Keberadaan TPST Sendangsari ternyata menuai polemik di kalangan masyarakat. Keluhan utama adalah bau tidak sedap yang tercium sampai permukiman warga. Tepatnya di sisi Utara dari TPST yang beralamatkan di Dukuh Denonakan, Sendangsari, Minggir, Sleman ini.
Dukuh Denokan, Budi Santoso mengakui ada warga yang mengeluhkan keberadaan TPST Sendangsari. Namun keluhan ini sudah ditampung oleh pengelola TPST Sendangsari. Bahkan dalam waktu dekat akan menggelar pertemuan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman.
"Sampah itu pasti bau, sering pengangkutan di-remix dicampur mungkin waktu itu mak breng. Ditambah ini angin berhembus dari selatan ke utara. Nah ini yang membuat bau tak sedap tercium sampai permukiman warga," jelasnya saat ditemui di TPST Sendangsari, Minggir, Sleman, Senin (8/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menuturkan TPST Sendangsari sempat menjadi lokasi transit sampah milik TPST Tamanmartani. Kondisi sampah yang masuk didominasi basah dan sampah lama. Tumpukan sampah inilah yang membuat bau tak sedap muncul dari TPST Sendangsari.
Pihaknya juga sudah menyarankan pengelola memperbaiki sistem udara. Berupa penambahan exhaust pada sisi atap. Sehingga bau dari pengolahan sampah dapat dialirkan ke atas. Tujuannya agar tak sampai permukiman warga.
"Karena di sini dipandang recommended karena lalu lintas gampang dan kadang muatnya di sini. Dari tempat lain ke sini itu kadang belum kering. Saat ini untuk meminimalisir bau itu ada dryer, dikeringkan agar tidak bau," katanya.
Budi menuturkan keberadaan TPST Sendangsari juga memberikan dampak positif. Paling utama adalah pemberdayaan 59 warga sekitar sebagai pekerja. Ada juga perbaikan akses jalan kampung sepanjang 1 kilometer.
"Warga bisa terakses masuk ke sini, sekarang cari pekerjaan sulit, barang mahal dan makin rekoso. Bisa mengangkat perekonomian warga. Lalu dibangunkan jalan yang sudah rusak 30 tahun," ujarnya.
![]() |
Tanggapan Pengelola
Owner PT Norma Duta Utama Syaefulloh selaku pengelola TPST Sendangari menuturkan pihaknya telah memanggil warga yang komplain. Dia juga menjelaskan penyebab utama munculnya bau yang tercium hingga pemukiman warga.
Syaefulloh menuturkan penyebab bau adalah sampah titipan dari TPST Tamanmartani. Sampah datang dalam kondisi basah dan terdiri dari sampah lama. Kondisi ini berlangsung kurang lebih 2 bulan.
"Warga saya undang, klarifikasi dan memberi tahu apa yang diinginkan, intinya tentang bau. Saya jelaskan selama 2 bulan ini di sini menjadi transit dari TPST Tamanmartani dan itu memang masalah," katanya.
Atas pertimbangan matang, Syaefulloh juga berkomunikasi dengan instansi terkait. Agar TPST Sendangsari tidak menerima atau transit sampah dari TPST Tamanmartani. Hasilnya bau tak sedap mulai berkurang drastis.
Berdasarkan pantauan detikJogja, permukiman warga terdekat sekitar 200 meter hingga 300 meter dari TPST Sendangsari. Ini karena lokasi TPST Sendangsari berada di tengah persawahan. Sisi utara adalah selokan Van Der Wijck dan ada bangunan kandang ayam di sisi baratnya.
"Setelah ada diskusi antar lintas bidang, alhamdulillah selama 1 minggu ini dari Tamanmartani tidak masuk dan bau menurun drastis," ujar Syaefulloh.
Skema Pengolahan Sampah di TPST Sendangsari
Syaefulloh menuturkan TPST Sendangsari mampu mengolah 20 ton sampah perharinya. Hasil olahan berupa Refuse Derived Fuel (RDF) anorganik, RDF organik dan sampah botol plastik. Khusus untuk RDF sudah terjalin kerja sama PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), sebuah perusahaan di Cilacap, Jawa Tengah.
Per harinya sebanyak 7 hingga 8 truk sampah masuk ke TPST Sendangsari. Seluruhnya adalah pengangkut sampah dari kawasan Sleman Barat. Kondisi ini sudah berlangsung konsisten sejak dibuka pada April 2024.
"Rata-rata dengan kondisi sperti ini, sampah masuk 20 ton berarti RDF antara 8 sampai 9 ton anorganik, organiknya hampir sama tapi lebih berat 10 persen. Sisanya air lindi atau residu, ada degan (kelapa) masuk, sendal jepit, kain, pakaian dan itu yang tidak bisa diolah," katanya.
Dibangun di atas lahan seluas 6.000 meter persegi, TPST ini memiliki 2 modul pengolahan sampah. Terdiri dari conveyor, difuser sampah anorganik dan organik, crusher dan alat pengepres. Masih ditambah dengan dryer atau alat pengering sampah.
Syaefulloh menuturkan berharap ke depannya ada penambahan dryer. Fungsinya untuk mengeringkan sampah baru. Tujuannya agar sampah lebih optimal diolah dan tidak menyebabkan mesin macet.
Syaefulloh menuturkan kendala saat ini adalah dryer yang belum optimal. Ini karena hanya bisa mengeringkan 2 ton sampah setiap pengerjaannya. Sehingga harus dilakukan secara bergantian apabila ada sampah basah.
"Kendala dryer belum maksimal, kalau ini teratasi maka masalah bau bisa terselesaikan. Mesin-mesin ini lebih optimal kalau sampahnya kering. Kalau modul di sini komplit atau 3 modul, 40 ton sampah perhari berani," ujarnya.
(apu/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi