Pahlawan nasional yang tersohor dengan pertempuran besar melawan Belanda, Pangeran Diponegoro, menghabiskan masa kecilnya di sebuah kompleks Dalem atau rumah di Tegalrejo, Kota Jogja. Kini kompleks bangunan itu Museum Monumen Pangeran Diponegoro.
Dilansir dari laman Jogjakota.go.id, Bendara Pangeran Harya Diponegoro memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo. Ia merupakan putra dari raja Jogja kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan selirnya RA Mangkarawati yang lahir pada 11 November 1785.
Diponegoro kecil diasuh oleh nenek buyutnya Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hageng. Sejak usia 7 tahun, ia sudah tinggal di kompleks ndalem Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono I itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pangeran Diponegoro tinggal di sini mulai usia 7 tahun," kata Kepala Museum Monumen Pangeran Diponegoro, Letda Inf Wargo Suyanto, saat ditemui detikJogja di Museum Diponegoro, Rabu (16/7/2025).
"Jadi begitu Sultan HB I wafat pada 1792, akhirnya Pangeran Diponegoro dibawa oleh nenek buyutnya yaitu Permaisuri Sultan HB 1, Ratu Hageng ke Tegalrejo sini," jelasnya.
Wargo mengatakan, meski sang nenek buyut wafat saat usianya menginjak 18 tahun, Diponegoro tetap tinggal di tempat itu hingga pecahnya perang Jawa atau perang Diponegoro 20 Juli 1825 atau dua abad lalu.
|
"Situasi pada waktu itu kan Tegalrejo ini dikepung tentara Belanda, akhirnya beliau kewalahan. Akhirnya beliau memutuskan untuk melarikan diri dengan menjebol tembok yang ada di belakang," papar Wargo.
"Mungkin 700-an tentara Belanda, makanya beliau kewalahan. Karena dikepung dari arah timur, utara, selatan, akhirnya jalan satu-satunya lewat belakang, pintu barat," imbuhnya.
Momen pelarian diri sang Pangeran itu lah yang hingga kini masih ada peninggalannya, yakni tembok sisi barat rumah yang dijebol Diponegoro untuk lolos dari kepungan Belanda.
Wargo menjelaskan, dulu Diponegoro tinggal di sebuah pendopo yang kelak dibumihanguskan oleh Belanda usai Diponegoro berhasil lari. Pendopo itu berada tepat di samping tembok yang dijebol.
"Tembok jebol itu berada di belakang pendopo, sebelah timurnya tembok itu. Pendopo itu yang ditinggali Pangeran Diponegoro. Pendoponya bukan yang ini, yang di belakang sana dulunya, yang asli sudah dibumihanguskan Belanda," urainya.
Alih Fungsi Menjadi Museum
Bangunan bersejarah itu, kini beralih fungsi menjadi museum dengan nama lengkap Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama. Wargo bilang, pengalihfungsian tempat itu telah disepakati oleh keluarga trah Pangeran Diponegoro.
Ide pembangunan museum ini diprakarsai oleh Mayjen TNI Surono. Hingga pada tanggal 9 Agustus 1969 Museum Diponegoro ini diresmikan oleh Presiden Soeharto.
"Ada kesepakatan dihibahkan agar supaya dirawat, kemudian oleh Pangdam waktu itu Mayjen Surono akhirnya didirikan pendopo dan museum pada tahun 1968. Sampai akhirnya 1969 selesai, disempurnakan lagi sampai 1971," jelas Wargo.
Di dalam kompleks museum, ada pendopo yang didirikan menggantikan pendopo asli yang dibakar pasukan Belanda. Selain itu ada bangunan museum yang menyimpan 413 koleksi yang berkaitan langsung dengan Diponegoro. Mayoritas koleksinya yakni senjata seperti keris dan tombak.
"Itu asli semua, walaupun bukan pegangan Pangeran Diponegoro tapi milik laskarnya Pangeran Diponegoro semuanya," ungkap Wargo.
"Kalau di pendopo isinya ada relief, kemudian foto, paling belakang ada Tembok Jebol, itu masih bagian koleksi Museum," sambungnya.
Wargo menjelaskan museum yang tidak menarik retribusi alias gratis ini, menjadi sarana pendidikan nonformal. Untuk itu, mayoritas pengunjungnya adalah siswa-siswi sekolah.
"Tingkat kunjungan di tahun 2025 ini alhamdulillah meningkat, mungkin ada sekitar seribu lebih. Mulai 2023, 2024, 2025 grafiknya naik. Pas libur sekolah kemarin lumayan banget," ujarnya.
Museum ini buka Senin hingga Jumat, pukul 9.00 hingga 15.00 WIB. Meski begitu, Museum bisa menerima rombongan wisatawan di akhir pekan dengan melakukan reservasi melalui nomor 082223242398.
"Wisatawan luar negeri juga banyak yang ke sini, Belanda, Turki, banyak sekali. Terutama Belanda, yang punya hubungan emosional," pungkas Wargo.
(afn/apu)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang