Tanggal 17 Juli 2025 Memperingati Hari Apa? Ada 4 Peringatan Penting!

Tanggal 17 Juli 2025 Memperingati Hari Apa? Ada 4 Peringatan Penting!

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Kamis, 17 Jul 2025 08:54 WIB
Kalender Juli 2025
Kalender Juli 2025. (Foto: Kalender Kemenag RI)
Jogja -

Hampir setiap hari, terdapat hari penting yang diperingati di berbagai belahan dunia. Pada 17 Juli 2025, masyarakat di berbagai penjuru dunia merayakan Hari Keadilan Internasional. Namun, tidak hanya itu, masih ada sejumlah peringatan penting lainnya yang turut diperingati pada tanggal tersebut.

Menurut Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, 17 Juli 2025 adalah hari Kamis dalam penanggalan Masehi. Kemudian dalam Kalender Jawa, jatuh pada weton Kamis Kliwon, 21 Suro 1959 (Dal). Sedangkan dalam penanggalan Hijriah, hari tersebut bertepatan dengan 21 Muharram 1447 H.

Lantas, tanggal 17 Juli 2025 memperingati hari apa? Berikut adalah beberapa hari penting nasional dan internasional yang diperingati hari ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal 17 Juli 2025 Memperingati Hari Apa?

Menurut National Day Calendar, Days of The Year, dan National Today, terdapat peringatan penting pada 17 Juli 2025 seperti Hari Keadilan Internasional hingga Hari Integrasi Timor Timur. Mari cermati penjelasan lengkapnya!

1. Hari Keadilan Internasional

Hari Keadilan Internasional diperingati oleh komunitas global setiap 17 Juli sebagai pengingat akan pentingnya hukum dalam melindungi hak asasi manusia. Peringatan ini memiliki keterkaitan erat dengan pembentukan Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) yang berbasis di Den Haag. Masyarakat sipil, lembaga hukum, dan aktivis dari berbagai negara ikut menyuarakan dukungan terhadap peringatan ini, terutama mereka yang bergerak dalam isu-isu keadilan global dan penegakan hukum terhadap kejahatan berat.

ADVERTISEMENT

Hari Keadilan Internasional biasanya disambut oleh organisasi non-pemerintah dan institusi hukum di seluruh dunia dalam bentuk seminar, diskusi publik, hingga kampanye media. Pemerintah beberapa negara juga turut menggelar acara peringatan, termasuk pelatihan mengenai hak korban kejahatan dan peran pengadilan internasional. Pada hari ini, berbagai kalangan mencoba mendekatkan masyarakat umum pada gagasan bahwa keadilan internasional bukan sekadar konsep hukum tinggi, melainkan kebutuhan nyata dalam menjaga perdamaian dan martabat manusia.

Latar belakang peringatan ini bermula dari kesepakatan dalam Konferensi Peninjauan Statuta Roma yang digelar di Uganda pada 1 Juni 2010. Dalam konferensi itu, negara-negara peserta sepakat untuk menetapkan 17 Juli sebagai Hari Keadilan Internasional. Tanggal tersebut merujuk pada saat Statuta Roma yang menjadi dasar berdirinya ICC, tepatnya pada 17 Juli 1998.

2. Hari Emoji Sedunia

Di tengah perkembangan komunikasi digital, 17 Juli juga dirayakan sebagai Hari Emoji Sedunia. Perayaan ini muncul dari dunia maya dan kini telah meluas ke berbagai komunitas digital di seluruh dunia.

Tidak hanya para pengguna media sosial, perusahaan teknologi dan pengembang perangkat lunak juga turut serta menyemarakkan peringatan ini. Banyak pihak menjadikan hari ini sebagai momentum untuk berekspresi melalui simbol-simbol kecil yang akrab di layar gawai, mulai dari pengguna individu hingga tim kreatif emoji internasional.

Peringatan ini diciptakan oleh Jeremy Burge, pendiri Emojipedia pada 2014. Ia memilih tanggal 17 Juli karena terinspirasi dari tampilan emoji kalender di iPhone yang menunjukkan tanggal tersebut sejak 2002.

Seiring berjalannya waktu, Hari Emoji Sedunia menjadi ruang ekspresi yang menyenangkan bagi para pengguna teknologi. Biasanya, masyarakat merayakannya dengan mengirim pesan singkat berisi emoji, mengikuti tantangan media sosial, atau menyebarkan meme dan stiker yang berkaitan dengan ekspresi digital.

Selain bersifat hiburan, Hari Emoji Sedunia juga menjadi refleksi tentang bagaimana komunikasi manusia terus berevolusi. Emoji hadir untuk menyampaikan perasaan yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Melalui emoji, pengguna dapat menjangkau nuansa emosi secara cepat dan efisien.

3. Hari Konstitusi Korea

Di Korea Selatan, 17 Juli adalah momen yang sarat makna karena bertepatan dengan Hari Konstitusi Korea atau Gaecheonjeol. Peringatan ini dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dan masyarakat umum untuk menghormati terbentuknya konstitusi negara pada 1948. Biasanya, pejabat tinggi negara seperti Presiden, Ketua Mahkamah Agung, dan Ketua Majelis Nasional hadir dalam upacara peringatan yang digelar di Gedung Majelis Nasional di Seoul.

Meski sejak 2008 tidak lagi menjadi hari libur nasional, Hari Konstitusi tetap menjadi bagian penting dari budaya sipil Korea Selatan. Warga mengibarkan bendera nasional dan berbagai lembaga pendidikan mengadakan kegiatan khusus. Maraton, debat mahasiswa, hingga kelas hukum di sekolah dasar dan menengah menjadi cara-cara populer untuk memperingati hari ini. Momentum ini dijadikan kesempatan untuk memperkenalkan sistem hukum kepada generasi muda dan membangun rasa cinta Tanah Air melalui penghormatan terhadap dasar negara.

Konstitusi Republik Korea diratifikasi pada 12 Juli dan secara resmi diumumkan oleh Presiden Syngman Rhee lima hari kemudian, tepat pada 17 Juli 1948. Momen tersebut menandai lahirnya Republik Korea setelah masa penjajahan Jepang dan pembagian Semenanjung Korea pasca-Perang Dunia II.

4. Hari Integrasi Timor Timur

Di wilayah Asia Tenggara, tanggal 17 Juli menjadi penanda peristiwa penting dalam sejarah Timor Timur yang kini dikenal sebagai Timor Leste. Dikutip dari laman resmi BPK Penabur, pada 17 Juli 1976, Indonesia secara resmi mengintegrasikan Timor Timur sebagai provinsi ke-27. Langkah ini diambil setelah operasi militer yang dilancarkan pada Desember 1975 dan menjadi sumber konflik berkepanjangan. Hingga kini, tanggal ini masih dikenang, meskipun tidak lagi dirayakan secara resmi oleh Timor Leste yang telah merdeka pada 2002.

Pengintegrasian ini menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat internasional dan penduduk lokal. Sebagian masyarakat Timor Timur merasa kehilangan hak menentukan nasib sendiri, sementara yang lain menerima integrasi tersebut sebagai jalan menuju stabilitas.

Dalam prosesnya, terjadi banyak pelanggaran hak asasi manusia dan konflik bersenjata antara kelompok pro-kemerdekaan dan pasukan keamanan Indonesia. Keadaan ini akhirnya mendorong dilaksanakannya referendum kemerdekaan pada 30 Agustus 1999 yang dimenangkan oleh pihak pro-kemerdekaan.

Sebelum masa integrasi, Timor Timur berada di bawah kekuasaan kolonial Portugis selama lebih dari tiga abad. Setelah Revolusi Carnation di Portugal pada 1974, wilayah ini sempat mendeklarasikan kemerdekaannya melalui FRETILIN. Namun, ketidakstabilan politik dan kekosongan kekuasaan pasca-penjajahan mendorong masuknya militer Indonesia. Meskipun integrasi ini secara administratif berlangsung puluhan tahun, banyak pihak menganggapnya tidak sah hingga akhirnya Timor Timur meraih kemerdekaan penuh dengan pengawasan PBB.

Nah, itulah tadi sejumlah peringatan yang terdapat pada 17 Juli 2025. Semoga bermanfaat, detikers!




(sto/dil)

Hide Ads