8 Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan, Raih Berkah dan Kemuliaan Bulan Suci

#RamadanJadiMudah by BSI

8 Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan, Raih Berkah dan Kemuliaan Bulan Suci

Nur Umar Akashi - detikJateng
Kamis, 06 Mar 2025 18:07 WIB
Indonesian Muslims pray for the safety of the Palestinian people during a Friday prayer at Abu Bakar Ashshiddiq Mosque in Jakarta, Indonesia, Friday, Oct. 13, 2023. As violence and tensions increase in the Gaza Strip with Israeli airstrikes after an unprecedented Hamas attack, Islamic leaders in Indonesia, the worlds most populous Muslim-majority nation, appealed to all mosques across the country to pray for peace and safety for the Palestinian people. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Khutbah Jumat. (Foto: AP/Achmad Ibrahim)
Solo -

Jumat pertama Ramadhan 1446 Hijriah telah tiba. Pada hari yang mulia ini, umat Islam akan berduyun-duyun mendatangi masjid untuk sholat Jumat. Nah, bagi detikers yang diamanahi menjadi khatib, berikut ini 8 teks khutbah Jumat pertama Ramadhan sebagai referensi.

Berhubung Ramadhan baru berlangsung selama satu minggu, ada banyak tema seputar bulan suci ini yang bisa diangkat. Mulai dari pembahasan fiqih puasa maupun sholat tarawih, keutamaan bulan Ramadhan, maupun anjuran untuk banyak beribadah selama Ramadhan.

Diharapkan, tema-tema tersebut bisa menjadi bekal bagi jemaah sholat Jumat untuk mengarungi Ramadhan. Tentunya, penyampaian khutbah dari khatib juga mesti baik agar isi ceramah mudah diterima. Dikutip dari buku Tips Khutbah Jumat 15 Menit Paling Berkesan oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ada riwayat yang berbunyi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلامٍ بَيِّنٍ فَصْلٍ, يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ

Artinya: "Namun, beliau berbicara dengan pembicaraan yang terang dan jelas. Orang yang duduk menghadap beliau akan mudah menghafal perkataan beliau." (HR Tirmidzi no 3639. Al-Hafizh Abu Thahir menyebut hadits ini shahih)

ADVERTISEMENT

Langsung saja, simak delapan teks khutbah Jumat untuk Jumat pertama Ramadhan yang telah detikJateng himpun di bawah ini.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #1: Meraih Ampunan dan Keberkahan di Bulan Ramadhan

(sumber: tulisan H Muhammad Faizin dalam situs NU Jabar)

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT

Puji serta syukur mari sama-sama kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga kita bisa hadir untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya, sahabatnya juga kepada para pengikutnya hingga sampai kepada kita selaku umatnya yang mudah-mudahan kita mendapat syafa'atul udzma di yaumil akhir.

Khatib berwasiat kepada diri pribadi dan seluruh jamaah, mari kita terus senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya takwa. Sebab, hanya taqwa yang akan menyelamatkan kita dari adzab Allah SWT.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT Syukur alhamdulillah, kita bisa masih diberikan usia hingga hari ini untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan yang penuh dengan keberkahan.

Dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad Saw mengungkapkan kerinduannya kepada bulan Ramadhan dengan senantiasa berdoa sejak dua bulan sebelumnya. Sebuah doa termaktub dalam Kitab Al-Adzkar karya Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi:

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan."

Selain mengucap syukur, di bulan Ramadhan ini menjadi momentum untuk menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, yang mana di bulan Ramadhan ketakwaan kita akan benar-benar teruji. Mengapa demikan? Sebab, pada bulan Ramadhan, kita diwajibkan untuk melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.

Jika kita patuh terhadap perintah untuk berpuasa, dengan tidak pura-pura berpuasa sekaligus meninggalkan semua yang bisa membatalkan puasa, maka insya Allah kita akan menjadi insan yang bertakwa. Seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183 bahwa tujuan utama disyariatkannya puasa adalah untuk takwa.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia. Jika kita renungkan, kata Ramadhan dalam bahasa Indonesia, bisa kita jadikan singkatan yang memotivasi kita untuk memaksimalkannya. Meraih Ampunan dan Keberkahan di Bulan Ramadhan' begitulah kira-kira motivasi yang harus kita tancapkan dalam hati dan wujudkan saat kita berada di bulan Ramadhan.

Ada dua hal yang bisa kita tekankan dalam Ramadhan yakni maghfirah (ampunan) dan keberkahan. Nabi Muhammad Saw dalam salah satu haditsnya menyebutkan bahwa ibadah puasa di dalam Ramadhan akan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat. Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim).

Selain itu, Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan.

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Artinya: "Telah datang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR Ahmad).

Dari dua hadits tersebut kiranya penting dijadikan pegangan untuk mengupayakan di bulan Ramadhan untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang bisa kita lakukan di dalamnya. Dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang diberikan oleh Allah pada Ramadhan, seolah-olah menjadi bulan di mana kita memanen keberkahan dan keutamaan. Dalam istilah modern saat ini, Allah sedang memberi "Discount Besar-besaran" bagi umat Islam yang mau memanfaatkannya. Bulan Ramadhan menjadi bulan 'banjir bonus' bagi kita.

Dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidîn karya Bâ'alwî al-Syâfi'î:Rasulullah Saw bersabda:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرُ اللّٰهِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرِي، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ أُمَّتِي

Artinya, "Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya'ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku."

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT

Tentu, hadirnya bulan Ramadhan yang penuh dengan ampunan dan keberkahan ini harus dijadikan sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan motivasi Ramadhan, yakinlah keberkahan akan kita dapatkan dalam menjalani kehidupan ke depan.

Berkah sendiri adalah sebuah konsep tentang kuantitas yang berbarengan dengan kualitas. Berkah adalah ziyadatul khair (bertambahnya terus kebaikan) yang kita rasakan. Seperti umur panjang dalam hidup yang diwarnai dengan senantiasa digunakan untuk kebaikan dan penuh dengan ketenangan. Seperti rezeki yang banyak yang mampu memberikan manfaat besar bagi diri dan orang lain. Seperti ilmu tinggi yang mampu memudahkan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Mudah-mudahan, Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk bisa memaksimalkan bulan Ramadhan ini dengan berbagai aktifitas yang positif, sehingga kehidupan kita ke depan penuh dengan ampunan dan keberkahan. Amin ya Rabbal Alamin.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #2: Berburu Ampunan, Rahmat, dan Surga di Bulan Puasa

(sumber: situs resmi Kementerian Agama RI)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamah yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan keutamaan bagi umat Muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba bulan Ramadhan umat Muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat. Dalam satu hadits diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصائم أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, 'Rasulullah saw bersabda, 'Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla berfirman, 'Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.'

Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi.'" (HR Bukhari dan Muslim)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat Muslim saat Ramadhan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah bersabda,

.أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

Artinya, "Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka." (Ibnu Khuzaimah)

Pertama adalah rahmat. Rahmat merupakan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Berkat rahmat inilah kelak umat Muslim bisa mendapat ampunan di akhirat dan memperoleh balasan surga. Bahkan dikatakan bahwa rahmat merupakan penentu nasib seseorang kelak di hari akhir. Boleh jadi orang rajin beribadah, tapi jika belum meraih rahmat Allah ia tidak mendapat jaminan masuk surga.

Meski demikian, bukan berarti kita meremehkan ibadah dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah ketaatan seorang hamba kepada Allah.

Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.

Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi Muhammad saw, "Hai, Muhammad! demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung."

Ringkas kisah, hamba itu memohon kepada Allah untuk mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, "Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku!"

Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukan dia ke neraka.

Sebelum dimasukkan ke dalam neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h. 63)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Keutamaan Ramadhan berikutnya adalah maghfirah atau ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan fitrah manusia. Rasulullah saw bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Artinya, "Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat." (HR Tirmidzi).

Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa. Hanya, yang membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Oleh karena ini, jangan sia-siakan kesempatan emas yang hanya datang satu bulan dalam setahun ini.

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Keistimewaan yang Allah janjikan saat Ramadhan berikutnya adalah balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ

Artinya, "Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu." (HR Muslim)

Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, maksud 'dibukanya pintu surga' merupakan simbol imbauan bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadhan, sementara 'dibelengguhnya setan' merupakan simbol untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922: 12).

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Sekian khutbah yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita bisa melalui Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan maksimal sehingga bisa meraih ampunan, rahmat, dan balasan surga dari Allah SWT.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #3: Lima Esensi Bulan Suci Ramadhan

(sumber: tulisan Ustadz Yudi Prayoga dalam situs NU Lampung)

Hadirin Rahimakumullah

Pada hari dan bulan yang mulia ini, khatib meningkatkan kepada jamaah Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT yakni dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan cara itu lah kita dapat mencapai derajat ibadah yang tinggi, terutama pada puasa di bulan suci Ramadhan.

Puasa Ramadhan bukan hanya sekedar puasa biasa yang diwajibkan kepada umat Islam, akan tetapi puasa Ramadhan juga memiliki berbagai dimensi dan hikmah di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus benar-benar menjalankan segala sesuatu yang menjadi syarat rukun puasa, juga menjauhi segala sesuatu yang menjadikan puasa kita batal dan merugi.

Hadirin rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kepada kita berbagai kenikmatan yang agung dan berkah, yang sampai kapan pun sepanjang sejarah, tidak ada satu manusia pun dan makhluk apa pun yang dapat menghitung nikmat yang Allah telah diberikan selama ini. Karena sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Kuasa, dan tidak ada makhluk yang menyerupai-Nya.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita kepada zaman yang penuh keimanan, keislaman dan keihsanan. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhirat.

Hadirin rahimakumullah

Detik demi detik, menit demi menit, jam, hari, dan bulan, tidak terasa kita semua sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang mulia, bulan yang khusus diberikan oleh Allah SWT kepada umat Islam agar bisa dimanfaatkan dengan baik. Seperti memperbaiki diri, memperbanyak amal, mengurangi dosa, dan sebisa mungkin selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Puasa Ramadhan memiliki banyak hikmah, faedah dan manfaat bagi kita umat Islam. Selain itu, pada bulan suci Ramadhan juga memiliki berbagai esensi yang bisa kita pahami dan ambil pelajarannya.

Pertama, Ramadhan adalah bulan puasa Ramadhan merupakan bulan yang disucikan oleh Allah SWT, karena di dalamnya diwajibkan berpuasa satu bulan penuh bagi umat Islam. Pada bulan Ramadhan juga umat Islam dilarang untuk berbuat keburukan dan dianjurkan memperbanyak amal saleh, karena akan dilipatgandakan baik pahala maupun dosa.

Selain itu, ibadah puasa juga merupakan syariat yang telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu, sebelum umat Nabi Muhammad saw, meski dengan aturan dan tata cara yang berbeda. Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT, dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183).

Hadirin rahimakumullah

Kedua, Ramadhan adalah bulan pengampunan Setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan dosa, baik yang disengaja maupun tidak, oleh karena itu, karena Ramadhan merupakan bulan pengampunan bagi umat Islam, maka seyogyanya kita semua untuk memperbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ

Artinya: Jarak antara shalat lima waktu, shalat Jumat dengan Jumat berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada di antaranya, apabila tidak melakukan dosa besar (HR Muslim).

Ketiga, Ramadhan adalah bulan bersedekah Sedekah merupakan perbuatan yang baik, karena dapat membantu orang lain, sifat ini juga dinamakan hablu minannas atau dimensi kemanusiaan. Seperti membantu tetangga yang kelaparan, memberi sedekah berbuka bagi orang yang puasa, dan sebagainya. Rasulullah saw telah bersabda tentang keutamaan bersedekah di bulan suci Ramadhan:

أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فِىْ رَمَضَان

Artinya: Rasulullah saw pernah ditanya, sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: Yaitu sedekah di Ramadhan (HR Tirmidzi).

Sedangkan dalil tentang keutamaan memberikan harta kepada orang lain, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ

Artinya: Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Mahamengetahui, (QS. Al Baqarah: 261).

Hadirin rahimakumullah

Keempat, Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an Ramadhan merupakan bulan di mana Al Qur'an diturunkan oleh Allah SWT. Maka dari itu sebaiknya kita sebagai umat Islam yang mewarisi firman Allah tersebut, harus memperbanyak membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, terutama pada bulan Ramadhan.

Satu huruf membaca Al-Qur'an maka akan diberi pahala 10 kebaikan, apa lagi juga pada Ramadhan yang jelas pahalanya dilipatgandakan. Selain itu juga, Al-Qur'an bisa memberikan syafaat kepada para pembacanya. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw:

اَلصِّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ

Artinya: Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: "Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari", Al-Qur'an juga berkata: "Aku mencegahnya dari tidur di malam hari, maka kami mohon syafaat buat dia." Beliau bersabda: "Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat (HR. Ahmad).

Kelima, Ramadhan adalah bulan doa Ramadhan merupakan bulan dimana doa-doa hamba akan dikabulkan oleh Allah SWT, maka dengan demikian, mari perbanyaklah doa kepada Allah, karena Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surat surat Al-Mukmin ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman, berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan bagimu (QS. Al-Mukmin: 60).

Selian itu juga, salah satu doa yang akan dikabulkan oleh Allah adalah doa orang yang sedang berpuasa. Rasulullah saw bersabda:

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Artinya: Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir, dan doa orang yang teraniaya (HR. Baihaqi).

Hadirin rahimakumullah

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Dan semoga juga, di Ramadhan ini kita bisa melakukan ibadah puasa satu bulan penuh dengan baik dan benar. Aamin ya Rabbal 'alamin.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #4: Ramadhan Bulan Al-Qur'an

(sumber: situs resmi Kementerian Agama RI)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamah yang dimuliakan Allah.

Bulan Ramadhan ini, sejumlah umat Muslim disibukkan dengan beragam kegiatan ibadah. Dari pagi, siang, sore, hingga malam menjelang tidur, seolah ibadah menjadi kegiatan yang tak pernah lepas dari amal sunah di bulan mulia. Salah satu ibadah yang lakat dengan bulan ampunan ini adalah tadarus Al-Qur'an. Sebab itu, Ramadhan juga disebut sebagai syahrul qur'ān atau bulan Al-Qur'an. Boleh dibilang, Ramadhan tanpa ramai dengung lantunan ayat suci bagaikan masakan tanpa garam. Allah SWT berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya, "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS Al-Baqarah [2]: 185)

Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan secara utuh (tidak bertahap) dari lauḥul maḥfudz ke baitul 'izzah pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama seperti Ibnu Katsir dalam Tafsīr Al-Qur'ānil 'Adzīm, Fakhruddin al-Razi dalam Mafātīḥul Ghaib, Abdurrahman as-Sa'di dalam Tafsīr as-Sa'dī, dan sejumlah pakar tafsir lainnya.

Semua ulama sepakat bahwa bertadarus Al-Qur'an merupakan ibadah yang sangat mulia. Mereka sejak dulu juga menjadikan tadarus sebagai aktivitas selama Ramadhan. Imam Syafi'i bisa mengkhatamkan Al-Qur'an enam puluh kali sekali Ramadhan, Imam Malik akan menyudahi aktivitas mengajarnya pada bulan Ramadhan untuk dialihfokuskan membaca Al-Qur'an.

Kemudian, Sufyan at-Tsauri juga akan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah selama bulan Ramadhan agar fokus membaca Al-Qur'an. Zubaid bin Harits al-Yamani, ulama ahli hadits dari kalangan tabi'in, ketika memasuki bulan Ramadhan akan mengumpulkan banyak mushaf guna dibaca bersama murid-muridnya. Masih banyak sekali riwayat yang menjelaskan perhatian ulama untuk bertadarus pada bulan Ramadhan.

Menurut Ibnu Rajab al-Hambali, ulama besar yang dalam bidang Aqidah menganut madzhab Asy'ariyah dan dalam bidang fikih bermazhab Hambali, menuturkan bahwa dasar anjuran perbanyak tadarus Al-Qur'an saat Ramadhan dalam riwayat Ibnu Abbas berikut,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ‏

Artinya, "Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah ﷺ melebihi angin yang berhembus." (HR Bukhari).

Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah setor hafalan Al-Qur'an kepada Malaikat Jibril pada setiap malam hari Ramadhan. Oleh sebab itu, memperbanyak baca Al-Quran disunahkan pada malam hari di bulan tersebut. Alasan malam yang dipilih karena waktu tersebut merupakan momen yang hening, sehingga memungkinkan seseorang lebih khusyuk dan bisa meresapi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an.

