Cerita Tim Riset UGM Temukan Anggrek Larat Hijau Langka di Gunungkidul

Cerita Tim Riset UGM Temukan Anggrek Larat Hijau Langka di Gunungkidul

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Minggu, 11 Agu 2024 17:58 WIB
Anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra yang berada di hutan produksi di Playen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Minggu (11/8/2024).
Anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra yang berada di hutan produksi di Playen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Minggu (11/8/2024). Foto: dok. Tim PKM-RE Fakultas Biologi UGM
Gunungkidul -

Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) D'Caprangers Fakultas Biologi UGM menemukan populasi anggrek Dendrobium capra atau Larat Hijau yang dinilai langka di Gunungkidul. Mereka menemukan setidaknya 103 anggrek.

Dikutip dari laman UGM, anggrek Dendrobium capra tercatat dalam spesies yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Kurangnya perhatian membuat populasi anggrek tersebut menurun secara signifikan.

"Anggrek ini tercatat berada dalam status Appendix II dalam CITES dan Endangered atau terancam punah dalam International Union for Conservation of Nature," tulis laman tersebut seperti dilihat detikJogja, Minggu (11/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang anggota tim PKM-RE D'Caprangers UGM, Syafira Nurul Aisya menerangkan pihaknya mengetahui adanya anggrek Larat Hijau itu dari masyarakat sekitar April 2024.

"Awalnya dapat informasi dari warga kalau ada anggrek. Setelah dilihat ternyata Dendrobium capra," terang Syafira saat dihubungi detikJogja melalui telepon konferensi, Minggu (11/8).

ADVERTISEMENT
Anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra yang berada di hutan produksi di Playen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Minggu (11/8/2024).Anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra yang berada di hutan produksi di Playen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Minggu (11/8/2024). Foto: dok. Tim PKM-RE Fakultas Biologi UGM

Adapun anggrek tersebut ditemukan di salah satu hutan produktif di Kapanewon Playen, Gunungkidul. Sebab anggrek tersebut berada di hutan produktif, tanaman tersebut mudah diakses oleh masyarakat.

"Anggrek itu ada di hutan produktif, bukan hutan lindung," katanya.

Syafira berpendapat kabar ditemukannya anggrek Larat Hijau itu perlu untuk disebarluaskan agar bisa dilindungi. Dia pun mengajak peneliti lainnya untuk meneliti anggrek tersebut.

Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2021 itu menyebutkan anggrek Larat Hijau di hutan tersebut berjumlah 103 buah atau individu. "Ada 103 individu," sebutnya.

Bunga anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra di green house Fakultas Biologi UGM.Bunga anggrek Larat Hijau atau Dendrobium capra di green house Fakultas Biologi UGM. Foto: dok. Istimewa

Anggota tim riset lainnya, Dary Saka Fitrady mengatakan anggrek tersebut belum berbunga saat mengunjunginya pada Mei 2024. Sebab masa berbunga anggrek Larat Hijau yakni pada Agustus-Desember.

"Saat kami ke sana bulan Mei belum berbunga. Berbunganya sejak Agustus," kata Dary menimpali.

Mahasiswa angkatan 2023 itu mengatakan anggrek Larat Hijau itu menempel pada batang pohon mahoni. Selain di pohon mahoni, beberapa lainnya menempel pada pohon jambu air.

"Untuk persebaran secara luasnya menempel di pohon mahoni," katanya.

Selanjutnya, Dary menjelaskan anggrek Larat Hijau tumbuh di lingkungan kering dengan cahaya matahari yang cukup. Sebab itu tidak heran jika anggrek langka itu tumbuh di hutan produksi di Playen dan menempel di bagian atas pohon untuk mendapatkan cahaya yang cukup.

"Lingkungan yang disukainya, (anggrek Larat Hijau) menyukai kondisi kondisi kering dan terik," jelasnya.

Usia anggrek Larat Hijau yang ditemukan di Playen itu, Dary mengatakan pihaknya belum bisa memastikannya. Kemungkinan anggrek tersebut sudah tumbuh dan berkembang biak di sana.

Lebih lanjut, anggota tim riset lainnya, Astrid Rayna Afandi mengungkapkan ada tiga fase pertumbuhan anggrek Larat Hijau yakni juvenile, immature, dan mature. Astrid menerangkan masa juvenile dan immature merupakan usia muda.

"Usia anggreknya dibagi menjadi tiga fase yakni juvenile, immature, dan mature. Jumlahnya sendiri lebih banyak di mature," jelas Astrid.

Astrid menjelaskan persebaran anggrek Larat Hijau biasanya di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dia mengatakan anggrek tersebut merupakan tanaman endemik Pulau Jawa.

"Biasanya anggrek itu ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Anggrek Dendrobium capra endemik pulau Jawa," katanya.

Anggota tim riset lainnya, Nimas Sukma Puspita menyebutkan ciri-ciri anggrek Larat Hijau antaranya berbatang tegak dan kaku, mengecil di ujung pangkal. Rata-rata panjangnya mencapai 40 cm.

"Kalau untuk bunganya sendiri itu batangnya tegak dan kaku, mengecil pada ujung pangkal dan membengkak di tengah," sebut Sukma.

Adapun daunnya berdaging dan kaku. Sukma menyebutkan warna daunnya hijau tua dan berbentuk oval berujung runcing dengan panjang 7,15-15 cm dengan lebar 1,5-2 cm.

Mahasiswa angkatan 2021 itu menjelaskan bunga dari anggrek Larat Hijau berwarna hijau muda-kekuningan. Ukurannya berkisar antara 2,5-3 cm.

"Bunganya sendiri warnanya hijau muda hingga kekuningan," katanya.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads