Benteng Vredeburg di Kota Jogja merupakan salah satu saksi bisu masa penjajahan dahulu. Saat ini Benteng Vredeburg dijadikan museum yang bisa dikunjungi masyarakat untuk melihat dan belajar tentang peristiwa bersejarah bangsa Indonesia.
Peninggalan-peninggalan seperti bangunan hingga penjara masih berdiri kokoh di Museum Benteng Vredeburg. Simak informasinya di bawah ini.
Museum Benteng Vredeburg berada di lokasi strategis, yakni di kawasan Titik Nol Kilometer Kota Jogja atau di sisi selatan Jalan Malioboro, tepatnya di seberang Gedung Agung Istana Kepresidenan. Museum ini pun menarik banyak pengunjung lokal hingga mancanegara. Dengan harga tiket mulai dari Rp 1.000-Rp 10.000 sesuai usia, Museum Benteng Vredeburg sudah bisa dikunjungi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian berdiri sejak tahun 1760. Awalnya bernama 'Rustenburg' yang berarti peristirahatan. Benteng ini dibangun atas inisiasi Belanda dengan dalih menjaga keselamatan Raja Kesultanan Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Keraton. Di balik itu, Belanda memiliki alasan tersendiri, yakni agar mudah mengontrol perkembangan Keraton.
Saat diwawancarai detikJogja, Edukator Museum, Leni Novita (21) menjelaskan bahwa dahulu museum ini dibangun dengan bentuk yang sederhana, hanya terdiri dari tembok yang terbuat dari tanah dengan kayu pohon kelapa dan aren sebagai penyangga, dan atap yang terbuat dari ilalang untuk dijadikan tempat peristirahatan.
"Ini dibangun sebagai tempat peristirahatan. Namanya pun awalnya bukan Vredeburg, tapi Rustenburg, yang artinya tempat peristirahatan," jelas Leni, Rabu (4/10/2023).
Perubahan nama menjadi Vredeburg karena adanya gempa pada tahun 1867 yang mengakibatkan kerusakan pada sebagian bangunan benteng. Leni mengatakan bahwa saat itu terjadi perseteruan dengan Keraton yang menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan perbaikan pada bangunan utama yang roboh akibat gempa.
"Kemudian ada gempa, bangunan utama roboh dan hancur, tempatnya di halaman utama. Perbaikan tidak bisa dilakukan banyak karena ada perseteruan dengan Keraton juga," ujarnya.
Pada akhirnya benteng berganti nama menjadi Vredeburg yang berarti perdamaian. Leni menjelaskan bahwa setelah benteng mengalami pergantian nama, Belanda memakai beberapa ruangan untuk dijadikan tempat peristirahatan.
"Benteng perdamaian ini tetap dipakai Belanda untuk tempat peristirahatan, menampung satu pasukan setara letnan atau komandan. Setelah itu," ucap Leni.
Tidak berlangsung lama, Jepang masuk ke Indonesia dan menggeser posisi Belanda sebagai penjajah. Munculnya Jepang menjadi alasan adanya ruang penyiksaan di kompleks Benteng Vredeburg. Tanpa pandang bulu, Jepang melakukan penangkapan dan penyiksaan dalam ruangan yang berukuran kecil tersebut.
Memasuki masa kemerdekaan, benteng ini masih menjadi tempat peristirahatan sementara atau singgah. Leni pun bercerita bahwa sebelum dijadikan museum, Benteng Vredeburg sudah melalui tahap uji kelayakan yang dilakukan oleh lembaga budaya hingga pada akhirnya resmi menjadi museum pada 23 November 1992.
Koleksi dalam museum pun didapat melalui sumbangan individu, yayasan, kemudian dikelola dan diklasifikasikan sesuai rentan waktu kejadian. Selain itu, pengunjung juga akan disuguhkan dengan diorama-diorama yang merupakan koleksi adegan peristiwa sejarah sesuai rentan waktu kejadian.
Dalam brosur yang detikJogja dapatkan dari museum, terdapat 4 ruang berisikan diorama yang sudah diklasifikasi berdasarkan rentan waktu kejadian.
- Ruang diorama I terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak perang Diponegoro sampai masa kependudukan Jepang di Jogja (1825-1942).
- Ruang diorama II terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak awal kemerdekaan sampai Agresi Militer Belanda I (1945-1947).
- Ruang diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa Perjanjian Renville sampai Pengakuan Kedaulatan RIS (1948-1949).
- Ruang diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan periode Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai Masa Orde Baru (1950-1974).
"Benteng ini memiliki 4 diorama utama. Diorama 1 mencakup rentang waktu perlawanan Pangeran Diponegoro sampai awal kemerdekaan. Kemudian di diorama 2, awal kemerdekaan 1945 sampai 1947. Kita sesuaikan dengan perkembangan sekarang dengan menampilkan ruangan digital, jadi sejarahnya ditampilkan dengan cerita bergambar juga bersuara untuk menarik minat anak-anak mempelajari sejarah. Kemudian, diorama 3 ada dari tahun 1947 sampai 1950, fokus pada Serangan Umum 1 Maret. Ada juga diorama digitalnya. Diorama 4 rentang waktu 1950-era Orde Baru," jelasnya.
Jam Buka dan Harga Tiket
Museum Benteng Vredeburg buka Selasa-Minggu. Harga tiket bervariasi berdasarkan usia pengunjung. Berikut penjelasan lengkap mengenai jam buka dan harga tiket.
Jam Buka:
- Selasa s/d Kamis : 07.30 - 16.00 WIB
- Jumat : 07.30 - 16.00 WIB
- Sabtu s/d Minggu : 07.30 - 16.00 WIB
- Senin : TUTUP
Harga Tiket:
- Wisatawan mancanegara : Rp 10.000
- Wisatawan lokal
- Dewasa perorangan : Rp 3.000
- Dewasa rombongan : Rp 2.000
- Anak-anak perorangan: Rp 2.000
- Anak-anak rombongan : Rp 1.000
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
(rih/dil)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM