Temuan Menarik Ekspedisi Karst UGM di Banggai, Ada White Rain dalam Gua

Temuan Menarik Ekspedisi Karst UGM di Banggai, Ada White Rain dalam Gua

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 02 Sep 2024 18:24 WIB
Tim Ekspedisi Banggai Series 1
Tim Ekspedisi Banggai Series 1 (Foto: dok. UGM)
Jogja -

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama para ahli internasional menggelar ekspedisi internasional Banggai Series 1 di Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Banggai Laut di Sulawesi Tengah. Ada beragam fenomena menarik yang mereka temukan, salah satunya white rain.

Dikutip dari situs UGM, Senin (2/9/2024), ekspedisi Banggai Series 1 ini digelar pada 17-27 Agustus 2024. Ekspedisi ini diikuti Catrapatti Raditya dari Sainsreka Explorasia (SRX) sekaligus sebagai Lead Operation Officer, Juswono Budisetiawan dari Sainsreka Explorasia (SRX), Dimas Dwi Septian dan Aries Dwi Siswanto dari Kelompok Studi Karst Geografi UGM.

Lalu ahli geohidrologi internasional seperti Todd Kincaid dari Amerika Serikat, Mathias Nicoud dan Julie Coulumb dari Perancis, serta peserta dari Malaysia seperti Md Rosman bin Md Haniffah, Lee Kian Lie, Foong Chin Hing. Ekspedisi ini bertujuan mengeksplorasi studi karst dan gua di kawasan yang menyimpan potensi geeologi untuk kepentingan ilmu pengetahuan global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga wilayah utama yang menjadi rute ekspedisi yakni Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut. Wilayah-wilayah ini dikenal memiliki berbagai gua karst yang tersebar di darat maupun laut, kaya akan formasi karst, termasuk sungai bawah tanah dan mata air yang muncul di laut.

"Penemuan gua-gua yang tersembunyi di balik karst ini merupakan daya tarik utama yang membuat kami tertarik untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut," kata Catrapatti Raditya.

ADVERTISEMENT

Salah satu fenomena menarik yang ditemukan para peneliti yakni White Rain atau hujan putih. Fenomena ini juga disebut dengan Udang Maote dalam bahasa daerah.

"Fenomena ini terjadi ketika penyelam memasuki gua dan merasakan tetesan air putih yang tampak seperti hujan," terang Catrapatti.

Peneliti SRX, Juswono Budisetiawan menambahkan Kepulauan Banggai memiliki formasi karst yang berbeda dari wilayah lain, misalnya Kalimantan. Menurutnya, karst di Kalimantan tinggi menjulang, sedangkan di Banggai tersembunyi di bawah permukaan tanah dan laut.

Hal ini menjadi salah satu tantangan tim peneliti karena membutuhkan keterampilan khusus, misalnya cave diving. Dia mencontohkan eksplorasi di cenote yakni lubang dengan danau di dalamnya, seperti yang banyak ditemukan di Meksiko.

Para peneliti menemukan cenote di Kepulauan Banggai yang memiliki kedalaman sekitar 33 meter dari permukaan air. Hal ini pun menjadi tantangan bagi penyelam.

"Karena kedalamannya, peralatan khusus diperlukan, dan penyelam harus ditarik ke permukaan untuk mengurangi beban saat kembali ke atas," ujarnya.

Meski begitu, tim juga mendapatkan fenomena unik dari eksplorasi di cenote itu dari salah satu gua karst. Ternyata ditemukan lapisan hidrogen sulfida H2S yang sangat tebal, melebihi yang biasanya ditemukan sekitar 2 meter.

"Di kedalaman sekitar 20 meter, lapisan H2S ini berinteraksi dengan oksigen yang ada di dalam air, membentuk asam sulfat yang sangat korosif," ujar Juswono.

Menariknya meski bersifat korosif, ada beberapa spesies udang yang berenang di atasnya. Fenomena ini cukup mengejutkan para peneliti, sebab H2S dikenal sepi dari kehidupan, berbeda dengan yang ditemukan di Banggai.

"Udang-udang ini diduga memiliki kemampuan khusus untuk mentolerir H2S, memanfaatkan lingkungan ekstrem ini untuk mencari makanan yang tidak bisa diakses oleh makhluk lain dan ini yang menarik perhatian saya," paparnya.

Diharapkan dengan ekspedisi ini, bisa semakin menggali potensi karst di Indonesia. Kemudian temuan-temuan di lapangan menjadi menjadi landasan bagi penelitian lanjutan dan berkontribusi pada ilmu pengetahuan global.




(ams/apu)

Hide Ads