Motif kuli bangunan berinisial DF (23) membunuh dosen UIN Raden Mas Said Solo, Wahyu Dian Silviani (34) diragukan keluarga korban. Pihak keluarga tidak menerima pengakuan pelaku yang menghabisi nyawa Dian karena ucapan kasar dari korban.
Pembunuhan itu terjadi di Perumahan Graha Sejahtera, Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (24/8). Pelaku DF mengaku sakit hati ditegur soal pekerjaannya merenovasi rumah korban pada Senin (21/8) lalu.
"Karena kerjanya jelek, ditolol-tololin dibego-begoin, ya semacam itu. Saya ditegur Senin pagi sampai sore," kata DF saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolsek Gatak, Sukoharjo, dilansir dari detikJateng, Jumat (25/8).
DF menuturkan sudah merencanakan pembunuhan terhadap Dian setelah teguran itu. Korban pun dibunuh usai ditikam menggunakan pisau.
"Lalu saya ada kepikiran bunuh, jadi sudah direncanakan," jelasnya.
Keluarga Anggap Motif Pelaku Tak Wajar
Belakangan, pengakuan pelaku disoroti keluarga korban. Ayah Dian, Prof Moh Hasil Tamzil menilai motif pembunuhan yang diutarakan pelaku tidak wajar.
"Pelaku (DF) katanya diumpat dengan kata-kata kasar. Itu tidak wajar karena anak saya ini termasuk orang yang tidak terlalu banyak bicara," kata Tamzil usai pemakaman Dian di Lingkungan Pajeruk Sejahtera, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilansir dari detikBali, Sabtu (26/8).
Tamzil pun mendesak polisi untuk mendalami keterangan pelaku. Dia mengaku tidak puas dengan pengakuan DF.
"Untuk polisi jangan puas dengan (pengakuan) tersangka ini. Siapa tahu dia adalah orang suruhan," harap Tamzil.
Guru besar Universitas Mataram (Unram) ini lantas menuding pelaku masih menyembunyikan sesuatu. Tamzil yakin ada motif lain di balik pembunuhan anak sulungnya.
"Ini ada sesuatu yang tersembunyi di balik pengakuan itu. Saya yakin ada sesuatu di balik semua ini," jelasnya.
Tamzil menambahkan kebaikan Dian juga dirasakan teman-temannya di Solo. Hal inilah yang membuatnya heran jika anaknya dicap berprilaku kasar terhadap pelaku.
"Apa yang disampaikan pelaku tidak nyata. Silakan tanya ke teman-teman Dian di Solo sana. Siapa sesungguhnya si Dian ini," imbuh Tamzil.
Adik kandung Dian, Fatin Nabila Fitri (22) juga membantah pengakuan pelaku yang menuding kakaknya telah berucap kasar. Dia berdalih kakaknya selama ini memperlakukan kuli bangunan yang merenovasi rumah dengan baik.
"Terus kok bisa dia (DF) bilang kakak saya negur dia kalau kerjaannya jelek. Tolol-tololin dia," ujar Nabila.
Nabila menuturkan melihat sendiri sikap kakaknya dalam memperlakukan kuli bangunan. Kesaksiannya itu setelah dia sempat menginap bersama kakaknya di Solo sejak tanggal 3-17 Agustus.
"Saya saksi di sana. Dua minggu saya melihat mereka kerja. Saya nggak terima kakak saya dibilang gitu," tuturnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(sar/ata)