Profil Singkat 10 Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Peristiwa G30S

Profil Singkat 10 Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Peristiwa G30S

Anindya Milagsita - detikJateng
Kamis, 26 Sep 2024 13:10 WIB
Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani. Foto: Repro buku Kunang-kunang Kebenaran di Langit Malam
Solo -

Menjelang peringatan G30S tidak sedikit masyarakat yang menaruh rasa penasaran mengenai para Pahlawan Revolusi yang menjadi korban atas peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, berikut akan dipaparkan profil singkat 10 Pahlawan Revolusi yang gugur saat peristiwa G30S.

Mengutip dari jurnal 'Gerakan 30 September 1965 dalam Perspektif Filsafat Sejarah Marxisme' karya Harsa Permata, dijelaskan G30S merupakan gerakan yang berlangsung pada 30 September 1965. Gerakan ini disebut bersifat kontroversi karena terdapat berbagai pendapat hingga kesaksian yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut.

Namun demikian, salah satu pendapat yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas adalah versi melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal inilah yang membuat Gerakan 30 September 1965 disebut juga sebagai G30S PKI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya menjadi sebuah gerakan yang dipenuhi dengan kontroversi, G30S juga memakan korban yang merenggut nyawa sejumlah jenderal, inspektur, hingga kapten. Para korban G30S pun mendapatkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Revolusi.

Lantas siapa sajakah Pahlawan Revolusi yang gugur saat peristiwa G30S? Simak profil singkatnya melalui paparan berikut.

ADVERTISEMENT

Profil Singkat 10 Pahlawan Revolusi

Dikutip dari buku 'Sigap RPUL: Super Update dan Terbaru Ringkasan Pengetahuan Umum Lengkap Indonesia & Dunia' karya Rofi'ah Nurhayati, dkk., dijelaskan bahwa ada 10 daftar nama yang diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi. Sepuluh nama Pahlawan Revolusi tersebut mendapatkan gelar kehormatan dalam kurun waktu yang berbeda. Setidaknya ada 8 orang yang ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dan gelar 2 orang lainnya baru diberikan di tanggal 19 Oktober 1965. Berikut profil singkat ke-10 Pahlawan Revolusi:

1. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Pahlawan Revolusi pertama adalah Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Dikutip dari publikasi 'Ensiklopedi Pahlawan Nasional' karya Julinar Said, dkk., dijelaskan bahwa Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Kariernya di bidang kemiliteran tergolong berkembang secara pesat. Ia sempat bergabung dalam operasi menumpas pemberontakan PKI Muso di Madiun. Kemudian dia juga diangkat sebagai Komandan Komando Operasi di tahun 1958 dan puncaknya dipilih sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada 1962 silam. Sayangnya, Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani menjadi salah satu target penculikan dan harus kehilangan nyawanya dalam Peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Raden Suprapto

Selanjutnya ada Letnan Jenderal TNI Anumerta Raden Suprapto yang juga harus kehilangan nyawa akibat Gerakan 30 September 1965. Masih merujuk dari sumber yang sama, dikatakan bahwa Suprapto lahir di Purwokerto pada tanggal 20 Juni 1920. Serupa dengan Ahmad Yani, Suprapto juga aktif di bidang kemiliteran. Dia secara aktif terlibat dalam berbagai perjuangan kemerdekaan di masa pendudukan Jepang.

Bukan hanya itu saja, keterampilannya dalam bidang kemiliteran membuatnya sempat menduduki sejumlah posisi yang cukup penting. Sebut saja sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman, Kepala Staf Tentara dan Teritorium IV Diponegoro, Deputi Kepala Staf Angkatan Darat, hingga Panglima Angkatan Darat. Suprapto juga dikenal sebagai salah satu sosok yang menentang rencana pembentukan Angkatan Kelima oleh pihak PKI.

3. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono

Tidak hanya Ahmad Yani dan Suprapto, ada juga Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal sebagai MT Haryono. Sosoknya diketahui lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di Surabaya. Selain memiliki kemampuan yang apik dalam bidang kemiliteran, MT Haryono juga fasih berbagai bahasa. Tercatat MT Haryono dapat menguasai bahasa Jerman, Inggris, hingga Belanda.

Beberapa kali MT Haryono telah sukses menempati jabatan tinggi dalam militer. Sebut saja sebagai Wakil Tetap Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata, Sekretaris Delegasi Militer Indonesia, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda, Direktur Intendans, hingga Panglima Angkatan Darat. Sayangnya, MT Haryono juga kehilangan nyawa di tanggal 1 Oktober 1965 akibat Gerakan 30 September 1965.

4. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Siswondo Parman

Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman atau sering disebut sebagai S Parman adalah Pahlawan Revolusi selanjutnya yang gugur dalam peristiwa G30S. Dirinya lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918. Salah satu keterampilan yang dimiliki oleh S Parman hingga membuat Jepang mengirimkannya untuk belajar adalah kemampuannya dalam ilmu intelijen. Hal inilah yang mampu membawanya berhasil menduduki jabatan penting di bidang militer. S Parman sempat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta, Kepala Staf G, hingga Atase Militer RI. Puncaknya S Parman sukses mendapatkan pangkat mayor jenderal dan mengisi jabatan sebagai Panglima Angkatan Darat.

5. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Donald Izacus Pandjaitan

Kemudian dikutip dari laman resmi Museum Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Izacus Pandjaitan juga menjadi salah satu korban G30S yang diberikan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Revolusi. Sosok yang lahir di Balige, Tapanuli pada 9 Juni 1925 ini tertarik untuk menjadi tentara setelah melihat para pekerja romusha yang diperlakukan tidak manusiawi. Ia pun memutuskan untuk bergabung sebagai pasukan Giyugun di masa pendudukan Jepang. Perjalanan di bidang militernya berlanjut saat Donald Izacus Pandjaitan mendirikan Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan kemudian menyatu sebagai Badan Keamanan Rakyat (BKR). Serupa dengan perjalanan karier Pahlawan Revolusi yang lain, Donald Izacus Pandjaitan juga sempat menempati jabatan penting di militer. Misalnya saja sebagai Komandan Batalyon Pekanbaru, Kepala Staf Tentara dan Teritorium II Sriwijaya, Atase Militer RI, hingga Panglima Angkatan Darat.

6. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Pahlawan Revolusi selanjutnya yang gugur dalam peristiwa G30S adalah Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo. Dikutip dari buku 'Atlas Pahlawan Indonesia' karya Gamal Komandoko, Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 23 Agustus 1922. Ia mengawali karier sebagai pegawai di kantor Kabupaten Purworejo. Namun, keterampilannya dalam bidang pemerintahan membuatnya berhasil menjabat sebagai Panitera Bupati. Karier militer Sutoyo Siswomiharjo bermula saat dirinya bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Secara perlahan jabatannya di bidang kemiliteran mengalami kemajuan hingga menduduki sejumlah jabatan. Sutoyo Siswomiharjo pernah menjadi Ajudan Kolonel Gatot Soebroto, Kepala Bagian Organisasi Polisi Tentara Resimen 2, Kepala Staf Corps Polisi Militer, hingga puncaknya Direktur Akademi Hukum Militer dengan pangkat Brigadir Jenderal. Sutoyo Siswomiharjo ternyata juga menjadi salah satu orang yang menentang rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima.

7. Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean

Nama Kapten Czi Anumerta Pierre Andreas Tendean atau yang lebih dikenal sebagai Pierre Tendean menjadi salah satu Pahlawan Revolusi yang ikut gugur dalam Gerakan 30 September 1965. Mengutip dari buku 'Pierre Tendean' karya Masykuri, dapat diketahui bahwa Pierre Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939.

Sosoknya dikenal memiliki sifat bertanggung jawab terhadap orang-orang di sekitarnya, tak terkecuali masyarakat. Ketertarikan Pierre Tendean terhadap militer bermula saat dirinya melihat para pemuda pejuang kemerdekaan kerap datang ke rumahnya untuk menemui sang ayah. Meskipun sempat ditentang oleh orang tuanya, tetapi akhirnya Pierre Tendean berhasil masuk ke dunia kemiliteran. Mengawali karier sebagai Taruna, Pierre Tendean perlahan mampu menduduki jabatan yang cukup penting di militer yaitu sebagai ajudan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

8. Ajun Inspektur Polisi Dua (Anumerta) Karel Sadsuitubun

Pahlawan Revolusi selanjutnya yang gugur dalam Gerakan 30 September 1965 adalah Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Sadsuitubun. Frans Hitipew dalam bukunya 'Karel Sadsuitubun' menjelaskan Karel Sadsuitubun lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 silam. Ia tinggal dalam keluarga besar dengan jumlah saudara yang relatif banyak. Setelah menikah Karel Sadsuitubun menjabat sebagai bhayangkara negara atau prajurit kepolisian. Dia kerap ditugaskan di berbagai wilayah Indonesia, tak terkecuali Jakarta. Adapun tugas terakhir Karel Sadsuitubun adalah saat bertugas sebagai pengawal untuk Waperdam II Dr J Leimena. Inilah yang menjadi akhir hidup bagi Karel Sadsuitubun karena kehilangan nyawa akibat Gerakan 30 September 1965.

9. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo

Biografi Pahlawan Revolusi selanjutnya yang patut untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah sosok Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo atau yang lebih dikenal sebagai Brigjen Katamso. Sagimun MD dalam bukunya 'Katamso' menyebut Katamso Darmokusumo lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada 5 Februari 1923. Diketahui bahwa Katamso Darmokusumo mengikuti jejak sang ayah yang merupakan mantan komisaris polisi.

Katamso Darmokusumo mengawali perjuangannya sebagai anggota Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) yang membawanya memiliki keterampilan dan pengalaman dalam bidang kemiliteran. Kemudian ia juga bergabung sebagai bagian dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang membuatnya diangkat sebagai Komandan Kompi Batalyon Resimen. Puncaknya Katamso Darmokusumo diangkat sebagai Komandan Resort Militer. Pada titik inilah dirinya menjadi salah satu target penculikan sekaligus korban dari peristiwa G30S.

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto

Pahlawan Revolusi terakhir yang gugur dalam peristiwa G30S adalah Kolonel Anumerta Sugiyono Mangunwiyoto. Masih mengacu pada buku yang sama dijelaskan bahwa Sugiyono merupakan putra daerah Gunung Kidul yang lahir di tanggal 12 Agustus 1926. Serupa dengan Katamso, Sugiyono juga mengawali kariernya di bidang militer dengan menjadi anggota PETA. Kemudian Sugiyono juga pernah menjadi bagian dari TKR yang membawanya meraih jabatan sebagai ajudan Komandan Brigade 10.

Bahkan Sugiyono termasuk sebagai salah satu sosok yang berjuang dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berlangsung di Yogyakarta. Kemampuannya di bidang militer yang semakin terampil membuat Sugiyono dipercaya untuk mengemban sejumlah jabatan penting. Sebut saja sebagai Kepala Staf Komando Resort Militer 072 dan Komando Daerah Militer VII Diponegoro. Dia menjadi salah satu korban penculikan PKI pada tanggal 1 Oktober 1965.

Demikian tadi penjelasan mengenai profil singkat 10 pahlawan revolusi yang gugur saat peristiwa G30S PKI. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan bagi detikers, ya.




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads