Kompleks permakaman umum yang berada di pedukuhan Besole, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, cukup unik. Batu nisan di permakaman itu rata-rata menggunakan model kuno berupa batu tumpuk.
Pantauan detikJogja, terdapat dua permakaman di padukuhan tersebut. Letaknya saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan cor.
Rata-rata makam di tempat itu menggunakan nisan model batu tumpuk sehingga sekilas seperti makam kuno. Meskipun, sebagian merupakan makam baru, namun tetap mempertahankan penggunaan model nisan batu tumpuk yang sudah ada sejak berabad-abad silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian nisan itu terbuat dari batu berwarna hitam. Sebagian lagi menggunakan batu warna putih.
Menurut salah satu warga, Daryanto, nisan batu tumpuk sudah digunakan oleh warga sejak ratusan tahun silam.
![]() |
"Saya sekarang umur 50 tahun lebih, simbah saya meninggal dunia sebelum bapak saya lahir dan bapak saya sekarang 87 tahun. Dan makam simbah saya sudah pakai kijing batu, jadi bisa dikatakan itu (kijing batu) sudah ada sejak ratusan tahun lalu," katanya kepada detikJogja, Kamis (26/10/2023).
Menurutnya, penggunaan nisan batu tumpuk model kuno sebenarnya tidak hanya terjadi di Besole. Nisan itu memang banyak digunakan oleh warga Bantul bagian selatan.
Begitu pun di Besole yang sebagian besar masih menggunakan kijing batu sebagai penanda makam warga. Meski beberapa kijing di tempat permakaman Besole ada yang sudah menggunakan keramik.
"Warga sini memang sebagian besar menggunakan nisan batu untuk permakaman, dan dari dulu sudah seperti itu," ucapnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Terkait batu yang digunakan, Daryanto menyebut menggunakan batu putih atau batu gunung dan batu hitam. Namun, sebagian besar warga Besole memilih menggunakan bahan baku batu gunung.
"Yang dipakai biasanya batu putih sama batu hitam biasanya. Kalau di Besole kebanyakan batu putih, atau dikenal batu gunung. Untuk harga Rp 1,5 juta yang biasa, dan kalau pakai batu hitam lebih mahal lagi biasanya," katanya.
Dia mengungkapkan, ada alasan tersendiri mengapa masyarakat lebih suka menggunakan nisan model kuno itu dibanding menggunakan nisan marmer atau keramik. Selain harganya lebih murah, pengangkutan dan pemasangannya jauh lebih mudah.
"Memang dibentuk tumpukan itu biar tidak berat kalau membawanya, seninya di situ. Kalau hanya kotak kan wagu (aneh), dan dari zaman dulu sudah seperti itu," ujarnya.
Daryanto menambahkan, bahwa perajin kijing batu biasanya berasal dari Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di wilayah pegunungan. Semua itu agar perajin bisa mudah memperoleh bahan baku batu gunung.
"Perajin nisan batu biasanya dari Kulon Progo dan sekitar gunung-gunung itu. Karena kan dekat dengan sumber bahan bakunya," ucapnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas