Bale Kambang Pesanggrahan Ambarrukmo, Dulu Tempat Meditasi Sultan HB VII

Bale Kambang Pesanggrahan Ambarrukmo, Dulu Tempat Meditasi Sultan HB VII

Mahendra Lavidavayastama, Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Rabu, 11 Okt 2023 17:01 WIB
Bale kambang ini dulunya digunakan sebagai tempat istirahat dan semedi Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kini bale kambang dikelola Hotel Royal Ambarrukmo sebagai tempat menjamu tamu, pendopo activities dan Ladosan Dhahar. Foto diambil Selasa (10/10/2023).
Bale Kambang Pesanggrahan Ambarrukmo (Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Sleman -

Pesanggrahan Ambarrukmo merupakan kompleks cagar budaya yang dulu berfungsi sebagai rumah peristirahatan Sultan Hamengku Buwono (HB) VII. Terletak di antara Royal Ambarrukmo dan Ambarrukmo Plaza, pesanggrahan ini memiliki banyak bangunan terpisah. Salah satunya adalah bale kambang yang berada di belakang Dalem Ageng.

Asal Usul Nama Bale Kambang

Bale kambang berbentuk seperti gazebo dengan delapan sisi dan dikelilingi oleh kolam air. Hal inilah yang menjadi dasar penamaan bale kambang yang artinya rumah mengambang karena berada di tengah air.

Tempat Ibadah dan Meditasi Sultan HB VII

Menurut abdi dalem yang ditugaskan menjaga Kedaton Ambarrukmo, Ambar Bakhtiar, bale kambang digunakan Sultan Hamengku Buwono VII untuk beribadah dan bermeditasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bale kambang itu tempat untuk beliau meditasi sama untuk ibadah. Karena di atas itu ada simbol atau hasta brata, delapan penjuru arah mata angin. Sama di atasnya ada simbol kayak di masjid-masjid Demak, Kudus, Kotagede, sama di Masjid Keraton itu ada lambangnya. Itu juga jadi alesan kenapa kalau naik harus lepas alas kaki," kata Ambar kepada detikJogja di Dalem Ageng, Selasa (10/10/2023).

Arsitektur bale kambang ini merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan Jawa. General Manager Royal Ambarrukmo, Herman Courbois mengatakan bale kambang yang ada di pesanggrahan tersebut menjadi inspirasi dari bangunan yang ada di pintu masuk Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

ADVERTISEMENT

"Arsitekturnya Eropa yang bawah, tapi yang atas itu Jawa. Jadi ada perpaduan antara Jawa dengan Eropa. Nah sekarang kita juga buat di Bandara YIA. Pas kita masuk ke bandara Jogja memang mereka ambil duplikat bale kambang dari sini. Pas pintu masuknya, ada dua bale kambang di kiri kanan," jelas Herman.

Bale kambang ini dulunya digunakan sebagai tempat istirahat dan semedi Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kini bale kambang dikelola Hotel Royal Ambarrukmo sebagai tempat menjamu tamu, pendopo activities dan Ladosan Dhahar. Foto diambil Selasa (10/10/2023).Bale kambang ini dulunya digunakan sebagai tempat istirahat dan semedi Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kini bale kambang dikelola Hotel Royal Ambarrukmo sebagai tempat menjamu tamu, pendopo activities dan Ladosan Dhahar. Foto diambil Selasa (10/10/2023). Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja

Ladosan Dhahar di Bale Kambang

Saat ini, bale kambang di Pesanggrahan Ambarrukmo digunakan untuk beragam kegiatan yang bertujuan melestarikan budaya Jawa, khususnya Jogja. Kegiatan yang digelar di bale kambang termasuk dalam program hotel pendopo activities yang bisa diikuti oleh para tamu Hotel Royal Ambarrukmo. Salah satu acara yang dilaksanakan adalah tradisi Ladosan Dhahar yang digelar di lantai atas bale kambang.

"Sekarang kita punya pendopo activities yang kita sebutkan, yang setiap hari pasti ada unsur budaya di hotel ini. Ada Ladosan Dhahar yang sering kita lakukan di bale kambang atasnya. Kerja sama dengan Prof. Gardjito dan dia memberikan saya tiga menu, dari yang kesukaan makanan HB II sampai HB IX. Itu masih asli (resepnya)," ujar Herman.

Mulai dari bir jawa, nasi pandan wangi, dendeng age, hingga zwaart zuur disajikan dalam paket menunya. Herman menceritakan ketika bale kambang digunakan sebagai tempat jamuan untuk para kepala delegasi G20 di Jogja.

"Waktu G20 pertama kali di Jogja, saya boleh bangga. Head of delegation-nya makan Ladosan Dhahar di atasnya bale kambang," ujarnya.

Selain untuk Ladosan Dhahar, bale kambang juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengadakan upacara Patehan atau tradisi minum teh tradisional Keraton. Kegiatan ini diawali dengan prosesi para abdi dalem yang mengenakan kostum adat Jawa dan kemudian menuangkan teh kepada para peserta.

"Setelah itu karena memang masih di bidang perhotelan, kita juga mulai beralih beberapa package apa yang bisa kita lakukan. Akhirnya kita punya Patehan, itu tea ceremony, caranya minum teh ala raja," ucap dia.

Masyarakat umum pun diperbolehkan untuk melihat-lihat lantai atas setelah mendapatkan izin dari abdi dalem. Terlepas dari itu, bale kambang juga memiliki lantai bawah yang menyuguhkan pemandangan indah dari taman sekitar.

Bale kambang ini dulunya digunakan sebagai tempat istirahat dan semedi Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kini bale kambang dikelola Hotel Royal Ambarrukmo sebagai tempat menjamu tamu, pendopo activities dan Ladosan Dhahar. Foto diambil Selasa (10/10/2023).Potret tangga menuju ke Bale kambang. Foto diambil Selasa (10/10/2023). Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja

Berdasarkan penuturan Public Relations Officer Royal Ambarrukmo, Aurel, lantai bawah bale kambang kerap digunakan sebagai lokasi foto pre-wedding.

"Kalau yang lantai bawah bale kambang ini sekarang sering dipakai sama orang-orang buat prewedding," katanya.

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Jihan Nisrina Khairani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(ams/ahr)

Hide Ads