Puluhan pedagang oleh-oleh haji dan umrah yang berjualan di Jalan KH. Agus Salim, tepat di depan Masjid Agung Raudlotul Jannah, menggelar aksi unjuk rasa pada Jumat pagi (13/6/25). Mereka menolak rencana relokasi yang dinilai tidak sesuai dengan karakter dagangan mereka.
Dalam aksi damai tersebut, sekitar 10 pedagang membentangkan sejumlah spanduk berisi penolakan relokasi. Salah satu spanduk bertuliskan, 'Kami mendukung program pemerintah Probolinggo Bersolek tanpa mengusir dan mematikan mata pencaharian kami. Jangan bubarkan Ampelnya Probolinggo.'
Ketua Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji dan Umrah, Bambang Suwoto (55), menuturkan bahwa rencana pemindahan muncul seiring program revitalisasi kawasan Alun-alun Probolinggo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, lokasi baru yang ditawarkan di depan Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) dinilai tidak tepat dan berpotensi menurunkan pendapatan para pedagang.
"Toko kami itu sudah lekat dengan Masjid Agung. Kalau dipindah ke depan TWSL, jelas tidak cocok. Selain jauh, lokasinya juga sepi pengunjung," ujar Bambang.
Bambang menambahkan, berdasarkan informasi yang diterima, hanya akan disediakan lima lapak di lokasi relokasi, sedangkan jumlah pedagang saat ini mencapai sepuluh orang.
"Kami berharap, kalaupun direlokasi, lokasinya tetap dekat Masjid Agung. Karena barang dagangan kami memang terkait erat dengan para jemaah haji dan umrah yang datang ke masjid ini," imbuhnya.
Senada dengan Bambang, pedagang lainnya, Rivo Alvadani (36), mengaku heran dengan rencana tersebut. Ia mengungkapkan para pedagang sudah berjualan di lokasi tersebut sejak 2015 tanpa kendala berarti.
"Dalam video rancangan revitalisasi Alun-alun, toko kami sudah tidak tampak. Ternyata kami akan dipindah ke TWSL," keluh Rivo.
Para pedagang berharap pemerintah kota dapat memberikan solusi yang tidak merugikan mata pencaharian mereka.
"Ini pekerjaan utama kami. Kami mohon tetap diizinkan berjualan di sekitar Masjid Agung," pungkas Rivo.
(auh/abq)