Sosok Sentot Ali, Panglima Perang Jawa Kepercayaan Diponegoro

Sosok Sentot Ali, Panglima Perang Jawa Kepercayaan Diponegoro

Anindya Milagsita - detikJogja
Minggu, 20 Jul 2025 12:00 WIB
Ilustrasi perang jawa
Ilustrasi perang Jawa. Foto: Anonymous/Wikimedia Commons/CC BY 4.0
Jogja -

Selama terjadi Perang Jawa yang berlangsung di tahun 1825-1830 terdapat berbagai sosok yang berperan besar dan terlibat dalam peristiwa bersejarah tersebut. Satu di antaranya adalah Sentot Ali yang merupakan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro. Lantas, siapa itu Sentot Ali?

Sebelum mengenal secara lebih dekat dengan sosok bernama Sentot Ali, mari memahami terlebih dahulu terkait apa yang sebenarnya terjadi pada Perang Jawa. Dikutip dari buku 'Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII' karya H Abu Achmadi dan Sungarso, Perang Jawa juga dikenal sebagai istilah Perang Diponegoro. Melalui perang ini rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro bersatu dalam melawan penjajah, yaitu pemerintah kolonial Belanda.

Terdapat berbagai penyebab yang membuat Perang Jawa meletus, baik itu yang berasal dari keinginan untuk mengakhiri penderitaan rakyat maupun sikap Belanda yang dinilai terlalu campur tangan. Kemudian terdapat salah satu penyebab khusus yang turut menjadi alasan di balik terjadinya Perang Jawa ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab yang dimaksud adalah dikarenakan adanya pemasangan patok untuk pembangunan jalan yang dilakukan oleh pihak Belanda secara sepihak. Terlebih lagi pemasangan patok tersebut dilakukan tanpa izin dan melewati makam tanah leluhur Pangeran Diponegoro.

Inilah yang membuat Perang Diponegoro terjadi, sehingga Pangeran Diponegoro beserta rakyat pada saat tersebut berusaha melawan pasukan Belanda. Salah satu sosok yang turut berperan dalam usaha tersebut adalah Sentot Ali. Bukan orang sembarangan, Sentot Ali termasuk sosok yang dipercaya oleh Pangeran Diponegoro.

ADVERTISEMENT

Untuk mengenal sosoknya secara lebih dekat, terdapat ringkasan biografi Sentot Ali lengkap dengan kisahnya yang akan diuraikan dalam artikel ini. Mari simak baik-baik penjelasannya berikut ini.

Siapa Itu Sentot Ali?

Sentot Ali atau dikenal juga sebagai Sentot Ali Basyah Prawirodirjo merupakan seorang panglima muda sekaligus 'tangan kanan' Pangeran Diponegoro. Dirinya adalah satu dari segelintir orang yang begitu dipercaya oleh Pangeran Diponegoro agar bergabung dalam pasukannya untuk melawan Belanda.

Mengacu dari buku 'Sejarah Ringkas Perang Jawa: Kisah Kepahlawanan Pangeran Diponegoro' karya Adora Kirana, Sentot Ali memiliki nama yang cukup beragam. Ada yang mengenalnya sebagai Sentot Ali, Sentot Prawirodirdjo, Sentot Ali Pasha, hingga Sentot Ali Basya Abdullah Mustafa Prawirodirdjo. Sosoknya memiliki garis keturunan yang sama dengan Pangeran Diponegoro.

Disampaikan Sentot Ali mempunyai buyut yang sama dengan Pangeran Diponegoro, yaitu Sultan Hamengkubuwono I. Tak hanya sebatas satu garis keturunan saja, Sentot Ali juga merupakan ipar dari Pangeran Diponegoro. Istri Pangeran Diponegoro adalah Raden Ayu Maduretno yang tidak lain adalah saudara tiri Sentot Ali.

Kemudian Sentot Ali adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo yang termasuk dalam daftar orang yang berperan besar dalam melawan penjajah. Ronggo Prawirodirjo merupakan pejuang yang melawan Belanda hingga kehilangan nyawanya selama usaha tersebut dilakukan.

Setelah kakak tirinya menikah dengan Pangeran Diponegoro, Sentot Ali ikut tinggal dengan keluarga sang pangeran. Tepatnya di wilayah Tegalrejo pada sekitar bulan September 1814 silam. Sentot Ali diperkirakan sudah ikut dengan Pangeran Diponegoro sejak usia yang masih belia.

Alih-alih dikenal sebagai bocah yang menekuni ilmu sebagai santri di pesantren, Sentot Ali justru tumbuh dengan kepribadian yang cukup unik. Dirinya lebih tertarik dengan latihan menunggang kuda. Hal inilah yang membuat Sentot Ali sudah menunjukkan bakatnya sebagai sosok yang terampil dalam berperang.

Arti di Balik Nama Sentot Ali

Siapa sangka kalau ternyata nama Sentot Ali merupakan nama samaran yang digunakan selama berperang. Masih mengutip dari buku yang sama, nama Sentot diambil karena mewakili kemampuannya selama ini. Sentot memiliki arti 'terbang' atau 'melesat'.

Nama tersebut digunakan sebagai nama samaran saat berperang. Ini dilakukan guna menunjukkan karakter perilaku orangnya, yaitu mudah meloloskan diri, melarikan diri, hingga 'terbang'.

Tidak hanya nama Sentot, julukan Ali Basya atau Ali Basyah rupanya juga memiliki latar belakang tersendiri. Julukan tersebut diberikan oleh Pangeran Diponegoro untuk menggambarkan pangkat panglima komandan. Julukan tersebut terinspirasi dari unit militer Dinasti Usmaniyah yang berasal dari Turki.

Atas keberaniannya saat berusia 17 tahun, maka Pangeran Diponegoro memberikan julukan Sentot sebagai Ali Basyah. Menariknya, di usia yang sama Sentot Ali sudah dipercaya oleh sang pangeran untuk bergabung ke dalam pasukannya.

Kisah Sentot Ali sebagai Panglima Saat Perang Jawa

Lantas, seperti apa kisah Sentot Ali yang membantu Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa terjadi? Kisah Sentot Ali tak terlepas dari sejarah terjadinya Perang Jawa atau Perang Diponegoro ini. Seperti dijelaskan dalam buku 'Sejarah 2' karya Drs Sardiman AM, MPd, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda dan konflik yang memicu para petinggi wilayah Mataram, membuat perlawanan mulai dilakukan. Tepatnya dimulai pada tanggal 20 Juli 1825 yang mana rakyat sudah berkumpul di wilayah Tegalrejo.

Mereka semua menyatakan kesetiaannya kepada Pangeran Diponegoro dan bertekad untuk melawan penjajah. Tak hanya melibatkan pasukan yang berasal dari rakyat, Pangeran Diponegoro juga didukung oleh orang-orang kepercayaannya.

Sosok-sosok tersebut tidak lain adalah Pangeran Mangkubumi yang merupakan paman Pangeran DIponegoro, Sentot Ali, dan Kyai Mojo yang turut serta membawa murid-muridnya. Bahkan Nyi Ageng Serang bersama cucunya, yaitu RM Papak, juga ikut bergabung dalam pasukan Pangeran Diponegoro.

Bertahun-tahun berlangsung perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro terhadap Belanda. Melalui proses inilah yang membuat Belanda berusaha menerapkan strategi tertentu agar dapat membuat pasukan Pangeran Diponegoro mundur. Salah satu strategi yang dilakukan melalui benteng stelsel.

Singkatnya benteng stelsel adalah strategi yang dilakukan oleh Belanda dengan membangun benteng di setiap daerah yang dikuasai oleh mereka. Dengan adanya benteng stelsel yang dijaga oleh pasukan Belanda, maka pergerakan pasukan Diponegoro jadi lebih terbatas.

Strategi tersebut membuat perlawanan pasukan Diponegoro cukup kesulitan. Bahkan di tahun 1827, beberapa kali pasukan Diponegoro berhasil dipukul mundur oleh pihak Belanda. Tepat setahun setelahnya, Sentot Ali berusaha menggunakan taktik untuk melawan pasukan Belanda dari dalam.

Mengutip dari buku 'Pergolakan Tanam Paksa Dan Berdirinya Purwakarta Benang Merah Historiografi Purwakarta Periode Karawang 1830-1832' karya By Naurid Muhammad Rifai Ilyasa, di tahun 1829 Sentot Ali menyatakan diri untuk menyerah terhadap pasukan Belanda.

Dirinya sontak dipercaya untuk memimpin pasukan tentara Belanda di Batavia. Kepemimpinan Sentot Ali ini berhasil mengatasi kerusuhan yang terjadi di sana. Bahkan kehadiran Sentot Ali dianggap mampu membantu tentara kolonial Belanda dalam melawan pemberontakan yang terjadi selama pasukan mereka berada di Batavia.

Sebagai panglima perang yang sebelumnya ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro, kelihaian taktik Sentot Ali mampu membantu pasukan Diponegoro berhasil menumpas ribuan pasukan Belanda. Bahkan Sentot Ali juga dikenal sebagai panglima muda yang ahli dalam menyusun taktik perang gerilya bersama Pangeran Diponegoro.

Inilah yang membuat Belanda menawarkan Sentot Ali agar bersekutu dengan mereka. Meskipun dianggap berkomplot dengan Belanda, tapi ternyata Sentot Ali melakukannya bukan tanpa alasan. Dirinya menerima tawaran Belanda agar memiliki kesempatan untuk menguasai persenjataan pasukan Belanda.

Meskipun begitu, beberapa tahun setelahnya Sentot Ali kembali terlibat persekutuannya bersama Belanda. Dijelaskan dalam buku 'Sejarah' karya Dra Prawoto, MPd, di tahun 1830 saat Perang Jawa berakhir, Belanda melakukan serangan kepada kaum Padri. Hal ini diakibatkan karena kaum Padri melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan pihak Belanda.

Adapun salah satu strategi Belanda memenangi Perang Padri adalah mengajak serta Sentot Ali bersama dengan prajuritnya. Namun, Sentot Ali justru terlibat dalam persekongkolan dengan kaum Padri.

Inilah yang membuat Sentot Ali ditarik kembali ke Batavia. Kemudian Indiana Malia dalam bukunya 'Sejarah Ringkas Perang Padri: Kisah Kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol' menjelaskan Sentot Ali dinilai melakukan pembalasan terhadap Belanda.

Oleh sebab itulah, dirinya ditarik ke Batavia dan ditetapkan sebagai tawanan perang. Hal ini membuat Sentot Ali diasingkan ke Bengkulu. Sentot Ali berada di pengasingan hingga akhir hidupnya.

Demikian tadi ringkasan mengenai Sentot Ali yang dikenal sebagai orang kepercayaan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa. Semoga informasi ini mampu menambah wawasan baru bagi detikers, ya.




(par/ahr)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads