6 Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Lengkap, Ada yang Berbahasa Jawa

6 Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Lengkap, Ada yang Berbahasa Jawa

Nur Umar Akashi - detikJogja
Jumat, 15 Mar 2024 15:49 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Ilustrasi ceramah. Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash
Jogja -

Umumnya, selama bulan Ramadhan akan ada banyak ceramah. Materi yang dibawakan pun bisa berbeda-beda. Teruntuk detikers yang butuh contohnya, berikut ini enam contoh ceramah Ramadhan singkat yang bisa jadi referensi.

Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, ceramah berarti pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Adapun ceramah Ramadhan secara khusus dapat membawakan berbagai tema, mulai dari puasa, zakat, hingga teladan Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini contoh ceramah Ramadhan singkat dan lengkap berbagai tema, bisa dibawakan saat tarawih atau saat pengajian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Lengkap

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #1: Belajar Jujur dari Momentum Puasa

(karya Slamet dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan)

Di antara hikmah ibadah puasa Ramadhan adalah melatih kejujuran. Siapakah yang bisa menjamin bahwa seseorang yang mengaku berpuasa itu benar-benar melakukan puasa?

ADVERTISEMENT

Siapa yang tahu kalau sesungguhnya dia hanya berpura-pura, atau paginya berpuasa tetapi siang hari sudah membatalkan diri-namun tetap mengaku berpuasa? Di sinilah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits Qudsi:

"Setiap amal manusia (anak Adam) adalah milik dirinya sendiri, kecuali puasa, maka amal itu untuk Aku (Allah), dan Aku langsung yang akan memberinya pahala." (HR. Bukhari)

Puasa merupakan ibadah yang khusus dan istimewa. Berbeda dengan jenis ibadah yang lainnya. Bila seseorang mengerjakannya maka akan dengan mudah diketahui pihak lain.

Misalnya sholat, maka kita akan terlihat orang lain ketika datang ke masjid, berwudhu', bagaimana kita melakukan gerakan dan membaca do'a, dan sebagainya.

Demikian juga membayar zakat, ada orang lain yang mengetahui perbuatan kita setidaknya orang yang kita beri zakat tersebut. Apalagi menunaikan ibadah umrah dan haji. Satu orang yang naik haji, maka orang satu kampung, dan bahkan satu desa akan dipamiti dan dimintai do'a restunya.

Berbeda dengan puasa (Ramadhan)-hanya diri kita dan Allah yang tahu, apakah kita benar berpuasa atau tidak. Puasa adalah janji antara diri kita dengan Allah. Bayangkan, ketika di siang hari yang sangat panas, sementara kita di rumah seorang diri.

Di situ ada minuman segar, banyak makanan yang serba mengundang selera. Kita yakin, Allah melihat apa saja yang kita perbuat. Di sinilah kejujuran itu diuji.

Nilai kejujuran itulah yang semestinya untuk terus dipelihara dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah indahnya bila sifat jujur dimiliki oleh setiap muslim dan seluruh umat Islam di negeri ini. Rasulullah SAW menunjukkan arti pentingnya kejujuran:

"Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang shiddiq (jujur). Dan jauhilah perilaku dusta, sebab dusta itu akan membawa kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan membawa ke neraka. Orang yang selalu berdusta dan mencari kedustaan akan ditulis oleh Allah sebagai pendusta". (HR. Bukhari)

Mengapa demikian? Negeri ini sangat membutuhkan kehadiran orang-orang yang jujur. Maka muncullah slogan yang dicanangkan KPK: Jujur itu Hebat! Hal ini menunjukkan perilaku jujur di tengah masyarakat kita ini begitu mahal dan langka.

Buktinya, dari waktu ke waktu kita masih saja mendengar adanya berita korupsi yang merasuk ke seluruh sendi kehidupan masyarakat. Permainan suap jabatan, money politic dalam pemilu atau pilkada. Dan sederet perilaku ketidakjujuran lainnya.

Tetapi bagaimana mau mengikisnya, sementara nilai ketidakjujuran juga sudah mulai dihembuskan sejak dini, melalui dunia pendidikan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan sesaat.

Banyaknya perilaku menyontek, pembocoran soal ujian dan jawaban, joki ujian, dan sebagainya.Sampai kapankah mata rantai kebohongan semacam ini akan bisa diputus.

Momentum puasa Ramadhan inilah semestinya digunakan untuk membuktikan diri, bahwa ibadah puasa yang kita tunaikan benar-benar mampu mengubah diri kita menjadi orang yang bertakwa, yang salah satu sendinya memiliki sifat jujur.

Seorang anak jujur kepada orang tuanya. Suami istri jujur dalam rumah tangganya. Siswa jujur kepada guru. Pegawai jujur pada atasan. Pejabat jujur kepada rakyatnya, dan seterusnya. Maka, pastilah berbagai krisis negeri ini akan bisa segera diatasi. Mari kita mulai bersama!

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #2: Hikmahe Poso Ramadhan

Dikutip dari situs Nahdlatul Ulama Jawa Timur, berikut ini contoh ceramah Ramadhan versi bahasa Jawa.

Monggo sami taqwo lan taat dumateng Gusti Allah, wonten ing pundi kemawon kawontenan kito, rame utawi sepi, kanthi tansah nindakaken sedoyo perintah lan nebihi sedoyo awisanipun, supados kita tansah pikantuk rahmat lan kanugrahan saking Gusti Allah, Amiin.

Wonten lebete poso wulan Ramadhan katah kesaenan ingkang saget diunduh. Miturut Al-Qur'an bilih hikmahe poso nggih meniko supados kito langkung taqwo dumateng Allah. Wonten surat al-Baqarah dipun dawuhake:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artosipun: "Hai wong-wong kang podo iman, diwajibake tumrap siro kabeh poso kang wis diwajibake tumrap wong kang sakdurunge siro, supoyo siro bertaqwa. (Al-Baqarah 183)"

Saking meniko kito ingkang sampun mbiasa'aken ibadah poso saben wulan Ramadan punika ampun ngantos poso kito namung ngempet dahar lan ngunjuk kemawon, nanging kedah saget nambahi taqwo kita dateng Allah. Kranten katah tiyang ingkang ngelampahi poso namung angsal ngelak lan luweh, kranten mboten saget nggayuh hikmahe poso. Kanjeng Nabi dawuh:

عَنْ أَبِي هريرة قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إَّلا الْجُوْعِ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَر (رواه النسائي)

Artosipun: "Saking Abu Hurairah, Kanjeng Nabi dawuh, pinten-pinten tiyang poso mboten angsal ganjaran, kejobo luwe lan ngelak. Pinten-pinten tiyang sholat wengi mboten angsal ganjaran kejobo ngelilir wengi kemawon (HR An-Nasa'i)."

Milo, poso punika mboten namung ngempet ngelak lan luwe, ananging ugi nggulo wentah jasmani lan ruhani. Kelawan poso kito kedah ngelatih sabar, lan ngempet sedoyo kekarepan keenakan ingkang saget mengku doso ingkang dados kesenengane howo nafsu.

Pramila poso kita ampun ngantos namung nahan tutuk saking perkawis ingkang lumebet kemawon, ananging ingkang langkung penting nggih meniko njogo tutuk saking perkawis ingkang awon, kados guneman olo, adu-adu, rasan-rasan lan goroh.

Hikmah lintune, poso Ramadhan ndidik kita supados ningkataken sifat kumawula kanti amal ibadah soho amal sosial, kerono saklebetipun wulan Ramadhan kito mboten namung poso kemawon, ananging ugi ngatahaken ibadah kados shalat tarawih dalunipun, tadarus Al Qur'an, giyatipun pengaosan, mekaten ugi amal sosial, kados ngatahaken shadaqah, silaturrahim, ngabekti dateng tiyang sepuh, welas asih dateng sederek lan sanesipun, ingkang sedoyo wau saget kita raosaken, saget meningkat ketimbang wekdal sanesipun wulan Ramadhan.

Para sederek kaum Muslimin Rahimakumullah,
Kedah dipun mangertosi bilih supados poso kita saget ngasilaken ganjaran, kito kedah mangertosi nopo ingkang dados syarate angsal ganjaran. Antawisipun syarate nggih meniko buko poso kanti dahar ingkang halal.

Menawi buko kanti daharan ingkang haram, mongko mboten bakal angsal ganjaran, malahan panyuwunane bakal mboten dipun ijabahi lan bakal angsal dukone Gusti Allah.

Sejatose tiyang ingkang poso niku kados tiyang berjihad, artosipun bilih tiyang mu'min ing wulan Ramadhan ngelampahi jihad kaleh, inggih puniko:

1. Jihad kangge piyambake ing wekdal rahino kanti nindakkaken puasa.
2. Jihad ing wekdal dalu kanti nindakaken shalat malam, kados tarawih, tahajud.

Sinten mawon ingkang saget ngelampahi jihad kaleh kasebat lan netepi sabar. Insyaallah bakal dipun paringi ganjaran saking ngersane Gusti Allah.

Akhiron, monggo kito cancut taliwondo, ngguna'aken poso Ramadhan kanti sae lan nggadahi makno, soho ngasilaken hikmah ingkang katah tumrap kita sedoyo, soho ditompo wonten ngersanipun Allah

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #3: Sabar Berbuah Manis

(oleh Ustadz M. Taufiq Affandi dalam situs resmi University of Darussalam Gontor)

Adalah sebuah kebahagiaan yang teramat besar bagi kita bahwa tahun ini kita dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Dengan berpuasa pada bulan ini, kita memiliki kesempatan untuk mengasah kesabaran kita.

Melatih kesabaran memang berat dan terkadang pahit, namun buahnya sangat manis. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma'aṣ-ṣābirīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Apa yang lebih indah. apa yang lebih manis dari kebersamaan dengan Allah. Bahkan dalam surat Ali Imran ayat 146, Allah berfirman:

وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

Bukankah sungguh manis jika kita dicintai oleh Allah.

Apa sebenarnya sabar itu: dalam bahasa Arab, secara bahasa sabar berarti radhiya (ridha), tajallada (mengikat) tahammala (beratahan), ihtamala (menahan), dan dalam menghadapi sesuatu fi huduu' wa ithmi'naan (dalam ketenangan) dan duuna syakwaa (tanpa mengeluh).

Namun tentunya untuk mencapai tingkatan itu tidaklah mudah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

wasta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, wa innahā lakabīratun illā 'alal-khāsyi'īn

Artinya: "Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

Mengapa berat? Karena sebagaimana arti bahasanya sendiri, dalam bersabar kita harus mampu menahan diri dan bertahan dari hal-hal yang menggoda kita, dari hal-hal yang tampaknya menyenangkan dan memberikan kenikmatan.

Jika kita berkaca dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran. Setidaknya ada 3 jenis kesabaran yang harus kita asah. Yaitu sabar menahan amarah, melawan godaan nafsu, dan menghadapi cobaan:

Bentuk kesabaran yang pertama adalah sabar dalam menahan amarah. Saat Nabi Ya'qub (Ayah Nabi Yusuf) menerima kabar bahwa Nabi Yusuf dimakan oleh serigala, yang ia katakan adalah "fashabrun jamiil". Hal ini terekam dalam Surat Yusuf ayat 189:

"wa jā`ụ 'alā qamīṣihī bidaming każib, qāla bal SAWwalat lakum anfusukum amrā, fa ṣabrun jamīl, wallāhul-musta'ānu 'alā mā taṣifụn."

Artinya: "Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Kesabaran menahan amarah juga ditunjukkan oleh Nabi Yusuf. Di penghujung kisah Nabi Yusuf, saat Nabi Yusuf telah menjadi orang besar dan para saudaranya yang dahulu kini meminta maaf padanya, beliau tidak memarahi ataupun mencaci maki. Justru beliau berkata, sebagaimana terekam di dalam al-Quran:

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

qāla lā taṡrība 'alaikumul-yaụm, yagfirullāhu lakum wa huwa ar-ḥamur-rāḥimīn

"Dia (Yusuf) berkata, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang." (Yusuf: 92)

Bayangkan, bukan hanya tidak mencela, beliau bahkan mendoakan dan menghibur saudara-saudaranya tersebut. Luar biasa tingkat kesabaran yang beliau tunjukkan.

Dan sungguh tepat momentum Ramadhan ini kita gunakan untuk lebih bersabar dalam menahan amarah. Dalam kitab shahih Muslim kita menemukan Hadith Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

"‏ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ ‏"

Artinya: "Jika salah seorang diantara kamu berpuasa, hendaklah dia tidak berkata-kata yang kotor ataupun melakukan perbuatan yang bodoh. Dan jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia berkata, "Sesungguhnya aku seorang yang berpuasa, sesungguhnya aku seorang yang berpuasa." (HR. Muslim)

Yang kedua, kita harus sabar melawan godaan hawa nafsu. Ketika Nabi Yusuf beranjak dewasa, ia sempat digoda oleh seorang wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.

Bagaimana sikap beliau? Beliau berlindung kepada Allah dan berlari menjauhi godaan itu. Dalam Surat Yusuf ayat 23, Allah menceritakan kisah ini:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

wa rāwadat-hullatī huwa fī baitihā 'an nafsihī wa gallaqatil-abwāba wa qālat haita lak, qāla ma'āżallāhi innahụ rabbī aḥsana maṡwāy, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn

Artinya: "Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, "Marilah mendekat kepadaku." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung."

Yang ketiga, kita juga harus sabar dalam menghadapi musibah. Dalam Surat Yusuf Allah mengisahkan bagaimana sang Raja bermimpi melihat melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai lainnya yang kering. Nabi Yusuf menakwilkan mimpi itu sebagaimana berikut:

"Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)." (QS Yusuf 47-49)

Dapat kita lihat, bahwa dengan kesabaran, mereka akhirnya bisa melewati cobaan berupa masa-masa yang sulit. Dan tujuh tahun yang sulit itu, saat dilewati dengan penuh kesabaran, akhirnya membuahkan tahun yang manis.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #4: Ingin Hasil Ramadhan Berkualitas? Ibda' Binafsika

(tulisan Andy Dermawan dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan)

Beragama itu mudah, semudah menjalankan apa yang telah disyariatkan dalam Islam dengan baik, wajar, dan ikhlas. Alat ukurnya adalah mengetahui dan memahami ajaran dan nilai agama Islam dengan baik, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena alat ukurnya adalah memahami tuntunan atau perintah Allah SWT dan Rasul-Nya beserta larangan-Nya, sehingga di dalam melaksanakan ibadah sehari-hari seorang Muslim memiliki kejelasan orientasi "mengapa dan untuk apa saya beribadah?".

Sedangkan Ikhlas, alat ukurnya adalah memastikan bahwa sesuatu yang baik dan wajar itu dilakukan dengan senang hati, sepenuh hati dan fokus di dalam berusaha mendapatkan ridha Allah SWT Semata.

Semua tindakan ibadah yang dilakukan berdasarkan tuntutan tersebut, pada dasarnya memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan bersosial, berbudaya, dan bermasyarakat.

Karena pada dasarnya, kebaikan sekecil apapun akan mendapat pahala kebaikan dari Allah SWT, dan begitu pula sebaliknya. Al-Qur`an surat ke 99, Az-Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَه . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula."

Ramadhan mengajarkan kepada umat manusia (khususnya orang yang beriman), tentang pentingnya membangun sikap jujur di dalam kehidupan. Terminologi "jujur" menjadi kata kunci dalam menjalankan perintah puasa.

Berikutnya Mari kita simak secuił cerita yang penting bagi kita, yakni peristiwa tentang orang yang ingin memeluk agama Islam. Orang tersebut menyatakan kepada Nabi SAW bahwa dia mempunyai kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkannya, yaitu mencuri.

Orang tersebut menyatakan bahwa di samping keinginannya yang begitu kuat untuk memeluk agama Islam, dia masih merasa kesulitan untuk menghindari kebiasaan mencuri tersebut. Untuk memecahkan persoalan tersebut, Nabi SAW hanya meminta supaya orang itu berjanji untuk tidak berbohong (an laa takdzib).

Janji untuk tidak berbohong tersebut tampaknya begitu merasuk di hati orang tersebut sehingga sangat berpengaruh dalam kehidupan orang tersebut. Tatkala hendak mencuri, dia senantiasa teringat janji yang dibuatnya dengan Nabi SAW.

Seandainya dia masih mencuri, kemudian Nabi SAW bertanya ihwal hal tersebut, apa yang harus dijawabnya. Jika dijawab "tidak", berarti dia telah berbohong. Akhirnya "kontrak sosial" atau yang disebut dengan "an laa takdzib" menjadi dasar moral bagi orang tersebut untuk berbuat baik, sehingga memudahkan prosesnya dalam memeluk agama Islam.

Kata kunci "tidak berbohong" dari cerita di atas, pada hakikatnya berimplikasi ke berbagai sektoral kehidupan kita. Dikatakan demikian, karena sikap tersebut merupakan bentuk pengejawantahan riil dari kata "iman dan taqwa".

Seseorang yang mampu menahan diri untuk tidak berbohong, berarti dia telah mampu mengendalikan diri dari keputusan tindakan yang merugikan dirinya dan orang lain, meskipun dia tidak mengerti bahwa tindakan tersebut merupakan implikasi dari iman dan taqwanya di hadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, ada tiga hal penting yang perlu kita lakukan, agar dalam menjalani kehidupan (khususnya di bulan suci Ramadhan) dapat memberikan keberkahan dari efek kebaikan yang kita lakukan.

Pertama, mulai dari diri sendiri, yaitu memastikan bahwa kebaikan yang telah terencana agar segera direalisasikan. Sebab, tertundanya niat baik, biasanya akan cenderung membuat kebaikan gagal terealisasi.

Kedua, mulai dari yang kecil dan sederhana, maksudnya tindakan-tindakan seperti menyingkirkan duri di jalan, atau menyegerakan sesuatu yang baik ketika terbersit di hati kita tentang kebaikan.

Ketiga, mulai dari sekarang, yakni menyegerakan diri ikut mengambil bagian menjadi orang pertama yang melakukan kebaikan. Inilah yang disebut Ibda Binafsika, mulailah dari diri sendiri.

Semoga di ramadhan tahun ini, kita bisa melakukan hal-hal baik di bulan Ramadhan, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan sederhana serta mulai dari sekarang. Semoga!

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #5: Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

(disadur dari buku 'Materi Ceramah Ramadhan' karya Dedy Novriadi)

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِالاعْتِصَامٍ بِحَبْلِ اللهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَ فِي الْقُرْآنُ الْكَرِيمُ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ بِسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ (البقرة : ۱۸۳)

Kaum Muslimin yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana sampai detik ini kita masih diberikan oleh Allah berupa nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesempatan sehingga mampu hadir di tempat yang penuh barokah ini.

Sholawat dan Salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan segala perjuangan dan pengorbanannya telah mampu menerangi qalbu ummat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dibawah naungan wahyu Illahi Robbi.

Kaum Muslimin yang berbahagia

Di antara perbuatan-perbuatan yang membatalkan puasa adalah: pertama, makan dan minum dengan sengaja, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 187:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْل وَلَا تُبْشِرُوهُنَّ وَأَنتُم عَكِفُونَ فِي الْمَسْجِدُّ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ عَايَتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (البقرة: ۱۸۷)

Artinya:"...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." (QS. Al Baqarah: 187)

Kedua, melakukan jima' (Bersetubuh) pada siang hari di bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah 187:

أُحِلَّ لكم ليلة الصِيَامِ الرَّقْتُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُم تَحْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالُنَ بَشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُم (البقرة: ۱۸۷)

Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu,.." (QS, Al Baqarah: 187)

Ketiga, muntah dengan sengaja. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَة أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قضاءً ومَن استقاء فَلْيَقْضِ (رواه الخمسة إلا النسائي)

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak memandang perlu orang itu meninggalkan makan dan minumnya." (H.R. Bukhari).

Keempat, keluar darah haid dan nifas. Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ قَالَ : أَلَيْسَ إِذَا حَاصَتْ لَمْ تُصَلَّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بلى (رواه البخاري)

Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: 'Bukankah wanita itu bila sedang kedatangan haid, tidak shalat dan tidak puasa?' Jawab mereka: Ya". (H.R Bukhari)

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #6: Teladan Rasulullah SAW di Bulan Ramadhan

(tulisan Komaruddin Amin di situs resmi Masjid Istiqlal)

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwasanya Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah. Di dalamnya terlimpah fasilitas dari Allah SWT yang diberikan kepada kita untuk mencapai ridha-Nya.

Ketika Ramadhan, terdapat momentum puasa sebagai wujud komunikasi vertikal yang intensif dengan Allah SWT. Selain berdimensi vertikal, puasa juga berdimensi sosial horizontal. Oleh karena itu banyak sekali jalan yang Allah SWT ciptakan agar dapat kita tempuh menuju keridhaan-Nya.

Sebagai seorang muslim yang memiliki sosok tauladan sepanjang hayat, Rasulullah SAW, kita bisa mengetahui panduan kebaikan darinya SAW, tentang apa yang beliau lakukan selama Ramadhan berlangsung. Di antaranya sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur'an

Hal pertama yang bisa kita teladani dari Rasulullah SAW ketika Ramadhan ialah membaca Al-Qur'an.

Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril AS menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR. Bukhari)

Pada setiap malam di bulan Ramadhan, Jibril AS mendatangi Rasulullah SAW dan menemuinya untuk mendengarkan Rasulullah SAW membaca Al-Qur'an.

Membaca Al-Qur'an adalah hal paling intensif yang dilakukan Rasulullah SAW ketika Ramadhan, membaca Al-Qur'an juga merupakan salah satu fitur atau instrumen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, guna mencapai ridha-Nya, serta memasuki pintu-pintu rahmat-Nya.

Membaca Al-Qur'an tentu bukan hanya membacanya semata, namun ketika membacanya, hati kita menjadi tenang, peka, sensitif terhadap diri kita sendiri, terhadap hubungan kita kepada Allah SWT, ataupun sesama manusia.

Misalnya hati kita menjadi sensitif terhadap realitas yang sedang kita hadapi, sehingga dapat mengambil langkah-langkah produktif untuk mendatangkan kebaikan bagi umat Islam, masyarakat, bangsa dan negara.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 2,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ - ٢

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal," (QS. Al-Anfal [8]: 2)

Semakin kita membaca Al-Qur'an, kita bisa semakin bertransformasi menjadi umat yang bertakwa, yang diridai oleh Allah SWT.

Mari kita membaca Al-Qur'an, menghayati maknanya, menjadikan Al-Qur'an sebagai perspektif dalam setiap langkah, aktivitas kita, maupun setiap kebijakan yang diambil. Al-Qur'an merupakan rujukan, referensi, penjaga yang dapat terus menunjukkan kebaikan sehingga bisa mendatangkan kemaslahatan.

2. Menjadi Semakin Dermawan

Berikutnya, hal yang patut diambil dan ditiru kebaikannya dari Rasulullah SAW ialah tentang kedermawanan diri. Tertera dalam hadits bahwasanya Rasulullah SAW merupakan seorang yang dermawan, dan dia semakin dermawan ketika Ramadhan tiba.

"Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم orang yang paling dermawan dalam kebaikan dan sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu transformasi yang bisa kita pahami dari puasa ialah membentuk pribadi manusia yang dermawan. Pada saat Ramadhan, kita melatih untuk ikut merasakan penderitaan orang-orang miskin, merasakan laparnya orang-orang yang setiap hari merasakan lapar.

Bulan Ramadhan juga menjadi kesempatan bagi kita menjadi orang yang bertakwa, yaitu dengan melakukan sesuatu untuk memitigasi (membantu) orang-orang yang lapar.

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada kita untuk menjadi orang yang dermawan, terlebih ketika Ramadhan tiba. Beliau SAW mengajarkan kita untuk senang berderma, berinfaq, dan bershadaqah.

Mari kita jadikan Bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk merefleksikan diri sebagai pribadi yang bertakwa, berderma, berbakti dan membantu orang-orang tidak mampu.

3. Memberikan Iftar

Hal ketiga yang bisa kita teladani dari sosok Rasulullah SAW adalah memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa.

Dalam sabda Rasulullah SAW, bahwasanya, "barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu," (HR. Nasa'i dan Tirmidzi).

Memberi makanan berbuka kepada orang berpuasa ialah refleksi transformasi kepribadian yang dibentuk selama Ramadhan. Jadi marilah kita berlomba-lomba berderma, memberi makanan untuk berbuka puasa bagi mereka yang berpuasa.

4. Berdoa

Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa berdoa. "Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu; doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir." (HR. Baihaqi)

Bulan Ramadhan merupakan bulan maghfirah, bulan dikabulkannya segala doa, mari kita intensifkan komunikasi vertikal kepada Allah SWT dengan berdoa.

5. Qiyamul Lail

Hal berikutnya yang terus Rasulullah SAW lakukan selama bulan Ramadhan ialah shalat malam (Qiyamul Lail), seperti tarawih, witir, tahajjud.

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا - ٧٩

"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra [17]: 79)

Mari kita jadikan puasa pada tahun ini lebih berkualitas daripada tahun lalu. Puasa berkualitas ialah puasa yang mampu mentransformasikan diri kita menjadi pribadi yang bertakwa, menjadi perisai terhadap diri, dan mampu memproteksi diri dari hal-hal yang tidak dikehendaki Allah SWT.

Marilah kita bersyukur karena masih diperkenankan oleh-Nya untuk menjalani ibadah pada Ramadhan tahun ini.

Nah, demikian enam contoh ceramah Ramadhan yang singkat, tetapi lengkap. Semoga bermanfaat, ya!




(par/rih)

Hide Ads