Pasukan Pangeran Diponegoro pernah terlibat peperangan besar melawan bala tentara Belanda di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pertempuran berjuluk Perang Diponegoro atau Perang Jawa tahun 1825-1830 itu memakan banyak korban jiwa, termasuk para prajurit Diponegoro yang kini disemayamkan di wilayah Kulon Progo.
Salah satu tempat persemayaman prajurit Diponegoro yang gugur dalam Perang Jawa bisa dijumpai di Dusun Ngipikrejo 2, Kalurahan Banjararum, Kalibawang. Dari pusat Kota Jogja, jarak yang ditempuh untuk menuju ke sini berkisar 25 km atau setara 40 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Area permakaman ini nyempil di tengah permukiman warga dan dekat dengan masjid bernama Baiturrohmah. Di depan gerbang masuk makam, terdapat lapangan voli yang biasa digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat Ngipikrejo 2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sekitar area tersebut, kita akan menjumpai plang kayu warna hijau bertuliskan "SITUS MAKAM PRAJURIT P. DIPONEGORO". Untuk kondisi kompleks pemakaman sendiri cukup memprihatinkan. Pagar makam yang terbuat dari susunan batu sudah keropos, bahkan beberapa di antaranya ambruk. Pagar tersebut juga telah berselimut lumut.
Kondisi serupa terlihat pada nisan para prajurit di sana. Nampak nisan yang berjejer memanjang dari timur ke barat itu sudah mulai lapuk termakan usia.
"Kondisine pancen ngoten niki, soale pun dangu kawit kulo dereng lahir (Kondisinya memang kaya begini, soalnya sudah ada lama sejak saya belum lahir)," ucap Tukijem (77) saat ditemui detikJogja, di sekitar makam prajurit Diponegoro, Kamis (17/7/2025).
Tukijem merupakan warga asli Ngipikrejo 2. Rumahnya hanya berjarak kurang dari 10 meter dari kompleks pemakaman tersebut. Bahkan area pekarangannya menjadi akses masuk menuju ke makam ini.
Tukijem mengatakan makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir para prajurit Perang Jawa, berdasarkan cerita yang dia peroleh dari orang tuanya dulu. Para prajurit itu diketahui merupakan pendukung Pangeran Diponegoro yang ikut angkat senjata saat pecahnya Perang Jawa.
"Ceritane saking bapak Ibu kulo riyin nggeh ngoten. Wonten perang Diponegoro wonten daerah mriki, akhire sek seda dimakamke wonten makam niki (Cerita dari bapak ibu saya dulu begitu. Ada perang Diponegoro di sini, akhirnya yang meninggal dimakamkan di makam ini)," ucapnya.
Tukijem mengatakan ada sekitar 40-an prajurit yang dimakamkan di area ini. Selain di Ngipikrejo 2, ada pula prajurit yang dimakamkan di tempat lain yang tersebar di Kapanewon Kalibawang, Nanggulan dan Samigaluh. Jumlah totalnya bisa mencapai ratusan.
"Nek sek wonten mriki kirang luwih 40-an. Tapi wonten ugi sek ten njawi, ten daerah lain. Menawi ditotal njih onten niku nek satusan luwih (Kalau yang di sini kurang lebih 30 an. Tapi ada juga yang di luar, di daerah lain. Jika ditotal ya ada itu seratusan lebih)," ujarnya.
Tokoh masyarakat yang juga Mantan Dukuh Ngipikrejo 2, Ngatirin, mengatakan makam prajurit Diponegoro sudah pernah dirombak pada tahun 1982. Menurutnya wujud awal makam tersebut berbeda dengan yang terlihat saat ini.
"Iya mas, jadi dulu awalnya nggak kayak begini. Dulu itu makamnya pencar-pencar atau enggak tertata. Nah saat saya awal jabat dukuh sekitar tahun 1982 atau 1983 kemudian dilakukan perombakan dan penataan ulang biar lebih rapi termasuk membangun pagar benteng di sekeliling makam. Tapi karena faktor usia dan sempat kena gempa, kondisinya jadi kayak begini," terangnya.
Ngatirin mengungkapkan, dalam proses perombakan tersebut ditemukan sekitar 60-an tengkorak prajurit Diponegoro. Namun karena banyak tengkorak yang kondisinya sudah rusak dan tidak utuh, beberapa di antaranya digabung dalam satu liang, sehingga total makam di sana sekarang berjumlah 47.
"Jadi yang ditemukan saat itu ada 60-an tengkorak. Nah setelah dilakukan perombakan, yang dibuatkan nisan di sini ada 47 jasad," ucapnya.
Ngatirin mengatakan mayoritas prajurit yang dimakamkan di sini tidak diketahui identitasnya. Warga sendiri hanya mengenal 4 nama yang paling kesohor, yaitu Kyai Bulkiyo, Kyai Samparwadi, Kyai Samparwangke, Raden Mas Atmojo. Keempat sosok ini dikenal sebagai pemimpin prajurit Diponegoro.
"Karena saking banyaknya, jadi nggak semuanya diketahui. Cuma warga tahunya hanya empat nama, yang merupakan ketua batalyon. Yang paling sepuh ada Kyai Bulkiyo, kedua ada Kyai Samparwadi, kemudian ada Kyai Samparwangke dan terakhir Raden Mas Atmojo," terangnya.
Cerita selengkapnya baca halaman berikutnya
Ngipikrejo 2 Menjadi Markas Prajurit Diponegoro
Ngatirin mengatakan keberadaan makam prajurit Diponegoro di Ngipikrejo 2 erat kaitannya dengan Perang Jawa yang berlangsung di sejumlah wilayah di Kulon Progo pada medio 1825-1830. Bahkan Ngipikrejo 2 sempat dijadikan markas prajurit, termasuk gudang persenjataan. Hal ini dia ketahui berdasarkan cerita dari leluhurnya.
"Cerita ini saya dapat dari mbah-mbah saya dulu, jadi dulu ceritanya pas Pangeran Diponegoro musuh Belanda, prajuritnya ngungsi dan sampai di wilayah Ngipikrejo. Mereka menetap sementara di barat masjid Baiturrohmah yang sekarang dijadikan sekolahan. Dulu di situ kan ada rumah milik Mbah Jodrono. Rumah tersebut dijadikan penginapan selama kurang lebih 8 bulan," ucapnya.
"Di situ juga dijadikan gudang persenjataan pasukan Pangeran Diponegoro. Termasuk di situ dulu jadi tempat parkir kuda dari para prajurit. Selain nginep tempat Mbah Jodrono, para prajurit juga memanfaatkan kediaman dukuh lawas yang terletak di utara masjid jadi tempat singgah dan biasanya buat wudhu untuk ibadah salat," imbuh Ngatirin.
Selain sebagai markas perang, Ngipikrejo 2, lanjut Ngatirin, juga jadi lokasi peristirahatan bagi prajurit yang terluka atau gugur di medan perang. Oleh sebab itu, prajurit yang wafat akhirnya disemayamkan di dusun ini.
"Nah yang dimakamkan di situ, tidak dalam waktu bersamaan. Namun selama 8 bulan mereka mengungsi di sana, yang meninggal itu tidak hanya yang pas tinggal di Ngipik. Ada yang meninggal saat perang di wilayah Kokap, terus dimakamkan di Ngipik. Dan prajurit yang gugur di daerah-daerah lain juga dikuburkan di Ngipik," ujarnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi