Seekor sapi mati di Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, dinyatakan positif antraks. Sapi itu dibuang ke luweng atau lubang tanah yang dalam. Berikut penuturan Suwardi, pemilik sapi itu, kepada detikJogja.
Suwardi yang juga Lurah Kalurahan Tileng, Girisubo, membeli sapi itu pada November 2024 dari salah seorang pedagang. Pada Selasa (4/2), sapi itu tiba-tiba tampak gelisah dan tidak bersemangat.
"Lalu saya menginformasikan ke petugas puskeswan dan petugas menyarankan untuk memeriksakan sapi," kata Suwardi saat dihubungi detikJogja, Senin (17/2/2025) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malamnya dia kembali mengecek sapinya, ternyata masih mau makan. Keesokan harinya, Rabu (5/2) pagi, sapi itu tidak mau meminum air komboran.
"Tidak lama kemudian sapi gelisah dan ngebrok (duduk di lantai) dan ngos-ngosan. Selanjutnya saya mencari batang pisang dan saya panasi, karena mengira sapi masuk angin. Batang itu saya pakai menyeka kakinya, lalu sapinya semangat lagi," ujarnya.
Setelah itu, Suwardi kembali mengecek sapinya. Saat itu kondisi perut sapinya panas dan ngos-ngosan.
"Saya telepon lagi puskeswan itu dan petugas puskeswan datang ke lokasi. Nah, pas mau ke kantor saya tengok sapinya sudah mati," ucap dia.
Baca juga: 1 Sapi di Gunungkidul Mati Positif Antraks |
Saat petugas puskeswan tiba di kandang, Suwardi memintanya untuk mengambil sampel darah sapinya melalui ekor. Pasalnya, Suwardi curiga kematian sapinya bukan karena penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Saya minta tolong ke petugas untuk ambil sampel darah sapi dan diuji laboratorium," kata dia.
Setelah petugas selesai mengambil sampel darah, Suwardi menghubungi pedagang yang menjual sapi tersebut kepadanya. Dia bilang, saat membeli sapi ada perjanjian kalau terjadi sesuatu pedagang itu akan membantu.
"Karena beli sapi model kerja sama seperti itu kami dibantu dan saya tidak mau timbul masalah kalau dikubur. Karena kalau antraks, tanah itu bisa terpapar dan akan jadi masalah," ujarnya.
Akhirnya, Suwardi meminta pedagang itu untuk membuang sapinya ke luweng di sisi timur Kalurahan Tileng. Pembuangan itu berlangsung siang hari dengan cara khusus.
"Siangnya saya tanya, katanya aman dibuang ke luweng, karena di sebelah timur ada luweng air langsung menuju ke laut," ucapnya.
"Terbungkus plastik saat membuang sapinya itu dan perjalanan ke luweng diusahakan darah tidak ada yang menetes. Untuk ongkosnya membuang itu Rp 2 juta sampai Rp 3 juta, karena yang penting tidak ada ceceran darah di tanah," lanjut Suwardi.
Menurutnya, luweng tersebut sangat dalam dan langsung terhubung ke laut. Suwardi juga menyarankan agar sapi yang mati karena antraks agar tidak dikubur.
"Luwengnya dalam sekali dan itu terusan sampai ke laut. Kalau luweng sini langsung membusuk dan mestinya sudah terbawa ke laut. Jadi kalau ada hewan mati jangan dikubur, tapi langsung masukkan ke luweng yang terhubung dengan laut," ucapnya.
Sementara itu Suwardi juga meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) agar menyerahkan hasil uji laboratorium secara tertulis kepada dirinya. Tujuannya sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat bahwa tidak semua sapi yang mati mendadak akibat PMK.
"Lalu saya minta hasil uji laboratorium disampaikan ke kami. Nah, kemarin dapat telepon ternyata hasilnya mengarah kepada antraks. Terus kami diskusi dengan puskeswan untuk mensterilkan, dan saya minta bantuan untuk mensterilkan," ucapnya.
"Tapi sekali lagi harapan kami ada fakta yang pasti karena hasil laboratorium jadi bukti riil bahwa hewan-hewan di Tileng yang kena wabah seperti itu. Kami menunggu bukti tertulis hasil uji laboratorium dari dinas dan Senin pekan depan sosialisasi kepada masyarakat," imbuh Suwardi.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari menjelaskan sapi itu mati mendadak di Kapanewon Girisubo pada Rabu (5/2/2025). Selanjutnya, pemilik sapi menghubungi petugas dan berlanjut dengan pengambilan sampel darah sapi tersebut dan hasilnya keluar pada Kamis (13/2/2025).
"Berdasarkan pengujian hasilnya positif antraks," katanya kepada wartawan di Gunungkidul hari ini.
Lebih lanjut, Wibawanti menyebut bangkai sapi itu sempat dibuang oleh pedagang ternak. Beruntung sapi tersebut bisa ditemukan dan langsung ditangani sesuai ketentuan yang berlaku.
"Laporan dari teman-teman itu (sapi yang mati akibat antraks) dibawa pedagang lalu dibuang ke luweng," ujarnya.
Terkait kejadian tersebut, DPKH telah melakukan disinfeksi di lokasi matinya sapi. DPKH juga telah melakukan pengambilan sampel tanah dan feses sisa di kandang oleh BBVet Wates.
"Dan tadi juga telah dilakukan penyiraman ulang atau disinfeksi. Selain itu juga vaksinasi antraks terhadap ternak yang masih tersisa di sekitar kandang," ucapnya.
Simak Video "Video: Viral Lurah di Gunungkidul Disiram, Disebut Karena Masalah Utang"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi