Pada 200 tahun silam, tepatnya pada 20 Juli 1825, telah terjadi peristiwa yang begitu besar dalam sejarah Indonesia demi memperoleh kemerdekaan dari para penjajah. Peristiwa yang dimaksud adalah Perang Jawa yang melibatkan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda. Sebagai cara mengenang 200 tahun perlawanan Pangeran Diponegoro, berikut akan diuraikan kisah Perang Jawa yang pernah terjadi di Indonesia.
Dijelaskan dalam buku 'Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa ke Masa' oleh Grasindo, nama Pangeran Diponegoro termasuk sebagai pahlawan nasional yang berperan besar terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, terutama agar terbebas dari penjajah. Nama asli dari Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo yang merupakan anak dari Sultan Hamengkubuwono III yang pernah menjabat sebagai Raja Mataram di Yogyakarta.
Pangeran Diponegoro diketahui lahir pada tanggal 11 November 1785 dan tumbuh di tengah-tengah keluarga bangsawan. Meskipun lahir dengan darah bangsawan, Pangeran Diponegoro justru dekat dengan rakyat. Dirinya bahkan menaruh perhatian terhadap apa yang dirasakan oleh rakyatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Pangeran Diponegoro juga memperhatikan sikap pemerintah Belanda. Salah satunya berkaitan dengan tindakan Belanda yang tidak dapat ditolerir lagi. Inilah yang membuat Perang Jawa mencetus.
Selama Perang Jawa berlangsung, ada begitu banyak hal terjadi. Tidak hanya pada Pangeran Diponegoro, tapi juga rakyat dan orang-orang kepercayaan yang bergabung dalam pasukannya melawan penjajah.
Hal inilah yang membuat peristiwa Perang Jawa tidak bisa terlepas dari perjalanan rakyat Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan, baik dahulu hingga saat ini. Pada tahun 2025 ini, Perang Jawa telah terlewati 200 tahun lamanya. Untuk itu, tidak ada salahnya bagi bangsa Indonesia agar dapat mengenang peristiwa bersejarah tersebut.
Salah satu caranya dengan mengenal lebih dekat Perang Jawa. Simak ulasan penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Perang Jawa?
Untuk diketahui, Perang Jawa adalah sebutan lain dari Perang Diponegoro. Seperti namanya, Perang Jawa melibatkan rakyat Jawa yang berada di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Seperti dijelaskan dalam buku 'Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII' karya H Abu Achmadi dan Sungarso, Perang Jawa adalah perang rakyat Jawa bersama Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda.
Perang ini berlangsung selama 5 tahun mulai dari 1825-1830 silam. Setidaknya ada ribuan pasukan, baik dari kubu Diponegoro maupun Belanda, yang ikut serta dalam perang ini. Bahkan Perang Jawa termasuk salah satu perang terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Adapun pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal de Kock.
Sementara itu, menurut buku 'Ensiklopedia Pahlawan Nasional: Jawa Seri III' karya Ilham Aziz, Perang Jawa atau Perang Diponegoro merupakan perang yang dipicu oleh adanya tindakan dari pemerintah kolonial belanda pada saat itu. Terutama tindakan sepihak yang dilakukan oleh mereka di Desa Tegalrejo yang merupakan area leluhur Pangeran Diponegoro.
Kemudian, Perang Jawa juga dikenal sebagai perang terbuka karena mengerahkan berbagai jenis pasukan. Bahkan, tidak hanya melibatkan rakyat setempat saja, perang ini juga diikuti oleh pasukan yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Jawa. Inilah yang membuat Perang Jawa dianggap sebagai salah satu perlawanan sengit yang mengumpulkan kekuatan rakyat Jawa pada saat itu.
Tak hanya harus melakukan perlawanan terhadap Belanda, pasukan Diponegoro saat itu juga harus menghadapi berbagai siasat yang dilakukan oleh pihak lawan. Mengingat pihak Belanda memiliki strategi dan persenjataan yang bisa dibilang lebih canggih. Bahkan, Belanda secara bertahap mengerahkan pasukannya dan strategi yang tak kalah sengit untuk melawan pasukan Diponegoro.
Di bawah pimpinan Jenderal De Kock, perlawanan Belanda terhadap pasukan Pangeran Diponegoro berjalan cukup alot. Bahkan, kedua belah pihak berhasil memukul mundur satu sama lain dalam kurun waktu terjadinya perang. Inilah yang membuat Perang Jawa menjadi salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi di Nusantara.
Sejarah Perang Jawa Tahun 1825-1830
Lantas, apa yang membuat Perang Jawa bisa terjadi? Ada berbagai versi yang menjelaskan penyebab di balik Perang Jawa pecah. Masih mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII', terdapat beberapa penyebab umum yang selama ini dikenal menjadi pemicu terjadinya Perang Jawa.
Penyebab umum tersebut berkaitan erat dengan keinginan rakyat Jawa untuk terlepas dari penindasan yang dilakukan oleh penjajah dan juga kekecewaan kalangan atas terhadap tindakan Belanda secara sepihak. Adapun beberapa penyebab umum Perang Jawa di tahun 1825-1830 adalah sebagai berikut:
- Belanda ikut campur dalam urusan internal kesultanan, misalnya saja pengangkatan raja dan juga patih.
- Belanda memicu rasa kecewa di kalangan ulama karena budaya yang mereka berikan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
- Belanda memicu rasa kecewa bangsawan karena mereka tidak mau mengikuti adat istiadat yang telah ditetapkan oleh keraton.
- Rakyat ingin menyudahi penderitaan atas kerja paksa hingga kewajiban membayar berbagai pajak yang menyulitkan.
- Daerah kekuasaan Mataram yang semakin sempit, sehingga raja maupun rakyat pribumi kehilangan kedaulatannya.
Tidak hanya terdapat penyebab umum, ada juga penyebab khusus yang melatarbelakangi terjadinya Perang Jawa. Penyebab yang dimaksud adalah tindakan Belanda yang dinilai tidak bisa ditolerir oleh Pangeran Diponegoro.
Hal tersebut dikarenakan Belanda memasang patok untuk pembangunan jalan yang melewati makam tanah leluhur sang pangeran di Tegalrejo. Terlebih lagi Belanda melakukannya tanpa izin.
Lebih lanjut, dijelaskan dalam buku 'Konflik dan Taktik Perang Jawa 1825-1830 Menelusuri Jejak Jihad dan Pengorbanan Pangeran Diponegoro' karya Muhammad Muhibbuddin, tindakan Belanda dalam memasang patok ternyata menyulitkan Pangeran Diponegoro sekaligus rakyat setempat untuk melaluinya. Dijelaskan jalan-jalan yang dipasangi patok oleh pihak Belanda membuat orang-orang di pemukiman tersebut cukup kerepotan saat melewatinya.
Sayangnya, Patih Danuredjo yang bekerja untuk Belanda sebagai eksekutor lapangan atas proyek perbaikan jalan tersebut tidak memberi tahu Pangeran Diponegoro terlebih dahulu. Pangeran Diponegoro baru mengetahui setelah patok terpasang begitu saja.
Situasi tersebut memicu perselisihan tersendiri di antara para pekerja maupun masyarakat setempat. Akibatnya patok tersebut dicabut oleh pendukung Pangeran Diponegoro. Tak tinggal diam, pekerja Belanda kembali memasang patok-patok tadi ke tempat semula. Tindakan inilah yang menjadi salah satu faktor konflik yang cukup genting, sehingga memicu terjadinya perang.
Timeline Perang Jawa dari 1825-1830
Untuk memudahkan detikers dalam memahami Perang Jawa secara lebih jelas, terdapat timeline yang akan dijelaskan di bawah ini. Dihimpun dari buku 'Konflik dan Taktik Perang Jawa 1825-1830 Menelusuri Jejak Jihad dan Pengorbanan Pangeran Diponegoro', 'Sejarah 2' karya Drs Sardiman, AM, MPd, hingga 'Perang Diponegoro' oleh F Ruspandi, berikut timeline Perang Jawa dari tahun 1825-1830.
1825-1826
Perang Jawa mulai mencetus sejak bulan Juli 1825 silam. Pada saat itu, Pangeran Diponegoro beserta pendukungnya memutuskan untuk menggabungkan kekuatannya dalam melawan pihak Belanda. Pasukan tersebut berkumpul di Tegalrejo pada waktu tersebut. Tak hanya pihak Diponegoro yang mulai menyusun siasat perang, bahkan Belanda juga turut memikirkan strategi yang harus diambil.
Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh pihak Belanda adalah dengan membuat daftar rinci tentang tempat-tempat yang menjadi pusat pendukung Diponegoro. Meskipun tengah berada dalam situasi genting, pihak pejabat Belanda dan juga pasukan Perang Jawa sebenarnya telah memprakarsai terbukanya perundingan dengan pihak Diponegoro. Sayangnya, hal tersebut hanyalah sebuah kesia-siaan semata.
Pasukan Diponegoro menyatakan kesetiaannya kepada Pangeran Diponegoro. Mereka mengawali perlawanan dimulai dari Tegalrejo. Kemudian pertahanan dipusatkan di Bukit Selarong. Tak hanya bersama dengan rakyatnya, Pangeran Diponegoro juga turut didukung oleh sejumlah orang kepercayaan. Selama waktu ini pasukan Diponegoro mendapatkan beberapa kali kemenangan dengan menguasai sejumlah wilayah yang sebelumnya sebagai pertahanan Belanda.
1827-1828
Berlanjut di tahun 1827, pihak Belanda tidak tinggal diam atas perlawanan pasukan Diponegoro. Mereka melakukan berbagai taktik yang bertujuan agar dapat memukul mundur pasukan Diponegoro. Dua di antaranya adalah dengan mengirimkan komandan pasukan ke daerah-daerah pertempuran tanpa henti dan menerapkan sistem benteng stelsel.
Benteng stelsel adalah strategi yang dilakukan oleh Belanda dengan membangun benteng di setiap daerah yang diduduki oleh Belanda. Tak hanya sekadar membangun benteng saja, Belanda juga mengirimkan pasukannya agar menjaga benteng tersebut.
Dengan adanya benteng-benteng ini pergerakan pasukan Diponegoro semakin sempit. Bahkan, di tahun 1827 perlawanan Diponegoro berhasil dipukul mundur. Sejumlah pemimpin pasukan Diponegoro juga berhasil ditangkap.
Satu di antaranya adalah Raden Tumenggung Ario Sosrodilogo yang sebelumnya memimpin perlawanan di Rembang pada Maret 1828. Tak hanya berhenti sampai di situ saja, Belanda kembali membuat taktik yang kini menyasar orang-orang kepercayaan Diponegoro. Salah satunya adalah Sentot Ali.
1829
Pada tahun 1829 pihak Belanda mencoba untuk meminta bantuan dari Ario Prawirodiningrat yang merupakan kerabat Sentot. Bantuan tersebut dilakukan guna mengajak Sentot untuk menandatangani Perjanjian Imogiri. Padahal Sentot merupakan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro sekaligus saudara iparnya yang selama ini memberikan dukungan.
Tak hanya itu saja, di tahun yang sama, Pangeran Diponegoro juga sempat mengalami perselisihan dengan Kyai Mojo. Ini dikarenakan salah satu orang kepercayaan Diponegoro itu terus mendesaknya melakukan perundingan dengan Belanda. Sayangnya, Diponegoro memilih untuk tidak melakukannya karena alasan tertentu.
Di tahun yang sama, tanda-tanda kekalahan pihak Diponegoro semakin tampak. Tak hanya kehilangan para panglima perangnya yang gugur maupun tertangkap, Pangeran Diponegoro juga menerima firasat perjuangannya tersebut akan berakhir dengan kekalahan.
1830
Pada tahun 1830 yang sekaligus menandai berakhirnya Perang Jawa, pihak Belanda mulai memikirkan kemungkinan mengakhiri perang tersebut dengan perdamaian. Terlebih lagi keuangan Belanda semakin menipis untuk membiayai peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun lamanya.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Belanda adalah dengan mengajak Pangeran Diponegoro berunding. Bersama Letnan Gubernur Jenderal HM De Kock, Pangeran Diponegoro diajak untuk berunding di Magelang pada tanggal 28 Maret 1830.
Ajakan tersebut diterima oleh Pangeran Diponegoro. Sayangnya, perundingan tersebut hanyalah siasat pihak Belanda melawan Pangeran Diponegoro. Akhirnya Pangeran Diponegoro diasingkan di dalam Benteng Rotterdam di Makassar. Pangeran Diponegoro berada di pengasingan bertahun-tahun lamanya. Hingga di tanggal 8 Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat.
Demikian tadi gambaran mengenai Perang Jawa yang mana menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah panjang bangsa Indonesia. Semoga informasi ini menambah wawasan baru bagi detikers, ya.
(par/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang