Goa Braholo di Kalurahan Semugih, Kapanewon Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, menyimpan jejak prasejarah yang cukup penting. Goa ini dipercaya menjadi bukti peradaban tertua di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pantauan detikJogja di lokasi pada Jumat (12/7/2024), Goa Braholo terletak di atas sebuah bukit karst di seberang jalan dekat dengan pemukiman warga. detikers harus melewati puluhan undak dari jalan masuk jika hendak menuju ke goa tersebut.
Setelah menaiki puluhan anak tangga, detikJogja disambut dengan bagian depan Goa Braholo seluas kurang lebih 30 meter dengan tinggi sekitar 15 meter. Pemandangan puluhan stalaktit meruncing ke bawah di dinding atas goa pun terpampang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di permukaan goa tampak setidaknya empat lubang bekas ekskavasi dengan ukuran bervariatif. Tanah di permukaan goa tersebut terasa gembur. Terdapat kotoran kelelawar tercecer di atas tanah.
Goa Braholo tidak begitu dalam, hanya sekitar 20 meter. Dari muka goa pun tampak tembok alami berupa bebatuan karst berwarna putih. Sebagian lainnya sudah dipenuhi lumut sehingga tampak menghitam.
Juru pelihara Goa Braholo, Marsono, mengungkapkan goa itu diteliti sejak 1995. Dia mengatakan masyarakat sekitar sudah mengetahui keberadaan goa tersebut sejak lama dan dulunya sering digunakan untuk bertapa.
"Penelitian pertama (Goa Braholo) di (tahun) 95," jelas Marsono kepada detikJogja saat ditemui di rumahnya seberang Goa Braholo, Jumat (12/7/2024).
Marsono menjelaskan Goa Braholo menjadi tempat persinggahan karena luas dan memiliki sirkulasi udara yang bagus. Selain itu, goa tersebut memiliki penerangan yang mumpuni.
"Dari Balai Pelestari Cagar Budaya menganalisa bisa menjadi tempat tinggal karena Goa Braholo luas, sirkulasi udaranya bagus," katanya.
Proses ekskavasi di Goa Braholo dilakukan hampir setiap tahun hingga pandemi COVID-19 merebak pada tahun 2020 dan masih belum dilanjutkan hingga kini. Saat dilakukan ekskavasi pertama, pada penggalian beberapa meter ditemukan tulang hewan sisa makanan manusia prasejarah.
"Dari beberapa meter ditemukan tulang (hewan) sisa makanan (manusia prasejarah)," sebutnya.
Lebih lanjut, Marsono mengatakan kerangka manusia ditemukan pada penggalian selanjutnya. Sayangnya, Marsono tidak paham betul kerangka manusia yang ditemukan itu dari zaman apa. Dia hanya menjelaskan kerangka yang ditemukan merupakan sisa manusia yang hidup di zaman prasejarah.
"Semacam alat dan semuanya terbuat dari batu dan tulang," sebutnya.
Pada ekskavasi terakhir sebelum pandemi COVDI-19, lanjut Marsono, ditemukan sisa kerang dan tulang makanan manusia prasejarah. Dia mengatakan letak ditemukannya sisa makanan itu terpisah dengan tulang manusia.
"Sisa makanan itu ditemukan di tengah. Kalau tulang manusia ditemukan di pinggir," terangnya.
Disebut Peradaban Tertua di DIY
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Gunungkidul, Andi Riana, menerangkan Goa Braholo merupakan tempat persinggahan manusia masa prasejarah. Dia mengatakan manusia di goa tersebut belum mengenal konsep penguburan. Andi menyebutkan goa Braholo peradaban tertua di DIY.
"Itu memang tertua untuk wilayah se-DIY," katanya.
Lebih lanjut, Andi menerangkan jenis goa yang bisa dihuni secara temporal merupakan tempat yang terbuka seperti Goa Braholo. Goa tersebut merupakan jenis goa yang tidak menjorok ke dalam, hanya di permukaan.
"Kalau di goa-goa bisa dihuni tentunya goanya terbuka di muka," jelasnya.
Adapun alasan lain goa Braholo dijadikan tempat persinggahan karena bisa untuk berlindung. Selain itu Goa Braholo yang terbuka itu dimungkinkan untuk mendapatkan pencahayaan matahari yang cukup.
"Yang utama fungsinya itu untuk berlindung," tuturnya.
Temuan di Goa Braholo berlapis-lapis dari permukaan tanah hingga beberapa kedalaman. Dia mengungkapkan temuan di goa tersebut merupakan sampah atau sisa dari masa prasejarah.
"Temuan itu merupakan sampah atau buangan dari kehidupan masa itu. Jadi berlapis-lapis temuannya dan kebetulan banyak sekali di setiap lapisan tanah," ungkapnya.
Andi menjelaskan temuan spesifik di Goa Braholo adalah jarum dari tulang masa prasejarah. Selain itu ditemukan pula kapak, sudip dan lain sebagainya. Selain dari tulang, dia mengungkapkan alat manusia prasejarah berbahan batu.
Adapun ukuran alat yang ditemukan tidak lebih besar dari telapak tangan manusia dewasa. Andi menerangkan peralatan tersebut tajam. Tujuannya untuk menguliti hewan.
"Peralatan mereka amat sangat sederhana, yang penting tajam bisa untuk menguliti binatang untuk bekal makan mereka," jelasnya.
Andi mengatakan pihak yang pernah meneliti goa Braholo yakni Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) kini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Balai Arkeologi Jogja, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogja. Dia mengatakan Prof Truman Simanjuntak merupakan orang Puslit Arkenas yang mengekskavasi goa Braholo pertama kalinya.
Dilansir dari laman resmi Jogjacagar, Goa Braholo merupakan hunian berusia antara 33 ribu-3 ribu tahun yang lalu di masa Pleistosen hingga Holosen. Tempat tersebut merupakan kelanjutan migrasi manusia prasejarah dari Pacitan, Jawa Timur.
Adapun penghuni goa tersebut merupakan manusia dari ras austromelanosoid. Goa Braholo ditetapkan sebagai situs cagar budaya pada tahun 2012.
Dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) dijelaskan setidaknya ada 7 lapisan tanah yang diekskavasi. Pada lapisan 1-4 merupakan zaman holosen dan lapisan 5-7 merupakan zaman akhir plestosen.
Ditemukan delapan kerangka manusia dengan kondisi bermacam-macam. Diprediksi rangka manusia tersebut berusia 4 ribu-9 ribu tahun yang lalu.
(aku/aku)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas