Bisa-bisanya DLH Jogja Janjikan Kompos Eh Salah Kirim Sampah ke Bantul

Round-Up

Bisa-bisanya DLH Jogja Janjikan Kompos Eh Salah Kirim Sampah ke Bantul

Tim detikJogja - detikJogja
Jumat, 05 Jul 2024 07:05 WIB
Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani diΒ Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024).
Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani di Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024). Foto: Dok. Panewu Sanden, Bantul
Jogja -

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja memberi penjelasan terkait sampah yang dikirimkan ke petani di wilayah Sanden, Bantul, padahal seharusnya kompos. DLH beralasan insiden itu terjadi karena adanya salah pengiriman.

"Kemarin itu ada mis di lapangan. Jadi kendaraan yang dibawa ke Bantul itu kan pakai compactor, kalau compactor kan (isi muatan) ndak kelihatan dari luar," kata Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Jogja, Ahmad Haryoko saat dihubungi, Rabu (3/7/2024).

"Taunya itu kan bubur sampah yang biasa dikirim ke sana. Nah kemarin itu ternyata yang dikirim campur plastik," ujarnya menambahkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haryoko menjelaskan kiriman sampah yang dikirim ke Sanden pada dasarnya juga merupakan sampah yang telah diolah. Namun, bukan untuk bahan baku kompos.

"Tapi sudah terolah itu cuma itu berasal dari mesin RDF, kalau yang biasa dikirim ke Bantul kan berasal dari mesin giling. Mesin giling itu kan sudah memisahkan organik anorganik, bersih dari plastik gitu," paparnya.

ADVERTISEMENT

Bakal Ambil Sampah yang Telanjur Dikirim

Haryoko melanjutkan pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan petani. Hasilnya, sampah yang sudah dikirim bakal dievakuasi.

"Sudah konfirmasi, sudah minta ke kita untuk dievakuasi. Sudah kita sanggupi cuma waktunya saja, kemarin masih atur waktu karena perlu tenaga yang untuk naikkan," ungkapnya.

Terkait adanya pengiriman bahan pupuk kompos yang merupakan olahan sampah Kota Jogja kepada para petani di Sanden Bantul, Haryoko menjawab mereka sudah menjalin kerja sama.

"Kerja sama oleh petani Sanden, itu kerja sama secara kelompok, secara pribadi. Jadi ada kelompok tani di sana, ada secara pribadi, minta dikirimi bahan kompos, karena masih butuh fermentasi paling tidak sebulan," pungkasnya.

Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani di Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024).Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah di lahan petani di Patihan, Gadingsari, Kapanewon Sanden, Bantul. Foto diunggah Selasa (2/7/2024). Foto: Dok. Panewu Sanden, Bantul

Berawal Petani Tertarik Contoh Kompos

Diberitakan sebelumnya, Panewu (Camat) Sanden, Kabupaten Bantul, Deni Ngajis Hartono, mengungkapkan menerima laporan soal petani yang ditawari pupuk kompos oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja namun belakangan dikirimi mayoritas masih berwujud sampah. Bahkan kondisi di lapangan jumlahnya cukup banyak.

Tumpukan pupuk kompos yang didominasi sampah basah itu kini menumpuk di lahan pasir Patihan, Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden. Deni mengaku sudah mengecek langsung ke lokasi. Dari informasi yang diterimanya, awalnya petani di Sanden mendapat tawaran dari DLH Kota Jogja terkait kompos hasil dari pengolahan sampah Kota Jogja. Penawaran itu muncul sekitar satu pekan yang lalu.

"Saya sudah cek ke lokasi dan dari keterangan para petani memang dulu DLH Kota Jogja menawarkan dari hasil limbah pengolahan sampah kota dalam bentuk pupuk organik atau kompos," kata Deni saat dihubungi wartawan, Selasa (2/7).

Untuk meyakinkan, lanjutnya, DLH Kota Jogja mengirimkan contoh kompos ke para petani. Saat itu, kompos yang petani terima memiliki kualitas bagus.

"Contoh yang dikirim itu memang betul-betul bagus, benar-benar kompos. Akhirnya petani di situ banyak yang tertarik lalu ada satu dua orang yang dikirim," ungkapnya.

"Lalu yang kedua, ketiga bagus, betul-betul kompos," lanjut Deni.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kiriman kompos itu lebih condong ke banyaknya sampah basah. Bahkan, banyak warga sekitar komplain dengan bau yang menyengat dari tumpukan kompos itu.

"Yang bukan petani di situ juga terganggu karena bau, mereka WA (WhatsApp) saya terus tadi saya cek ke lokasi. Ternyata dari penglihatan saya itu masih berbentuk sampah dan belum jadi pupuk, jumlahnya banyak sekitar 10 truk kalau dilihat dari lokasinya tadi," jelasnya.




(apu/cln)

Hide Ads