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Agar memperoleh pahala tadarus yang maksimal, kita juga harus memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur'an. Sebagai kitab suci umat muslim yang sangat dimuliakan, tentu membacanya pun memiliki etika-etika khusus. Diantara adab tersebut adalah membaca setiap ayat dengan khusyuk dan merenungi setiap maknanya.

Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur'an menyimpan samudera pelajaran yang tak pernah kering. Janji pahala dan surga bagi hambat yang taat, ancaman siksa neraka bagi yang durhaka, kisah umat-umat terdahulu, dan sebagainya, semua dimuat dalam kitab yang terdiri dari 114 surat itu. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saat kita membacanya tidak asal bunyi, tapi juga merenungi maknanya dengan penuh khusyuk. Allah SWT berfirman,

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِه وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya, "(Al-Qur'an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran." (QS Shad [38]: 29)

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan besar Al-Qur'an diturunkan di bumi adalah untuk direnungi kandungan-kandungannya sehingga bisa menjadi penuntun hidup sejati (hudan linnās). Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Iqtān bahkan menyampaikan, kita disunnahkan merenungi ayat Al-Qur'an saat membacanya sampai menangis. Jika belum bisa menangis, usahakan tetap khusyuk dan penuh kesedihan sehingga ekspresi kita seolah-olah menangis. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqān fī 'Ulūmil Qur'ān: juz I, h. 297)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Adab berikutnya adalah memperindah suara. Al-Qur'an yang dibaca dengan suara merdu akan membuat hati terpikat sehingga timbul rasa khusyuk dan mendorong pendengar untuk merenungi kandungannya. Oleh sebab itu, saat bertadarus kita juga dianjurkan menggunakan suara yang merdu. Imam Nawawi menegaskan, semua ulama, baik dari kalangan sahabat Nabi, tabi'in, dan ulama-ulama setelahnya, sepakat bahwa memperindah suara ketika membaca Al-Qur'an hukumnya sunnah.

Tapi dengan catatan, jangan sampai upaya ini merusak bacaan seperti memanjangkan harakat di luar batas yang berlaku, membaca pendek harakat yang seharusnya panjang, menambah atau menghilangkan huruf, dan sebagainya. Jika sampai demikian maka haram. Dasar anjuran memperindah suara ini diantaranya sabda Rasulullah berikut,

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

Artinya, "Hiasilah Al Qur'an dengan suaramu." (HR Abu Dawud)

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.

Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita semua selalu diberi spirit untuk membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan kelak di hari akhir memperoleh syafaatnya.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #5: Mengajak Semua Anggota Tubuh Berpuasa

(sumber: tulisan Ustadz M Tatam Wijaya dalam situs NU Online)

Sidang Jumah yang dirahmati Allah

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Panutan Alam, yakni Nabi Muhammad SAW. Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada keluarga, para sahabat, dan para tabiin dan tabiatnya, hingga kepada kita semua selaku umatnya.

Tak lupa, melalui mimbar yang mulia ini, khatib berpesan kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita berusaha mempertahankan dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa dalam arti taat terhadap perintah-perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan mewaspadai segala tingkah yang akan mengundang murka-Nya.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Setelah memenuhi syarat dan rukun puasa, juga menjauhi segala pembatal puasa, sebagaimana yang sudah digariskan oleh ilmu fiqih, maka selanjutnya marilah kita berusaha meningkatkan kualitasnya dengan cara memperkayanya dengan amaliah sunah, melakukan hal-hal yang dapat mencapai kesempurnaannya, dan menjauhi segala hal yang dapat membatalkan pahalanya.

Dalam kitab Ihya 'Ulumidin, Terbitan Darul Ma'rifah, Beirut, 2012, Jilid I, hal. 234, Imam Al-Ghazali mengungkapkan, kunci meraih kesempurnaan puasa dan menjauhi pembatal pahala puasa adalah menjaga semua anggota tubuh dari perbuatan dosa, maksiat, dan sia-sia.

Berbicara anggota tubuh tentu mencakup semua organ yang kita miliki, baik yang zahir maupun yang batin, mulai dari mata, lisan, telinga, hidung, tangan, kaki, hingga hati.

Penglihatan misalnya. Pada saat berpuasa, mata pun harus diajak berpuasa dari memandang perkara-perkara yang tercela, hina, dari segala yang dapat merusak keadaan hati, juga dari segala hal yang dapat melalaikan dzikir kepada Allah SWT.

Ingatlah bahwa sejatinya penglihatan adalah salah satu panah Iblis, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

اَلنَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ لَعَنَهُ اللهُ فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفاً مِنَ اللهِ أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ

Artinya, "Pandangan itu salah satu panah beracun milik Iblis yang dikutuk oleh Allah. Siapa saja yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan keimanan kepadanya sehingga akan mendapatkan manisnya keimanan dalam hatinya," (HR. Al-Hakim).

Anggota tubuh selanjutnya yang harus diajak berpuasa adalah lisan. Pada saat berpuasa, lisan pun harus mendukung keberadaan puasa kita, bahkan sebaiknya menyempurnakan puasa. Adapun maksud puasa lisan adalah puasa dari ucapan yang sia-sia, perkataan dusta, fitnah, kotor, kasar, termasuk senda gurau yang berlebihan yang dapat menyakitkan dan menimbulkan permusuhan dengan sesama.

Jika lisan sudah mampu diajak puasa, maka puasa sejalan dengan apa yang disampaikan Baginda Rasul SAW:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya, "Puasa itu ibarat tameng. Maka jika salah seorang saja di antara kalian berpuasa, maka janganlah berbuat keji dan jahil. Dan jika ada orang yang memerangi atau mencelamu, maka sampaikan, 'Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.'" (HR Abu Dawud)

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Anggota tubuh selanjutnya adalah pendengaran. Di bulan Ramadhan ini, pendengaran kita harus diajak berpuasa. Berpuasa dari mendengarkan kata-kata yang keji dan kotor. Walau hanya mendengar, namun ingat bahwa dosanya sama dengan orang yang mengucapkannya. Demikian sebagaimana yang pernah disampaikan Rasulullah SAW.

اَلْمُغْتَابُ وَالْمُسْتَمِعُ شَرِيْكَانِ فِي الْإِثْمِ

Artinya, "Orang yang mengumpat dan orang mendengarkannya adalah sama-sama dalam dosanya," (HR. Ath-Thabrani).

Selanjutnya anggota tubuh yang harus kita jaga adalah tangan dan kaki dari segala perkara yang terlarang. Tak terkecuali perut dari makanan yang syubhat apalagi yang haram pada saat sahur dan berbuka. Sebab, apa artinya berpuasa, jika kita berbuka dengan makanan yang tak halal.

Dalam berpuasa, jangankan yang tidak halal, yang halal pun dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Sebab, perkara yang berlebihan itu selanjutnya akan mencelakakan. Di sini kita harus ingat bahwa salah satu tujuan puasa adalah mengurangi makanan yang halal dan meninggalkan yang haram. Puasa kita jangan sampai termasuk yang disampaikan Rasulullah SAW.

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ

Artinya, "Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapat bagian apa-apa dari puasanya selain haus dan lapar," (HR. An-Nasa'i).

Terakhir, anggota tubuh yang wajib kita ajak berpuasa adalah hati. Di hadapan anggota tubuh lainnya, diibaratkan oleh Al-Ghazali adalah raja. Saat berpuasa, hati diajak berpuasa dari memikirkan perkara yang sia-sia, bersifat duniawi, menjauhkan diri dari Allah. Sebaliknya, saat berpuasa hati harus selalu diajak ingat dan dekat dengan Dzat yang memerintah puasa, yakni Allah SWT.

Usai berbuka, dalam hati pasrahkan puasa kita kepada Allah. Di samping berharap rahmat dan ridha-Nya, hati kita juga harus memiliki rasa takut dan waswas. Takut jika puasa kita ditolak dan jauh dari diridhai-Nya. Dan perasaan ini, sebaiknya tidak hanya dalam ibadah puasa saja, tetapi dalam setiap kita usai menjalankan ibadah.

Menurut ulama hakikat, diterimanya amal itu ditandai oleh sampainya amal kepada yang dituju. Mereka menyadari bahwa tujuan puasa adalah meniru salah satu akhlak Allah dan sifat para malaikat-Na. Tidak makan, tidak minum, dan tidak mengumbar hawa nafsu.

Ketika seorang hamba sudah mampu menahan hawa nafsu dan mengendalikan keinginan syahwatnya, maka martabatnya akan ditinggikan, bahkan lebih tinggi dari derajat para malaikat. Sebaliknya, jika hamba tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, tidak mampu memfungsikan hati, mata, dan pendengarannya, maka bisa saja ia lebih hina dari makhluk tak berakal. Demikian seperti yang diungkap dalam surah Al-A'raf [7]: 179.

Semoga kita diberi kemampuan untuk mempuasakan seluruh anggota tubuh kita, baik anggota zahir maupun yang batin. Mudah-mudahan dengan berpuasa, kita semua berhasil meraih derajat takwa dan sukses meraih ridha Allah SWT.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #6: Keutamaan Puasa Ramadan

(sumber: situs resmi Muhammadiyah)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita bersyukur kepada Allah karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang penuh berkah, bulan yang dinanti-nanti oleh kaum Muslimin, yaitu bulan Ramadan.

Sebagai salah satu rukun Islam, puasa Ramadan memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah Saw telah menjelaskan banyak keutamaan puasa di bulan ini dalam berbagai hadis sahih.

Hari ini, kita akan mengingat enam keutamaan utama puasa Ramadan agar kita semakin bersemangat dalam menyambut dan menjalankan ibadah ini dengan penuh keimanan dan pengharapan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pertama, puasa Ramadan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa yang telah lalu.

Keterangan ini berdasarkan hadis Nabi Saw:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)

"Dari Abū Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan (terhadap Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR al-Bukhārī dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sarana penyucian jiwa. Orang yang berpuasa dengan penuh kesadaran akan memperoleh rahmat pengampunan dari Allah.

Hadis ini diperkuat dengan hadis yang lain, sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih Muslim:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيٌّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدَودَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ فِيهِ كَفَرَ مَا قَبْلَهُ ( رواه أحمد وابن حبان والبيهقي، وحسنه الأرنؤوط).

"Dari Abū Sa'id al-Khudrī (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dan mengetahui batasnya- batasnya serta memelihara diri dari apa yang seharusnya dia memelihara diri dan menjauhi dosa-dosa besar, niscaya Allah menghapus dosa-dosanya yang terdahulu." (HR Muslim).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain itu, pahala puasa juga tidak terbatas. Keterangan ini berdasarkan narasi dari sebuah hadis qudsi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ فَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفِ إلا الصِّيَامَ هُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِى بِهِ إِنَّهُ يَتْرُكُ الطَّعَامَ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِ وَيَتْرُكُ الشَّرَابَ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه الدارمي وأحمد)

"Dari Abū Hurairah r.a. (dilaporkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Ta'ala berfirman: Setiap amal anak Adam (manusia) adalah untuk dirinya, dan ganjaran kebaikan itu dilipatkan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Dia adalah untuk-Ku dan Aku yang membalasnya (dengan tanpa batasan). Orang yang berpuasa itu meninggalkan makanan dan syahwatnya demi Aku, dan meninggalkan minuman dan syahwatnya demi Aku. Maka puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku membalasnya." (HR adDārimī).

Dari hadis ini, kita memahami bahwa ganjaran puasa berada di luar batas hitungan manusia karena puasa adalah bentuk ibadah yang menunjukkan keikhlasan tertinggi seorang hamba.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Keistimewaan lainnya ialah orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat bertemu dengan Allah.

Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه أحمد)

"Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw (bahwa) beliau bersabda: Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka puasa dan kegembiraan ketika menghadap Tuhannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung." (HR Ahmad).

Kebahagiaan berbuka adalah simbol keberhasilan dalam menjalankan ketaatan, sementara kegembiraan di akhirat adalah balasan besar bagi mereka yang berpuasa dengan ikhlas.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Lain daripada itu, puasa juga dapat menjadi tameng kita dari siksa neraka. Mari kita simak baik-baik hadis ini:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا (رواه البخاري ومسلم).

"Dari Abū Sa'id al-Khudri r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah akan dijauhkan Allah dirinya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun." (HR Muslim).

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya perlindungan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang berpuasa dengan baik dan menjaga dirinya dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Orang yang berpuasa juga memiliki kehormatan khusus di akhirat, yaitu masuk surga melalui pintu khusus yang bernama Ar-Rayyan.

عَنْ سَهْلِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخاري)

"Dari Sahl r.a., dari Nabi SAW (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Sesungguhnya di syurga terdapat sebuah pintu yang diberi nama ar-Rayyan, yang melaluinya orang-orang berpuasa masuk ke syurga di hari kiamat. Pintu itu tidak dilalui oleh siapa pun selain mereka. Di akhirat nanti dilakukan pemanggilan: Mana orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka berdiri (dan masuk ke syurga) dan tidak ada seorang pun masuk melalui pintu itu. Apabila mereka telah masuk pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun masuk melaluinya." (HR al- Bukhāri).

Ini merupakan bentuk penghormatan Allah bagi mereka yang telah menahan diri dari godaan dunia dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berpuasa.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Keistimewaan terakhir dari puasa di bulan Ramadan adalah bulan penuh rahmat, di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتَّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ (رواه البخاري)

"Ketika datang bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Al-Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa Ramadan adalah kesempatan besar untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal kebaikan karena berbagai godaan dan rintangan telah diminimalkan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita menyambut bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan dan kesiapan. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Jadikan puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas iman serta amal ibadah kita. Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang mendapatkan keberkahan dan keutamaan Ramadan. Amin.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #7: Keagungan Ramadan

(sumber: situs Perpustakaan Islam Digital Kementerian Agama)

Melalui mimbar khutbah Jumat yang mulia, dan di bulan Ramadhan yang agung ini, marilah senantiasa berwasiat kepada diri kita untuk terus meningkatkan kualitas iman dan taqwa, disertai memperbanyak amal shaleh dan kebajikan kepada sesama. Insyaallah dengan bekal iman, taqwa dan amal shaleh, kita akan mampu memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup, baik di alam dunia yang fana ini maupun di alam akhirat yang kekal dan abadi.

Ma'asyiral Muslimin, Rahimakumullah.

Di antara faktor paling utama keagungan dan kemuliaan Ramadhan adalah dipilihnya bulan ini sebagai bulan ditunaikannya ibadah puasa dengan segala keistimewaannya dan diturunkannya Al Quran dengan segala kemuliaannya. Karena itu bulan Ramadhan lazim disebut dengan شهر الصيام dan شهر القران.

Tidak diragukan lagi bahwa ibadah puasa memiliki berjibun keutamaan dan kemaslahatan, baik yang bersifat fisikli maupun ruhani. Karena itu ibadah puasa termasuk ajaran agama yang telah lama disyariatkan bagi umat-umat terdahulu, bahkan juga dijadikan ajaran inti oleh semua agama, baik samawi maupun ardli dengan segala macam tata caranya.

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghozali menyatakan dalam karya besarnya Ihya 'Ulumiddin: الصوم ربع الايمان (Puasa adalah seperempat keimanan), pernyataan ini sebagaimana didasarkan kepada sabda Nabi Muhammad SAW:

الصوم نصف الصبر والصبر نصف الايمان

Puasa adalah separuh kesabaran dan kesabaran adalah separuh keimanan.

Tentunya banyak ayat-ayat Al Quran maupun uraian Hadis yang menyatakan tentang keistimewaan ibadah puasa dibanding amal ibadah lain, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam salah satu Hadisnya:

كل حسنة بعشر امثالها الى سبعماءة ضعف الا الصيام فانه لي وانا اجزي به (رواه البخاري و مسلم)

Setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, karena puasa untukku dan Aku sendiri yang akan membalasnya

Dan beliau juga bersabda:

لكل شيء باب وباب العبادة الصوم) رواه ابن المبارك

Setiap sesuatu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa

Hadirin, jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah,

Puasa dengan segala keistimewaan dan hikmah yang terkandung di dalamnya tentu bukanlah sekedar perbuatan menahan makan, minum dan hubungan badan seseorang dari pagi hingga petang, akan tetapi puasa pada hakikatnya adalah ibadah yang memandu manusia untuk melatih dirinya menahan dan mengelola hawa nafsu syahwatnya agar ia terarah sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Jika dalam ibadah puasa manusia dilatih menahan amarah, dengan itu ia diharapkan mampu mengelola gejolak emosinya.

Jika puasa melatih mengasah empati dan kepedulian, dengan itu manusia diharapkan mampu berbagi kenikmatan kepada sesama. Jika dalam puasa hal-hal yang mubah diharamkan, dengan itu agar manusia mampu menahan diri dari godaan dan rayuan yang sering menghanyutkan nafsunya.

Bagi seorang aparatur negara dan birokrat misalnya, selain memenuhi syarat dan rukunnya, sesungguhnya hakikat puasanya adalah kesungguhan dan kemampuan dirinya berpuasa dari godaan KKN, berpuasa dari prilaku suap dan jual beli jabatan, berpuasa dari gaya hidup yang boros dan hedonis serta segala kelakuan yang negatif. Keberhasilan ibadah puasa seorang birokrat tercermin dari pribadi unggul yang memiliki integritas, kinerja yang produktif, pelayanan yang prima, tanggungjawab mengemban tugas dan perilaku lain yang luhur.

Untuk itu, marilah kita naikkan derajat ibadah puasa kita dari rutinitas ritual yang kering makna menjadi ibadah substansial yang memenuhi maqashid syariahnya agar kita mampu memperoleh rahasia keagungan dan hikmahnya.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Faktor penting lain dari keagungan Ramadhan adalah terpilihnya bulan ini sebagai turunnya kitab suci Al Quran Al Karim. Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Adakah Ramadhan yang agung sehingga dipilih sebagai turunnya Al Quran atau karena Al Quran yang mulia turun di dalamnya sehingga Ramadhan menjadi bulan yang agung? Wallahu A'alam.

Para ualama menyatakan, Al-Qur'an adalah kalam yang mulia dari Allah yang Maha Mulia dan segala sesuatu menjadi mulia karena mendapat pancaran dari kemuliannya. Syeikh Ahmad Isa Al-Mu'ashrawi, seorang ulama kenamaan Mesir menyatakan:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْقُرْآنِ نَزَلَ جِبْرِيْلُ بِهِ فَأَصْبَحَ أَفْضَلَ الْمَلَائِكَةِ نَزَلَ عَلىَ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم فَأَصْبَحَ سَيِّدَ الْخَلْقِ نَزَلَ عَلىَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَأَصْبَحَتْ خَيْرَ أُمَّةٍ نَزَلَ فىِ رَمَضَانَ فَأَصْبَحَ خَيْرَ الشُّهُوْرِ نَزَلَ فىِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فَأَصْبَحَتْ بِأَلْفِ شَهْرٍ فَمَاذَا لَوْ نَزَلَ فِي قُلُوبِنَا

Betapa Mulianya Al-Qur'an. Al-Qur'an dibawa turun oleh Malaikat Jibril maka ia menjadi Malaikat yang paling mulia, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW maka beliau menjadi Makhluk paling mulia, Al-Qur'an diturunkan kepada Ummat Nabi Muhammad SAW maka mereka menjadi ummat yang paling mulia, Al-Qur'an diturunkan di bulan ramadhan maka ia menjadi bulan yang paling mulia, Al-Qur'an diturunkan pada malam lailatul qadar maka ia menjadi lebih mulia dari 1000 bulan, Trus bagaimana jika Al-Qur'an turun ke hati kita? [@elmasrw].

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Rasulullah SAW bersabda :

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ.

Puasa dan Al Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: "Wahai tuhanku, Aku telah mencegahnya dari makan dan syahwatnya pada siang hari maka izinkan aku memberi syafaat kepadanya". Al-Qur'an berkata: " Aku telah mencegahnya dari tidur pada malam hari maka izinkan aku memberi syafaat kepadanya, maka Nabi SAW bersabda : maka keduanya diizinkan memberikan syafaat. [HR Ahmad].

Melalui momentum Ramadhan yang agung ini, mari teruslah dekatkan diri kita untuk sering membersamai Al Quran Al Karim, dengan semakin banyak membacanya, merenungi kandungan dan pesan-pesan ajarannya serta menjadikannya imam dan pemandu kehidupan diri, keluarga dan masyarakat dalam amaliah kehidupan yang nyata supaya ia menerangi kehidupan kita.

Teks Khutbah Jumat Pertama Ramadhan #8: Makna dan Keutamaan Bulan Ramadhan

(sumber: tulisan Ustadz M Syarofuddin Firdaus dalam situs NU Online)

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Sebagaimana diketahui bersama, bulan ini merupakan bulan yang agung dan penuh berkah. Sebab pada bulan ini ampunan dan rahmat-Nya sangat mudah didapatkan, bukankah kelak kita bisa masuk sorga-Nya hanya melalui rahmat-Nya?

Begitu juga adanya bulan Ramadhan membuat seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa dengan tujuan menjadi pribadi yang bertakwa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang beriman telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan (juga) atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang bertakwa." (QS. al-Baqarah: 183)

Tujuan disyariatkannya berpuasa untuk menjadi orang bertakwa merupakan cara Allah mengajak kita untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Ibadah sehari-hari seperti shalat lima waktu, sedekah, berbuat baik kepada sesama, dan lain sebagainya dirasa belum cukup untuk meningkatkan ketakwaan kita. Oleh karenanya Allah menambahkan jalan lain untuk mencapai hal tersebut, yaitu dengan berpuasa.

Kendati demikian, patut diakui bahwa puasa tidak hanya bisa dilaksanakan pada bulan Ramadhan saja. Namun puasa yang dilakukan pada bulan ini mempunyai keutamaan yang lebih dibandingkan puasa pada bulan-bulan lainnya. Keutamaan ini disebabkan puasa tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan.

Dengan kata lain, ibadah puasa memiliki keutamaan yang berbeda-beda dengan bergantung pada bulan apa dikerjakannya. Lantas, mengapa ketika puasa dikerjakan pada bulan Ramadhan memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah dibandingkan puasa pada bulan yang lain?

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,.

Pertanyaan tadi akan bisa dijawab bila kita mulai dari mengetahui apa arti kata Ramadhan. Dalam kamus al-Mu'jam al-Wasith, Ramadhan berasal dari رَمَضَ yang memiliki makna 'membakar.' Makna ini sepadan substansinya dengan kata lain seperti melenyapkan, menghanguskan, bahkan meluluhlantakkan. Termasuk sifat membakar yang lain adalah meniadakan, menghabisi, dan menundukkan.

Dalam konteks Ramadhan, sesuatu yang dibakar adalah penyakit hati yang ada dalam diri kita masing-masing. Imam al-Ghazali secara terperinci menjelaskan apa saja macam-macam penyakit hati di dalam kitabnya yang fenomenal, Ihya Ulumuddin. Di antaranya adalah ego, iri dengki, sombong, ujub, dan nafsu hewani.

Penyakit-penyakit seperti inilah yang mesti ditundukkan bahkan dibakar selama bulan Ramadhan. Ibadah pada bulan ini seperti puasa, tarawih, mengaji al-Quran, dan berbagai macam dzikir memiliki tujuan untuk melenyapkan berbagai penyakit hati tersebut. Seolah-olah Allah hendak menegaskan bahwa penyakit hati itu bisa dilatih, dilunakkan, serta dihilangkan dengan cara memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan.

Sebab penyakit hati merupakan faktor paling dasar yang memicu berbagai konflik sosial dan politik yang terjadi selama ini. Bahkan Imam al-Ghazali juga menegaskan bahwa penyakit hati bisa mengidap kepada siapa saja, termasuk para ulama, pejabat, dan tokoh macam lainnya. Penyakit hati ini memang tidak memandang bulu dan hanya bisa dihilangkan dengan memperbanyak proses dan latihan.

Oleh karena itu, dengan beragam ibadah dan ganjaran yang dikhususkan hanya bisa diperoleh pada bulan ini, diharapkan dapat meluluhlantakkan penyakit-penyakit hati yang ada di dalam diri kita. Sesuai makna asalnya, Ramadhan menjadi momentum pembakaran berbagai penyakit hati, dan tentunya termasuk berbagai dosa juga.

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Perlu dipertegas di sini bahwa maksud dosa di sini hanyalah dosa antara hamba dengan Tuhannya. Artinya, dosa yang bisa dibakar atas ibadah-ibadah yang dikerjakan selama Ramadhan hanya terbatas pada dosa kepada Tuhan. Sedangkan dosa kepada sesama manusia maka harus meminta maaf kepada yang bersangkutan. Namun, Nabi Muhammad Saw di dalam sabdanya menyebutkan sebuah ibadah secara spesifik yang dapat menghanguskan dosa-dosa tersebut, yaitu berpuasa. Di dalam riwayat Bukhari - Muslim disebutkan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan atas dasar beriman dan mengharapkan pahala maka dosa-dosanya di masa lalu akan diampuni."

Berdasarkan hadits ini cukup jelas kiranya bahwa puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa-dosa masa lalu seorang hamba. Dengan syarat, puasa yang dikerjakannya berdasarkan keimanan dan harapan mendapatkan pahala. Jadi puasa Ramadhan yang dikerjakan bukan karena ikut-ikutan lingkungan, atau bahkan tren media sosial.

Imam Muslim saat menjelaskan hadits-hadits tentang sebuah ibadah yang secara otomatis dapat menghapus dosa-dosa seseorang menegaskan bahwa dosa-dosa di sini terbatas hanya pada dosa kecil saja, bukan dosa besar. Sebab bila melakukan dosa besar maka cara melenyapkannya bukan hanya dengan beribadah saja, melainkan harus memohon ampun dan bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Hal ini masuk akal kiranya, sebab setiap kita pasti memiliki dosa kecil, entah sengaja maupun tidak. Maka untuk menghapusnya cukup dengan memperbanyak ibadah yang biasa kita lakukan. Terlebih lagi bila ibadah tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan, maka peluang ampunan yang akan diperoleh menjadi lebih besar.

Hadirin shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Selain itu, uraian terkait keutamaan bulan Ramadhan di atas diperkuat juga dengan hadis riwayat Bukhari Muslim yang berbunyi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Artinya: "Apabila bulan Ramadhan tiba maka pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dikerangkeng."

Hadits ini hendak menegaskan dari saking mulianya bulan Ramadhan membuat tempat mulia seperti surga dibuka lebar-lebar, sedangkan tempat dan makhluk yang hina ditutup dan dirantai agar tidak bisa mengganggu kekhidmatan ibadah pada bulan ini.

Ibadah yang dikerjakan pada bulan ini akan memudahkan kita diantarkan pada tempat yang indah sebagaimana dijanjikan bagi orang beriman, begitu juga jalan menuju tempat yang buruk ditutup, termasuk mahluk yang terlibat di dalamnya, yakni para setan dikurung agar tidak menggoda umat Islam dalam beribadah selama Ramadhan.

Semoga kita mendapatkan kemuliaan dan keberkahan bulan ini, sehingga nanti setelah Ramadhan usai kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih bertakwa dan semakin semangat beribadahnya.

Nah, itulah 8 teks khutbah Jumat pertama Ramadhan yang bisa detikers gunakan sebagai referensi. Semoga bermanfaat!




(sto/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads