Sultan Panggil Bupati-Walkot Bahas Sampah, Dorong ITF Bawuran Segera Beroperasi

Sultan Panggil Bupati-Walkot Bahas Sampah, Dorong ITF Bawuran Segera Beroperasi

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 24 Jul 2024 15:09 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X usai pertemuan dengan kepala daerah di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Rabu (24/7).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X usai pertemuan dengan kepala daerah di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Rabu (24/7).Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memanggil seluruh Bupati dan Wali Kota se-DIY untuk membahas soal sampah hari ini. Dalam pertemuan itu, Sultan minta Intermediate Treatmen Facility (ITF) Bawuran di Bantul segera beroperasi lantaran menjadi tumpuan industrialisasi sampah.

Dalam pertemuan yang dilakukan secara tertutup di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja ini, pembahasan utama memang soal industrialisasi sampah di ITF Bawuran, Pleret, Bantul.

"(pertemuan) Ini (membahas) masalah sampah, jadi kita punya kerja sama dengan departemen (kementerian) keuangan untuk pembiayaan. Mungkin yang bisa membantu meringankan beban kabupaten-kota dalam investasi," jelas Sultan usai pertemuan, Rabu (24/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sultan menjelaskan, nantinya di ITF Bawuran akan mengolah sampah menjadi beragam produk yang bernilai, seperti meubel. Namun, sampah yang dikirim ke Bawuran harus berupa sampah yang bisa diolah.

Sejauh ini, Bawuran memang diproyeksikan untuk mengolah sampah di Bantul dan Kota Jogja. Pasalnya sudah ada kerja sama atau MoU antar kedua wilayah tersebut. Meski begitu, tak menutup kemungkinan wilayah lain juga bisa mengirim pilahan sampahnya ke sana.

ADVERTISEMENT

"Dari pemilihan (sampah di tiap wilayah) ini, untuk masuk ke Bawuran jadi bahan baku untuk berproses menjadi barang lain per ton-nya dihargai Rp 450 ribu," papar Sultan.

"Jadi sampah itu bukan buangan tapi punya arti komersial. Karena akan menjadi bahan baku yang produknya harganya lebih mahal. Bukan hanya sekadar dianggurin tapi di Jogja bisa menjadi bahan baku industri," sambungnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja Sugeng Purwanto, menjelaskan pertemuan ini memang secara khusus membahas soal ITF Bawuran ini. Menurutnya, Sultan ingin ITF Bawuran segera beroperasi.

"Memang konsep awalnya Bawuran yang paling clear. Nanti ada pengelola di sana, yang diharapkan mampu menyerap minimal sampah dari Kota utamanya karena sudah ada MoU, dan mungkin juga Sleman dan Bantul itu sendiri," ungkapnya.

Sugeng pun mengaku ITF Bawuran sangat dibutuhkan bagi pihaknya. Pasalnya, dengan adanya TPST Nitikan, Kranon, dan Karangmiri, ditambah sedikit kuota ke TPST Piyungan, nyatanya belum mampu mengakomodir seluruh sampah di Kota Jogja.

"Kita masih punya sisa 20-an ton yang masih sering numpuk di depo-depo. Tapi kan sudah tidak seperti dulu. Tumpukan itu terpaksa masih harus ada," ujar Sugeng.

Di sisi lain, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, menyampaikan selama ini wilayahnya memang menjadi pusat pengolahan sampah di tingkat regional. Sayangnya, pembangunan TPST-TPST di Bantul masih belum juga selesai.

"Maka Bantul mendapatkan perhatian khusus karena tempat pengolah sampah di Bantul relatif lebih banyak dibanding daerah lain. Ini kan menjadi tujuan pengolahan sampah terutama dari kota dan sebagian Sleman," paparnya.

Terkait industrialisasi sampah di ITF Bawuran, Halim pun mendukung langkah ini. Namun, pekerjaan rumah yang muncul yakni pemilahan sampah sebelum dibawa ke ITF Bawuran.

"Karena pemilahan sejak dari rumah tangga belum menjadi budaya maka diperlukan pengusaha-pengusaha sampah yang tentu menuntut adanya retribusi atau pembayaran untuk memilahkan," jelas Halim.

"Tempat terbaik hari ini memilahkan itu ya di TPST-TPST itu, kan masuk ke konveyor kan banyak orang itu, itu kan harus bayar, bayar tenaga, mesin yang disebut dengan tipping fee," pungkasnya.




(cln/apu)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Hide Ads