- Niat Puasa Asyura 10 Muharram
- Tata Cara Puasa Asyura 2025/1447 H 1. Niat di Dalam Hati 2. Sahur 3. Menahan Diri dari yang Membatalkan Puasa 4. Menghindari Perilaku yang Membatalkan Pahala Puasa 5. Berbuka Saat Waktu Maghrib
- Keutamaan Puasa Asyura 10 Muharram 1. Menghapus Dosa Setahun yang Lalu 2. Sunnah yang Dianjurkan Langsung oleh Rasulullah SAW 3. Puasa Paling Utama Setelah Ramadhan 4. Pujian atas Hari Diselamatkannya Nabi Musa 5. Puasa Para Nabi dan Umat Sebelum Islam
Banyak umat Islam mencari tahu tentang niat dan keutamaan puasa Asyura ketika memasuki bulan Muharram. Hal ini tak lepas dari anjuran Rasulullah SAW dan keistimewaan hari Asyura yang dikenal sebagai momentum penuh berkah. Sebelum menjalankannya, ada baiknya kita mengenal lebih dalam makna dan niat puasa sunnah ini.
Dikutip dari buku Rahasia Puasa Sunah tulisan Ahmad Syahirul Alim, puasa Asyura merupakan salah satu ibadah sunnah yang dilakukan setiap tanggal 10 bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Kata Asyura sendiri berasal dari bahasa Arab 'asyrah yang berarti 'sepuluh', merujuk pada tanggal pelaksanaannya. Bulan Muharram termasuk dalam deretan bulan yang dimuliakan dalam Islam, sehingga puasa pada hari ke-10 ini memiliki nilai keutamaan yang istimewa.
Lalu, bagaimanakah bacaan niat puasa Asyura 10 Muharram? Yuk, simak penjelasan lebih lengkap berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat Puasa Asyura 10 Muharram
Berikut ini teks niat puasa Asyura yang bisa kamu baca malam hari atau sebelum subuh, dikutip dari buku Langsung Hafal dan Paham Qiyamul Lail tulisan Ustadz Rusdianto.
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΨΉΩΨ§Ψ΄ΩΩΩΨ±ΩΨ§Ψ‘Ω Ψ³ΩΩΩΩΨ©Ω ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ.
Nawaitu shauma ghadin min yaumi 'aasyuuraa-a sunnatan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Asyura pada esok hari karena Allah Taala."
Sebagaimana dijelaskan Ahmad Zacky melalui buku Panduan Ibadah Puasa Wajib dan Sunnah, dalam Islam, niat merupakan bagian penting dari ibadah, termasuk puasa. Para ulama berbeda pendapat mengenai letak hukumnya. Mazhab Syafi'iyah menyebut niat sebagai rukun puasa, sedangkan ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah menganggapnya sebagai syarat sah puasa.
Meski berbeda istilah, semua sepakat bahwa niat tetap wajib dilakukan. Fungsi utama niat adalah untuk membedakan suatu ibadah dari aktivitas biasa, serta untuk menegaskan tujuan beribadah karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji manusia.
Perlu dicatat bahwa niat sebenarnya cukup dilakukan dalam hati. Hal ini ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmu' dan juga dalam kitab I'anah At-Thalibin, bahwa melafalkan niat tidak wajib, tetapi disunnahkan sebagai bentuk tuntunan hati. Artinya, jika kita terbiasa melafalkan niat sebelum berpuasa, termasuk puasa Tasua, hal itu boleh saja dilakukan.
Tata Cara Puasa Asyura 2025/1447 H
Dalam menjalankan puasa Asyura 2025, langkah-langkahnya mirip dengan menjalankan puasa sunnah pada hari-hari lainnya. Berikut ini adalah tata cara melaksanakan puasa yang dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama.
1. Niat di Dalam Hati
Niat untuk berpuasa Asyura bisa dilakukan dengan sederhana dalam hati, tetapi lebih baik jika dilakukan dengan niat yang khusus. Disarankan untuk membaca niat secara lisan setelah membacanya dalam hati.
Berikut ini adalah bacaan niatnya:
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΨΉΩΨ§Ψ΄ΩΩΩΨ±ΩΨ§Ψ‘Ω Ψ³ΩΩΩΩΨ©Ω ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ.
Nawaitu shauma ghadin min yaumi 'aasyuuraa-a sunnatan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Asyura pada esok hari karena Allah Taala."
2. Sahur
Seperti pada puasa wajib Ramadhan, disarankan untuk melakukan sahur. Lebih baik jika sahur dilakukan menjelang waktu subuh sebelum imsak.
3. Menahan Diri dari yang Membatalkan Puasa
Saat berpuasa Asyura, kita harus menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa.
4. Menghindari Perilaku yang Membatalkan Pahala Puasa
Selain menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara fisik, kita juga harus menjauhi perilaku yang dapat mengurangi pahala puasa, seperti berkata kasar, menggunjing, dan melakukan dosa.
5. Berbuka Saat Waktu Maghrib
Puasa Asyura berlangsung dari waktu subuh hingga waktu Maghrib. Ketika waktu berbuka telah tiba, disarankan untuk segera berbuka.
Dengan mengikuti tata cara ini, diharapkan puasa Asyura bisa dilaksanakan dengan baik dan mendapatkan pahala yang diinginkan.
Keutamaan Puasa Asyura 10 Muharram
Dihimpun dari buku Kedahsyatan Puasa karya M Syukron Maksum dan Rahasia Puasa Sunah karya Ahmad Syahirul Alim, setidaknya terdapat 5 keutamaan puasa Asyura.
1. Menghapus Dosa Setahun yang Lalu
Salah satu keutamaan terbesar dari puasa Asyura adalah kemampuannya menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun sebelumnya. Ini menjadi peluang emas bagi umat Islam untuk melakukan penyucian diri dari kesalahan dan khilaf yang mungkin dilakukan secara sadar atau tidak.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih dari Abi Qatadah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa Asyura. Beliau menjawab:
"Menebus dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim)
Melalui hadits ini, kita dapat melihat betapa besarnya keutamaan puasa di hari Asyura. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang terus diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri melalui ibadah puasa yang ringan, namun penuh pahala.
2. Sunnah yang Dianjurkan Langsung oleh Rasulullah SAW
Keutamaan lain dari puasa Asyura adalah bahwa ibadah ini secara langsung dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan, sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, puasa Asyura sempat menjadi semacam "puasa utama" yang dilaksanakan oleh Nabi dan para sahabat.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata:
"Rasulullah SAW telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang berpuasa." (HR. Muslim)
Sementara itu, Aisyah radhiyallahu 'anha juga menjelaskan bahwa orang-orang Quraisy di masa jahiliyah sudah terbiasa berpuasa di hari Asyura, dan Rasulullah SAW juga melakukannya. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap melaksanakan puasa tersebut dan menyuruh umat Islam untuk ikut berpuasa. Namun, setelah diwajibkannya puasa Ramadhan, beliau memberikan kelonggaran:
"Siapa yang ingin berpuasa, ia berpuasa. Dan siapa yang tidak ingin berpuasa, ia berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini menegaskan bahwa meskipun statusnya sunnah, puasa Asyura tetap sangat dianjurkan karena memiliki nilai spiritual yang tinggi di mata Rasulullah SAW.
3. Puasa Paling Utama Setelah Ramadhan
Puasa Asyura juga memiliki keutamaan sebagai puasa sunnah paling utama setelah puasa Ramadhan. Posisi ini menandakan betapa mulianya hari Asyura dan nilai ibadah yang terkandung di dalamnya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah ditanya:
"Shalat manakah yang lebih utama setelah shalat fardhu?"
Beliau bersabda:
"Shalat di tengah malam."
Mereka bertanya lagi:
"Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?"
Nabi SAW menjawab:
"Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram." (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa di bulan Muharram, terutama pada tanggal 10, memiliki kedudukan istimewa. Ia berada tepat di bawah puasa wajib, menjadikannya pilihan utama untuk diamalkan bagi siapa saja yang ingin menambah amalan sunnahnya.
4. Pujian atas Hari Diselamatkannya Nabi Musa
Puasa Asyura juga memiliki dimensi historis dan spiritual yang kuat. Hari ini bertepatan dengan peristiwa besar dalam sejarah kenabian, yakni diselamatkannya Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Firaun.
Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah dan melihat kaum Yahudi berpuasa pada hari Asyura, beliau bertanya kepada mereka, dan dijelaskan bahwa hari itu adalah hari besar karena Allah menyelamatkan Nabi Musa. Maka Nabi SAW bersabda:
"Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits lain dari Abu Musa Al-Asy'ari, ia berkata:
"Hari Asyura itu dibesarkan oleh orang Yahudi dan mereka jadikan sebagai hari raya. Maka Rasulullah SAW bersabda: 'Puasakanlah hari itu oleh kamu semua.'" (HR. Muttafaq 'alaih)
Inilah bentuk penghormatan Rasulullah SAW terhadap Nabi Musa 'alaihis salam, sekaligus cara beliau menegaskan perbedaan umat Islam dari kaum Yahudi, yaitu dengan menambahkan puasa di hari ke-9 (Tasua) sebagai pembeda.
5. Puasa Para Nabi dan Umat Sebelum Islam
Tidak hanya Rasulullah SAW yang berpuasa di hari Asyura. Ternyata, puasa ini juga menjadi amalan para nabi terdahulu dan umat sebelum Islam. Hal ini membuktikan bahwa Asyura adalah hari yang memang memiliki nilai agung dalam sejarah keimanan.
Ahmad Syahirul Alim dalam buku Rahasia Puasa Sunah menjelaskan bahwa:
"Puasa Asyura adalah puasanya para nabi dan umat-umat sebelum diutus Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Hal ini terlihat dari kebiasaan orang-orang jahiliah di Mekah yang terbiasa melakukan puasa di hari Asyura. Rasulullah juga tidak pernah tertinggal untuk berpuasa di hari ini, begitu juga para sahabat beliau."
Hadits pendukungnya adalah dari Aisyah radhiyallahu 'anha:
"Hari Asyura ialah hari yang orang-orang Quraisy berpuasa di masa jahiliah. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga berpuasa Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, beliau berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa padanya. (Namun), ketika kewajiban puasa bulan Ramadhan diturunkan, maka mereka berpuasa Ramadhan dan meninggalkan puasa Asyura. Barangsiapa yang hendak berpuasa maka berpuasalah, dan siapa yang hendak berbuka maka berbukalah." (HR. Bukhari Muslim)
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai niat dan keutamaan puasa Asyura. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Birdha Diduga Aniaya Driver di Godean Ternyata Bukan Mas-mas Pelayaran
1 Warga Lempuyangan Bertahan Bakal Gugat PT KAI soal Status Aset Tanah
Forum Ojol Yogyakarta Buka Suara soal Ricuh Massa Driver di Godean