Tolak TPS3R Karangmiri, Warga Jagalan Bantul Gelar Aksi Damai

Tolak TPS3R Karangmiri, Warga Jagalan Bantul Gelar Aksi Damai

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 12 Jun 2024 18:21 WIB
Aksi damai warga Jagalan, Banguntapan, Bantul menolak TPS3R Karangmiri, Rabu (12/6/2024) sore.
Aksi damai warga Jagalan, Banguntapan, Bantul menolak TPS3R Karangmiri, Rabu (12/6/2024) sore. Foto: Adji Ganda Rinepta/detikJogja.
Bantul -

Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) Karangmiri terus menuai penolakan dari warga Jagalan, Banguntapan, Bantul. Kali ini warga menggelar aksi damai berbalut pentas seni pada Rabu (12/6) sore, di dekat TPS3R Karangmiri.

Warga mendirikan panggung di ujung jalan yang menghadap TPS3R Karangmiri. Di situ warga mencurahkan orasi dan dan bermusik. Deretan banner bernuansa protes yang dipasang di sepanjang jalan.

Perwakilan warga, Andri, mengatakan pihaknya menolak pembangunan TPS3R Karangmiri lantaran dampak jangka panjangnya untuk penduduk. Bukan tanpa alasan, beberapa waktu lalu, TPS3R diujicobakan bau menyengat sudah tercium sampai radius 500 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari situ, warga berinisiatif menggelar aksi damai ini. Kami tidak ada tujuan untuk menjadikan bentrok antara warga dengan pemerintahan," jelasnya kepada wartawan usai aksi, Rabu (12/6/2024).

Menurut Andri, warga tegas meminta TPS 3R Karangmiri ditutup total, untuk kemudian dibangun ruang terbuka hijau atau fasilitas olahraga untuk penduduk. Pasalnya, lokasi tersebut sangat tidak layak dijadikan TPS karena berdekatan dengan permukiman dan tebing sungai.

ADVERTISEMENT

"Itu semua sudah ada aturannya. Pemerintah harus melakukan kajian dulu, baru diaplikasikan. Apalagi, warga baru tahu di situ dibangun TPS setelah terbangun 50 persen," paparnya.

Lebih lanjut Andri menjelaskan tidak ada sosialisasi sebelumnya. Perwakilan Pemkot Jogja baru menemui masyarakat setelah muncul aksi penolakan lewat pemasangan banner beberapa waktu lalu. Hanya saja, dalam pertemuan tersebut, menurutnya pemkot tidak menawarkan solusi untuk penduduk.

"Di situ tidak ada sosialisasi, karena yang ada malah terkesan pemaksaan. Warga di situ harus menerima dan harus setuju," pungkasnya.

Terkait penolakan warga Jagalan tersebut, Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja, Sugeng Purwanto, menjelaskan komunikasi masih terus berlangsung. Menurutnya, aksi tersebut bukan sepenuhnya penolakan, namun hanya kekurangpuasan warga terhadap solusi dari pihaknya.

"Bukan penolakan, konsolidasi ulang. Pada dasarnya memang masalah sampah itu masalah sosial. Meski sudah dikondisikan kayak apapun, pasti masih ada ketidakpuasan," jelas Sugeng.

Sugeng melanjutkan, dalam menyelesaikan polemik ini pihaknya memilih jalan musyawarah, sampai kedua belah pihak benar-benar menemukan kata mufakat. Ia memastikan pihaknya tidak akan menutup mata dan telinganya terhadap keluhan-keluhan yang muncul dari warga.

"Kita wong Yoja (Jogja) to, segala permasalahan ya dirampungke dengan musyawarah. Kami mengarah pada penyelesaian secara musyawarah," ujarnya.

Meski begitu, Sugeng menyebut, masalah sampah adalah masalah bersama. Sehingga, ia pun berharap peran serta dari masyarakat, untuk ambil bagian dalam penyelesaian masalah ini.

"Itu kan masalah kita bersama. La nek kono (kalau sana) dema-demo, kene (sini) yo demo, terus sampahe meh didokok ngendi? (sampahnya ditaruh mana?) Semua sedang ditata oleh (pemerintah) kota, sedang dikondisikan," paparnya.

"Tapi, sejauh ini kan belum, wong alatnya dan gedungnya untuk pengolahan terpadu saja belum selesai, meski proses sudah berjalan," pungkas Sugeng.




(apl/cln)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Hide Ads