Dilansir detikHealth, terdapat 3 kasus Mpox terkonfirmasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu, kasus terbanyak tercatat di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus, Jawa Barat 13 kasus, Banten 9 kasus, Jawa Timur 3 kasus, dan Kepulauan Riau 1 kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia sejak 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Lantas, apa itu virus Mpox sebenarnya? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun detikJogja dari laman resmi World Health Organization (WHO) dan US Department of Health & Human Services berikut ini!
Apa Itu Virus Mpox?
Mpox atau monkeypox (cacar monyet) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab cacar. Orang yang terkena Mpox sering mengalami ruam yang bisa menyakitkan, disertai dengan gejala lain seperti demam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Mpox dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung, ciuman, atau hubungan seksual. Penyakit ini juga dapat menular dari hewan ke manusia, terutama saat berburu, menguliti, atau memasak hewan. Bahan-bahan yang terkontaminasi seperti seprai, pakaian, atau jarum juga dapat menjadi sumber penularan.
Virus monkeypox pertama kali ditemukan pada monyet yang digunakan untuk penelitian di Denmark pada tahun 1958. Kasus pertama pada manusia dilaporkan pada seorang anak berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Meskipun eradikasi cacar berhasil pada tahun 1980, Mpox terus muncul di Afrika tengah, timur, dan barat.
Wabah Mpox secara global terjadi pada tahun 2022-2023. Reservoir alami virus ini belum diketahui secara pasti, namun berbagai mamalia kecil seperti tupai dan monyet rentan terhadap virus ini.
Penularan Mpox
Penularan Mpox dapat terjadi dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan kulit atau lesi yang terinfeksi, seperti di mulut atau alat kelamin. Kontak ini bisa terjadi saat berbicara, bernapas, atau melalui hubungan fisik seperti menyentuh, ciuman, dan hubungan seksual. Partikel droplet pernapasan atau aerosol jarak pendek dari kontak dekat juga bisa menyebarkan virus ini.
Virus Mpox masuk ke tubuh melalui kulit yang terluka, permukaan mukosa seperti mulut, tenggorokan, mata, alat kelamin, atau saluran pernapasan. Orang dengan banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi terkena Mpox, karena virus dapat menyebar di antara anggota rumah tangga dan pasangan seksual.
Penularan dari hewan ke manusia terjadi melalui gigitan, cakaran, atau saat melakukan aktivitas seperti berburu, menguliti, menangkap, memasak, atau bermain dengan bangkai hewan. Virus ini bisa ditularkan dari hewan yang terinfeksi seperti tikus kecil dan monyet, meskipun sejauh mana virus beredar di populasi hewan belum sepenuhnya diketahui.
Selain itu, Mpox bisa menular melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau linen, cedera akibat benda tajam di fasilitas kesehatan, atau di tempat umum seperti salon tato. Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan sumber penularan dan menjaga kebersihan.
Gejala Mpox
Orang yang terkontaminasi Mpox umumnya akan mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Ruam kulit
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Nyeri punggung
- Energi rendah
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Ruam Mpox dimulai sebagai luka datar yang berkembang menjadi lepuh berisi cairan dan bisa terasa gatal atau nyeri. Saat proses penyembuhan, lesi akan mengering, berkerak, dan akhirnya mengelupas. Gejala lainnya juga dapat mencakup pembengkakan yang menyakitkan di rektum atau kesulitan saat berkemih.
Pada beberapa kasus, ruam mungkin muncul sebelum atau bersamaan dengan gejala lain, dan bisa dimulai di area seperti selangkangan, anus, atau mulut.
Perawatan dan Vaksinasi Mpox
Pengobatan Mpox bertujuan untuk merawat ruam, mengelola rasa sakit, dan mencegah komplikasi. Perawatan awal sangat penting untuk membantu mengelola gejala dan menghindari masalah lebih lanjut.
Penggunaan vaksin Mpox dapat membantu mencegah infeksi. Vaksin ini sebaiknya diberikan dalam waktu 4 hari setelah kontak dengan seseorang yang terinfeksi Mpox, atau hingga 14 hari jika belum menunjukkan gejala. Vaksinasi dianjurkan untuk orang-orang dengan risiko tinggi, seperti:
- Tenaga kesehatan yang berisiko terpapar
- Orang dengan banyak pasangan seksual
- Pekerja seks
Orang yang terinfeksi Mpox harus dirawat secara terpisah dari orang lain untuk mencegah penyebaran. Beberapa antivirus, seperti tecovirimat yang awalnya dikembangkan untuk mengobati cacar, telah digunakan untuk merawat Mpox dan penelitian lebih lanjut masih dilakukan.
Cara Mencegah Penularan Mpox
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk menghindari atau mencegah penularan virus Mpox.
1. Hindari Kontak Dekat
Hindari kontak kulit-ke-kulit dengan orang yang memiliki ruam mirip Mpox. Selain itu, jauhi hewan yang mungkin membawa virus Mpox, seperti primata, hewan pengerat, dan mamalia kecil lainnya.
2. Vaksinasi
Pertimbangkan untuk mendapatkan vaksin Mpox, terutama jika kita berada termasuk kelompok berisiko tinggi. Tanyakan kepada penyedia layanan kesehatan Anda apakah vaksin ini direkomendasikan untuk kita atau tidak.
3. Jaga Kebersihan dan Desinfeksi
Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, atau gunakan hand sanitizer, terutama sebelum atau setelah menyentuh lesi. Jaga agar kulit tetap kering dan tidak tertutup (kecuali di ruangan dengan orang lain). Hindari menyentuh barang di ruang bersama dan desinfeksi area tersebut secara rutin.
Jadi, sudah paham apa itu virus Mpox, detikers? Semoga penjelasan lengkap di atas bermanfaat!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa