Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) merupakan salah satu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam peristiwa tersebut terdapat beberapa tokoh bangsa yang gugur dan mendapat gelar Pahlawan Revolusi, salah satunya Kolonel Sugiyono.
Dirujuk dari laman resmi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, berbeda dengan sejumlah pahlawan revolusi lainnya yang diculik lalu dieksekusi di Jakarta, Kolonel Sugiyono disergap di Jogja, tepatnya, di Markas Korem 072.
Lalu, seperti apa profil Kolonel Sugiyono? Berikut pembahasan ringkasnya untuk mengenang sosok pahlawan revolusi asal Gunungkidul bernama Kolonel Sugiyono ini. Simak bahasan artikel ini sampai tuntas, ya, detikers!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Kolonel Sugiyono
Dirangkum dari buku Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia oleh J B Sudarmanto, Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Desa Gedaran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, pada 12 Agustus 1926. Sejak kecil, ia punya hasrat tinggi untuk menjadi orang maju.
Untuk mewujudkannya, Sugiyono rajin bersekolah. Kemudian, usai berhasil menamatkan sekolah menengah pertama, sosok yang nantinya dikenal sebagai salah seorang pahlawan revolusi ini bersekolah di Sekolah Guru Pertama di wilayah Wonosari karena ingin menjadi guru.
Belum sampai tuntas sekolah tersebut, Tentara Jepang menduduki Indonesia. Oleh karenanya, Sugiyono pindah sekolah dan masuk ke pendidikan ketentaraan PETA (Pembela Tanah Air). Saat lulus dari pendidikan PETA, ia diangkat sebagai seorang budancho di Wonosari.
Saat Indonesia merdeka, Sugiyono masuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Jogja. Mulanya, ia bertugas sebagai seorang komandan seksi, tetapi kemudian diangkat sebagai ajudan komandan Brigade 10 pimpinan Letnan Kolonel Soeharto yang kelak menjadi presiden.
Kiprah Sugiyono kemudian berlanjut kala itu berpartisipasi dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terkenal. Setelah itu, secara berturut-turut, dirujuk dari laman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), Sugiyono menjabat sebagai:
- Komandan Kompi 4 Batalyon 411 Brigade C di Purworejo
- Pada 1955, diangkat menjadi kapten dan bertugas di Batalyon 436 Magelang
- Pada 1958, diangkat sebagai wakil komandan Batalyon 441 Semarang
- Pada 1961, menjabat sebagai komandan batalyon 411/Banteng Raiders III dengan pangkat mayor
- Komandan Kompi 0718 di Pati
- Pada 1965, menjabat sebagai komandan Kodim di Jogja sekaligus merangkap sebagai pejabat sementara kepala staf 072
Peristiwa Terbunuhnya Letnan Kolonel Sugiyono
Pada 1 Oktober 1965, Sugiyono yang kala itu menjabat sebagai letnan kolonel kembali ke Jogja setelah selama beberapa saat bertugas di Pekalongan. Ia langsung bergegas ke Markas Korem 072 yang telah dikuasai simpatisan PKI.
Di Markas Korem 072, Mayor Mulyono yang mendukung pemberontakan PKI telah menyiapkan sejumlah anak buahnya. Letnan Kolonel Sugiyono yang datang tanpa merasa curiga tidak sadar bahwa dirinya telah masuk perangkap.
Tanpa basa-basi, Sugiyono yang sudah diincar PKI langsung ditangkap di bawah todongan senjata dan dibawa ke Markas Batalyon 2 di Kentungan. Di sana, Letnan Kolonel Sugiyono dibunuh dengan cara dipukul menggunakan kunci mortar peluru kendali berukuran besar.
Bersama jasad Brigadir Jenderal Anumerta Katamso Dharmokusumo, jenazah Kolonel Anumerta Sugiyono dimasukkan ke dalam lubang. Berdasar informasi dalam Warta Budaya terbitan Dinas Kebudayaan DIY, jenazah keduanya berhasil ditemukan pada 21 Oktober 1965.
Penemuan lubang tersebut bermula dari kecurigaan para pencari tatkala melihat tanaman yang tampak baru ditanam. Ketika tanah tersebut digali, jenazah kedua pahlawan revolusi tersebut ditemukan.
Jasad Katamso Dharmokusumo dan Sugiyono Mangunwiyoto lantas dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta pada 22 Oktober 1965. Atas jasa-jasanya, Letnan Kolonel Sugiyono dinaikkan pangkatnya menjadi kolonel sekaligus diberi gelar pahlawan revolusi.
Demikian profil ringkas Kolonel Anumerta Sugiyono Mangunwiyoto, seorang pahlawan revolusi kelahiran Gunungkidul. Semoga penjelasan di atas bisa menambah pengetahuan detikers, ya.
(par/cln)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas