Hukum Puasa Tasua dan Asyura di Hari Sabtu dan Minggu, Bolehkah?

Hukum Puasa Tasua dan Asyura di Hari Sabtu dan Minggu, Bolehkah?

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Jumat, 04 Jul 2025 19:07 WIB
Niat Puasa Ramadhan
Ilustrasi puasa. (Foto: pikisuperstar/Freepik)
Jogja -

Pada 2025 ini, tanggal 9 dan 10 Muharram 1447 H bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu, tepatnya tanggal 5 dan 6 Juli. Kondisi ini kerap menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam, bagaimana sebenarnya hukum puasa Tasua dan Asyura di hari Sabtu dan Minggu, apakah masih boleh dilaksanakan jika bertepatan dengan hari yang dianggap makruh untuk berpuasa?

Pertanyaan ini muncul karena dalam sejumlah riwayat disebutkan adanya larangan untuk mengkhususkan puasa di hari Sabtu atau Ahad (Minggu), terutama jika tidak didasarkan pada tuntunan syari yang jelas. Namun, bagaimana hukumnya jika puasa tersebut justru bertepatan dengan hari yang disunnahkan dalam Islam?

Yuk, simak penjelasan hukum, keutamaan, dan bacaan niat puasa Tasua dan Asyura berikut ini agar ibadahmu makin mantap dan sesuai sunnah!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Larangan Puasa di Hari Sabtu dan Minggu

Dalam buku Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan karya Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa hukumnya makruh, bahkan sebagian ulama memandangnya haram. Hal ini disebabkan hari Sabtu adalah hari besar bagi kaum Yahudi, sehingga bila seorang muslim sengaja memuliakan hari itu dengan puasa, dikhawatirkan menyerupai ibadah agama lain. Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah kalian berpuasa (khusus) pada hari Sabtu, kecuali bila difardhukan atas kalian." (HR. At-Tirmidzi)

ADVERTISEMENT

Larangan serupa juga berlaku untuk hari Ahad, karena merupakan hari raya bagi kaum Nasrani. Mengkhususkan puasa pada hari-hari tersebut tanpa sebab lain dikhawatirkan menyerupai amalan agama di luar Islam.

Hukum Puasa Tasua dan Asyura di Hari Sabtu dan Minggu, Bolehkah?

Namun, bagaimana jika puasa tersebut bukan karena pengkhususan, melainkan memang karena bertepatan dengan tanggal yang disunnahkan? Dalam Syarah Riyadhus Shalihin Jilid IV karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, disebutkan bahwa puasa sunnah tetap diperbolehkan meski jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, asalkan tidak diniatkan secara khusus untuk memuliakan hari itu.

Syaikh Al-Utsaimin menjelaskan:

"Demikian juga jika hari Jumat bertepatan dengan hari Arafah atau Asyura, maka tidak mengapa melakukan puasa di dalamnya. Karena puasa di hari Jumat sedemikian bukan pengkhususan hari Jumat, tetapi pengkhususan hari yang bertepatan dengan hari Jumat." (Syarah Riyadhus Shalihin IV, hlm. 669)

Berdasarkan kaidah tersebut, jika puasa Asyura atau Tasua kebetulan jatuh di hari Sabtu atau Ahad, maka tetap boleh dilaksanakan karena tujuannya adalah mengikuti syariat, bukan memuliakan hari Sabtu atau Ahad itu sendiri.

Pendapat ini diperkuat oleh hadits Ummul Mukminin Juwairiyah binti Al-Harits Radhiyallahu 'Anha, ketika beliau berpuasa di hari Jumat dan Rasulullah bertanya:

"'Apakah kemarin engkau berpuasa?'
Dia menjawab: 'Tidak.'
Beliau bertanya lagi: 'Apakah besok engkau akan berpuasa?'
Dia menjawab: 'Tidak.'
Beliau bersabda: 'Kalau begitu berbukalah'." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini memberikan petunjuk bahwa selama puasa tersebut tidak berdiri sendiri tanpa pengiring, maka tetap diperbolehkan. Maka, jika puasa Tasua dilakukan pada hari Sabtu dan Asyura pada hari Minggu, keduanya membentuk dua hari berturut-turut dan tidak termasuk larangan yang disebutkan dalam hadits.

Syaikh Al-Utsaimin menambahkan bahwa berpuasa di hari Sabtu boleh, asal digabung dengan puasa di hari sebelumnya (Jumat) atau sesudahnya (Ahad). Sehingga, pelaksanaan puasa Tasua dan Asyura secara berurutan pada hari Sabtu dan Minggu justru termasuk dalam amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

"... Maka kita harus berpuasa sehari sebelumnya atau sesudahnya." (HR. Ahmad)

Dengan demikian, jika puasa Tasua dan Asyura dijalankan secara berurutan, yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang tahun ini jatuh di hari Sabtu dan Minggu, maka hal itu tidak termasuk larangan. Bahkan sesuai sunnah, karena niatnya adalah mengikuti perintah Nabi SAW, bukan mengkhususkan hari Sabtu atau Ahad.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura

Rasulullah SAW secara khusus menyebut Muharram sebagai waktu terbaik untuk melaksanakan puasa sunnah setelah bulan Ramadhan. Sebagaimana sabda beliau dalam hadits riwayat Muslim yang dikutip dalam buku Panduan Ibadah Puasa Wajib dan Sunnah karya Ahmad Zacky:

"Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam'." (HR. Muslim)

Di antara hari-hari di bulan Muharram, dua tanggal yang paling menonjol dalam syariat adalah tanggal 9 (Tasua) dan 10 (Asyura). Keduanya memiliki keutamaan tersendiri, baik dari sisi sejarah maupun nilai ibadah. Puasa Asyura sendiri awalnya dikerjakan oleh Rasulullah SAW setelah beliau melihat kaum Yahudi di Madinah juga berpuasa pada hari tersebut. Ketika ditanya, mereka menjelaskan bahwa hari itu adalah saat Nabi Musa AS diselamatkan oleh Allah dari kejaran Firaun. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

"Allah telah melepaskan Musa dan umatnya pada hari itu dari Firaun dan bala tentaranya. Lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah."
Nabi lalu bertanya, "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka." Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan para sahabat untuk menjalankan puasa." (HR. Bukhari)

Sebagai bentuk pembeda dari tradisi Yahudi, Rasulullah SAW menyatakan niat untuk juga menunaikan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram (Tasua). Ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

"Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata, 'Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, hari Asyura ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.' Kemudian Rasulullah SAW bersabda, 'Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa juga pada hari kesembilan.' Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan, 'Tetapi sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah SAW telah wafat.'" (HR. Muslim)

Selain memiliki latar belakang sejarah yang kuat, puasa Asyura juga sangat dianjurkan karena keutamaannya yang besar dalam pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda:

"Rasulullah SAW ditanya tentang keutamaan puasa Asyura? Beliau menjawab, 'Puasa Asyura dapat melebur dosa satu tahun yang telah lalu.'" (HR. Muslim)

Dari berbagai hadits dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa Tasua dan Asyura tidak hanya menjadi bagian dari amalan sunnah, tetapi juga mencerminkan warisan spiritual yang tinggi. Rasulullah SAW memberikan contoh bahwa puasa ini bukan semata tradisi, melainkan bentuk penghormatan terhadap perjalanan para nabi, serta sebagai wujud rasa syukur yang tulus kepada Allah SWT.

Niat Puasa Tasua dan Asyura

Sebelum melaksanakan puasa sunnah Tasua dan Asyura, membaca niat menjadi bagian yang tak kalah penting. Banyak umat Islam merasa lebih mantap jika ibadahnya diawali dengan melafalkan niat secara lisan. Hal ini dianggap dapat meneguhkan hati serta memantapkan tujuan ibadah semata-mata karena Allah SWT.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Langsung Hafal dan Paham Qiyamul Lail karya Ustadz Rusdianto, terdapat contoh bacaan niat puasa Tasua dan Asyura yang bisa diamalkan. Bacaan ini dapat menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin menunaikan puasa sunnah di bulan Muharram dengan niat yang benar sesuai tuntunan.

1. Niat Puasa Tasua

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ غَدٍ مِنْ ΩŠΩŽΩˆΩ’Ω…Ω ΨͺΩŽΨ³ΩΩˆΩ’ΨΉΩŽΨ§Ψ‘Ω Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰.

Nawaitu shauma ghadin min yaumi tasuu-'aa-in sunnatan lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Tasua pada esok hari karena Allah Taala."

2. Niat Puasa Asyura

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ غَدٍ مِنْ ΩŠΩŽΩˆΩ’Ω…Ω ΨΉΩŽΨ§Ψ΄ΩΩˆΩ’Ψ±ΩŽΨ§Ψ‘ΩŽ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰.

Nawaitu shauma ghadin min yaumi 'aasyuuraa-a sunnatan lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Asyura pada esok hari karena Allah Taala."

Mari manfaatkan momen awal Muharram dengan niat yang benar. Semoga ibadah kita diterima dan penuh berkah.




(sto/apl)

Hide Ads