Tradisi Brandu di Balik Kasus Pasien Suspek Antraks Gunungkidul

Round-Up

Tradisi Brandu di Balik Kasus Pasien Suspek Antraks Gunungkidul

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 09 Mar 2024 06:00 WIB
Scientist is analyting blood sample for Anthrax.
Ilustrasi Antraks. Foto: Getty Images/iStockphoto/vchal
Jogja -

Seorang warga di Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, terindikasi menderita antraks. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mengungkap warga itu ternyata sempat menyembelih kambing mati, atau yang biasa disebut brandu, di Sleman.

Plt Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan pihaknya mendapat informasi dari Dinas Kesehatan Sleman tentang satu warga suspek antraks yang dirawat di RSUD Prambanan itu pada Kamis (8/3) lalu.

Saat itu Dewi langsung berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul. Pemkab juga turun ke lokasi untuk melakukan pengamatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena baru dapat (kabar) dari rumah sakit, kami hari ini turun untuk melihat di lokasi, artinya kita melakukan surveillance (pengamatan), melihat apakah ada yang terkena di sana atau tidak," kata Dewi saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Jumat (8/3/2024).

Dewi mengatakan pihaknya juga melacak apakah ada masyarakat lain telah memakan daging dari ternak yang mati itu. "Kemudian melihat apakah ada yang bergejala atau tidak, pengambilan sampel seperti prosedur yang ada," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menyatakan antraks bukan hal baru di Gunungkidul. Dia mengimbau masyarakat agar tidak melakukan brandu atau menyembelih hewan yang sudah mati.

"Jangan brandu!" tegas Sunaryanta, kemarin.

Sembelih Kambing Mati-Makan Dagingnya

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul menyatakan warga Gedangsari yang suspek antraks itu sempat menyembelih kambing mati di Sleman. Dia juga mengonsumsi dagingnya bersama beberapa warga yang lain.

Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan pemotongan kambing mati itu dilakukan pada 24 Februari lalu. Setelah dipotong, dagingnya dibawa pulang ke kampungnya.

"Itu berawal ada orang Serut, Gedangsari, membawa kambing mati milik orang Sleman. Menyembelih di Sleman," kata Wibawanti saat dihubungi wartawan via telepon, Jumat (8/3/2024).

Di kampungnya, warga tersebut kemudian mengonsumsi daging kambing mati itu bersama warga yang lain. Tak lama kemudian warga tersebut diketahui sakit. "Kemudian bapak itu (dibawa) ke rumah sakit," ujar Wibawanti.

Dugaan bahwa warga tersebut terpapar antraks semakin kuat saat beberapa ternaknya tiba-tiba mati. Wibawanti mengatakan ada satu sapi dan dua kambing milik pasien suspek antraks itu yang mati.

Bahkan, warga sempat memotong ternak tersebut. Namun mereka tidak jadi mengonsumsinya.

"Tapi tidak jadi dimakan. Kemudian (satu sapi dan dua kambing mati) langsung dikubur," katanya.

Wibawanti belum bisa memastikan apakah hewan yang mati itu akibat bakteri antraks. Pihaknya telah mengambil sampel darah hewan yang mati itu dan tanah tempat hewan itu disembelih.

"Jadi kalau antraks harus hasil lab, jadi diduga. Kita tunggu hasil lab," jelasnya.

Wibawanti menambahkan, pihaknya sudah memberikan vitamin dan antibiotik untuk ternak yang ada di desa tersebut. Pihaknya juga menyiramkan formalin di lokasi penguburan dan penyembelihan hewan itu.

Wibawanti juga mengimbau masyarakat di padukuhan tersebut agar melakukan karantina terhadap hewan ternak mereka.




(dil/dil)

Hide Ads