Insiden perusakan nisan salib pada makam di TPU Ngentak, Baturetno, Banguntapan, Bantul, dan makam Purbayan, Kotagede, Jogja, terungkap. Polisi menangkap pelakunya yang ternyata seorang remaja 16 tahun.
Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry, menerangkan perusakan makam di Baturetno diketahui pada Minggu (18/5) sekitar pukul )6.00 WIB. Petugas setelah mendapat informasi kemudian mengecek ke lokasi kejadian.
"Tadi petugas dari piket fungsi Polsek Banguntapan sudah melakukan pengecekan di lokasi kejadian. Setelah petugas Polsek Banguntapan mengecek ke makam benar telah terjadi pengrusakan makam," kata Jeffry kepada wartawan, Minggu (18/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeffry bilang, dari keterangan yang diperoleh petugas, terdapat total 10 nisan makam yang dirusak. Semua nisan yang dirusak terdapat tanda salib dan nisan makam nasrani.
"Nisan terbuat dari keramik ada 3, kemudian 7 nisan terbuat dari kayu. Nisan makam yang dirusak semua merupakan makam non-muslim (nasrani)," ujarnya.
Sementara di TPU Baluwarti, Basen, Purbayan, Kotagede, Jogja, makam bernisan salib itu diduga ada lima yang dirusak pada Jumat (16/5) sore.
Pantauan detikJogja Senin (19/5) siang, terlihat satu makam rusak dan pecah keramiknya namun puing-puing kerusakan sudah dibersihkan. Makam lainnya, hanya dirusak makamnya. Nisan kayu yang sedianya berbentuk salib tampak patah.
Pelaku Diamankan di Rumahnya
Kasi Humas Polres Bantul AKP Jeffry menuturkan dari penyelidikan polisi, perusakan itu mengarah ke sorang remaja. Polisi kemudian mendatangi rumah terduga pelaku di Banguntapan.
"Lalu pukul 15.00 WIB petugas mengamankan terduga pelaku di rumahnya," kata Jeffry saat dihubungi wartawan, Senin (19/5/2025).
Jeffry berkata remaja itu berinisial A. Ia diamankan oleh anggota Polsek Kotagede.
"Terduga pelaku sudah diamankan atas nama A usia 16 tahun. Yang bersangkutan telah diamankan oleh Polsek Kotagede," ucapnya.
Selain meringkus pelaku, polisi juga mengamankan barang bukti. Salah satunya adalah pakaian yang dikenakan pelaku saat beraksi.
Selain meringkus pelaku, polisi juga mengamankan barang bukti. Salah satunya adalah pakaian yang dikenakan pelaku saat beraksi.
"Dan bongkahan batu berukuran 30 sentimeter kali 20 sentimeter," ucapnya.
Akui Rusak Makam di Baturetno dan Kotagede
Jeffry mengungkapkan berdasarkan pemeriksaan, A mengakui perbuatannya. Bahkan, dia melakukan perusakan makam di dua tempat.
"Dari pemeriksaan awal tadi dia mengaku telah melakukan perusakan makam di Baturetno dan Kotagede," katanya.
Kepada polisi, A mengaku baru pertama kali melakukan perusakan makam bernisan salib. Polisi pun belum menemukan alasan A melakukan perusakan tersebut.
"Belum pernah, baru pertama dia melakukan perusakan. Tidak ada (riwayat perusakan dan kenakalan remaja)," kata Kapolsek Kotagede, AKP Basungkawa.
![]() |
Polda DIY Sebut Tak Ada Unsur SARA
Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) menyatakan perusakan tersebut tidak ada unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
"Nggak ada unsur agama, karena yang bersangkutan sendiri (beragama) Kristen," ucap Kabid Humas Polda DIY, Kombes Ihsan, Selasa (20/5).
Ihsan bilang, dari hasil pemeriksaan, pelaku merusak makam karena memiliki masalah pribadi. Meski demikian, penyidik masih mendalami kasus ini.
"Pelaku sudah mengakui melakukan aksinya di tiga TKP berbeda. Motifnya masih didalami penyidik, tapi dari hasil keterangan sementara ini murni adalah masalah pribadi atau ada permasalahan dalam keluarga," jelas dia.
Oleh karena itu, Ihsan berharap tidak ada lagi spekulasi liar yang muncul di masyarakat terkait kasus ini.
"Kami berharap tidak ada spekulasi liar karena memang ini agak sensitif, percayakan saja pada Polda DIY dan jajaran," tegasnya.
Punya Sederet Kebiasaan Janggal
Polsek Kotagede kemudian menggelar rilis pada Selasa (20/5/2025). Namun, A tidak dihadirkan karena masih di bawah umur.
"(Pelaku) Inisial ANF usia 16 tahun, seorang laki laki. (Tidak dihadirkan karena) masih pelajar (di bawah umur), sekolah kelas 3 di SMP negeri di Bantul, beralamat Pringgolayan Bantul," Kapolsek Kotagede, AKP Basungkawa.
Basungkawa menjelaskan remaja tersebut sudah mengarah ke orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sebab, rutinitasnya dianggap janggal.
"Pelaku ini kesehariannya dia tidak tidur di rumah, jalan-jalan terus, nanti tidur di mana, pagi itu pulang, ganti baju, sekolah, sekolah pun jamnya ndak mesti, artinya kadang berangkat siang kadang pagi. Kadang tidak mandi," jelasnya.
"Sekolahnya masuk terus. Dari sekolah juga kemarin kita undang menyampaikan kadang pulang diantar," sambung Basungkawa.
Bakal Periksa Kejiwaan Pelaku
AKP Basungkawa melanjutkan pihaknya akan memeriksakan kejiwaan A. Sebab, perilakunya dianggap tak seperti orang kebanyakan.
Kata Basungkawa, A memiliki seorang kakak dengan kondisi serupa. Berbeda dengan kakaknya, A belum pernah diperiksa kejiwaannya sebelumnya.
"Kejiwaan memang ada keturunan kakaknya seperti ini, namun kakaknya berobat jalan. Mungkin mendekati (ODGJ), mulai bergejala kelas 1 sampai 3 SMP belum pernah diperiksa," jelasnya.
Saat ini menurut Basungkawa, A tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya. A diketahui bungsu dari empat bersaudara.
"Bapaknya sudah meninggal, dia tinggal bersama ibu sama kakaknya, kakaknya ada tiga. Jadi empat bersaudara, yang paling besar sudah berkeluarga sudah pisah rumah. Yang kedua tinggal serumah, yang satu lagi yang berobat jalan tadi," paparnya.
Dari pemeriksaan, lanjut Basungkawa, A mengakui perbuatannya merusak makam di Baluwarti dan di Bantul. Terhadap A kini diamankan di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) DIY untuk pemeriksaan lebih lanjut termasuk masalah kejiwaan.
"Masih kita dalami, kita periksakan (kejiwaan), karena sejak semula belum pernah diperiksa dari keluarga. Itu yang menentukan ahlinya," ungkapnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan