Biaya gaya hidup mahasiswa di Jogja tahun 2024 ini meningkat jika dibandingkan tahun 2020. Terbanyak ternyata digunakan untuk perawatan wajah alias skincare.
Dilansir detikEdu, Selasa (13/8/2024), hal ini berdasarkan hasil survei biaya hidup mahasiswa (SBHM) 2024 yang dilakukan UPN Veteran Yogyakarta bersama Bank Indonesia. Dari hasil survei itu diketahui tiga pengeluaran terbesar mahasiswa yakni makan dan minum (26%), gaya hidup (23%), dan kos/pondokan (22%).
"Pengeluaran gaya hidup meningkat dari Rp 159.620,00 di tahun 2020 menjadi Rp 191.495,00 per bulan di tahun 2024. Pengeluaran gaya hidup paling banyak adalah untuk perawatan wajah dan tubuh (skincare & body treatment)," tulis laporan SBHM 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil survei itu menunjukkan gaya hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan lelaki. Mayoritas perempuan menghabiskan anggaran gaya hidup untuk perawatan wajah dan tubuh.
"Yang paling kentara (dibanding survei 2020) adalah lifestyle (gaya hidup). Lifestyle muncul (sebagai tren di survei) sejak tahun 2020. Dulu orang belum banyak mengenal skincare. Paling ya (dulu) lifestyle-nya rekreasi, nonton, nge-mal," ucap Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Digital (PSEKUIN) UPN Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi, saat ditemui detikEdu di Gedung Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Senin (12/8).
Ardito juga menyinggung adanya e-commerce yang membuat belanja online lebih mudah. Menurutnya, laki-laki juga banyak menghabiskan biaya gaya hidupnya untuk skincare.
"Kemudian sejak ada e-commerce, orang bisa belanja online dengan mudah, fasilitas smartphone lebih murah, influence juga lebih banyak, paket data juga lebih banyak. Laki-laki termasuk paling banyak lifestyle untuk skincare juga, untuk perawatan wajah dan tubuh," imbuhnya.
Selain skincare dan treatment (28%), ongkos gaya hidup mahasiswa di Jogja digunakan untuk nongkrong di kafe (22%), rekreasi & hiburan (22%), olahraga (14%), dan game online/aplikasi berbayar (14%).
Survei ini dilakukan dengan metode kuesioner tatap muka langsung dengan 2.000 responden mahasiswa dengan sampling eror 2,23%. Sampel diambil secara proporsional berdasarkan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi terpilih program studi. Total sampel yang diambil dari 43 perguruan tinggi dengan rincian 19 universitas, 3 institut, 11 sekolah tinggi, 5 politeknik, dan 5 akademi.
"Kami secara proporsional sampelnya. Tentunya tidak semua perguruan tinggi ya. Artinya, kalau kita bagi secara proporsional ada yang tidak nyampai 1 sampel. Hanya perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya lebih dari 5 ribu," jelasnya.
Dari sampel tersebut didapatkan responden dari jenjang diploma kategori saintek 196 orang dan soshum 169 orang. Lalu jenjang sarjana kategori saintek 677 orang, dan soshum 958 orang.
Sementara itu, berdasarkan wilayah sampel mahasiswa dari DIY sebanyak 27,85% dan dari luar DIY 72,15%. Rinciannya Indonesia Timur 4,4%, Sulwesi 2,85%, Kalimantan 3,6%, Sumatera 11,7%, dan Jawa 77,45%.
Berdasarkan survei ditemukan mahasiswa dari Sulawesi memiliki pengeluaran gaya hidup lebih besar daripada mahasiswa daerah lainnya.
(ams/apl)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas