yang tengah menyandarkan tubuh ke salah satu dindingnya. Ia tampak dengan wajah yang sangat tampan. Demikian seperti yang diungkap dalam Tafsir Ibni Katsir, juz jilid V halaman 7.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah, Namun di antara sederet hikmah Isra' Mi'raj yang diberikan kepada Rasulullah SAW, hikmah terbesar dan paling masyhur adalah perintah shalat yang lima waktu. Dianggap paling istimewa karena hikmah ini dapat diterima dan dirasakan hingga sekarang oleh umat Rasulullah, sekaligus menjadi manifestasi dan bentuk hakiki Isra' Mi'raj yang dijalani oleh mereka. Yang tak kalah masyhur, penetapan perintah shalat lima waktu juga dikenal cukup dramatis, mengingat awal mula perintah shalat lima waktu ini berasal dari 50 waktu dalam sehari semalam. Lantas sesuai dengan saran dari Nabi Musa AS, Rasulullah memohon keringanan kepada Allah ta'ala.
Maka jumlah waktu shalat itu pun dikurangi lima waktu menjadi 45 waktu. Namun, Nabi Musa kembali menyarankan kepada Rasulullah agar jumlah itu kembali dikurangi, Pertimbangannya, umat Rasulullah SAW tidak akan mampu menunaikan shalat sebanyak itu.
Akhirnya, Rasulullah kembali memohon keringanan kepada Allah. Setelah beberapa kali diusulkan Rasulullah, Allah pun menetapkan lima waktu shalat sehari semalam.
Kendati hanya lima waktu, pahala shalat tersebut sama dengan pahala shalat 50 waktu. Demikian seperti yang disampaikan oleh Syekh Al-Barzanji:
لَهَا أَجْرُ الْخَمْسِيْنَ كَمَا شَائَهُ فِي الْأَزَلِ وَقَضَاهُ
Artinya, "Maka shalat lima waktu memiliki ganjaran lima puluh waktu shalat, sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam azali dan ketetapan-Nya." (Lihat: Maulid Al-Barzanji, Terbitan Pustaka 'Alawiyah, Semarang, halaman 57).
Adapun hikmah dan tujuan diturunkannya perintah shalat tentunya cukup banyak, antara lain mencegah perbuatan keji dan mungkar, mendekatkan diri kepada pertolongan Allah, membersihkan diri dari salah dan dosa, meraih ketenangan hati, dan mendisiplinkan diri dengan perintah Allah. Namun tentunya, semua itu tidak keluar dari hikmah utama shalat yang disebutkan Allah dalam Al-Quran, yaitu:
فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Artinya, "Maka sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku." (QS. Thaha [20]: 14).
Oleh sebab itu, bersamaan dengan momen peringatan Isra' Mi'raj ini, marilah kita tingkatkan pengamalan ibadah shalat kita yang lima waktu, demi meraih kedekatan diri kepada Allah. Semoga kita, keluarga, dan keturunan kita termasuk golongan yang senantiasa menjalankan shalat serta terkabul doa dan cita-cita.
Doa Pembuka dan Penutup Khutbah Jumat
Diambil dari buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh Hamdan Hamedan, doa yang bisa dibaca untuk membuka khutbah Jumat adalah:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مِنْ يَهْذِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . أَمَّا بَعْدُ.
Arab Latin: Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta'iinuhu, wa nastagh-firuh. Wa na'uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa, wa min sayyi-aati a'maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudh-lil falaa haadiya lah. Wa asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh. Ammaa ba'du. (berdasar HR Muslim no 868, Abu Dawud no 2118, dan an-Nasai no 1405)
Disadur dari laman resmi Masjid Raya al-Jabbar, untuk menutup khutbah Jumat, di bawah ini bacaan doanya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
Arab Latin: Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi yaa ayyuhalladzina aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa. Allahumma shalli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad.
Allahummagfirlilmuslimiina wal-muslimaat, wal-mu'miniina wal-mu'minaati al-ahyaai minhum wal-amwaat, innaka samii'un qariibun mujiibud-da'awaati. Rabbanaa laa tuakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa rabbanaa walaa tuhmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahu 'alalladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa thaqatalanaabih wa'fu 'annaa wagfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal-qaumil-kaafiriin. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaaa hasanah wa fil-akhirati hasanah, waqinaa 'adzaaban-naar. Wal-hamdulillahirabbil-'aalamiin.
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu