Konon, ada yang menyebut bahwa sosok yang dimakamkan itu bernama Mbah Jembrak yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro. Ada pula yang menyebut sebagai sosok sesepuh yang telah ada sejak sebelum Pasar Godean berdiri.
Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Godean, Eni Yuliyanti menuturkan keberadaan makam ini memang telah ada sejak lama. Bahkan makam ini telah ada sejak zaman kakek neneknya yang juga berjualan di Pasar Godean. Namun tidak diketahui jejak tahun makam ini.
"Makam itu kan sudah turun-temurun dari zaman simbah saya, zaman Belanda sudah ada. Namanya makam Mbah Jembrak, sudah meninggal dari dulu sebelum era simbah saya. Kami tidak tahu asal-usulnya dari mana dan kapan meninggalnya," jelas Eni saat dihubungi melalui telepon, Senin (19/8/2024).
![]() |
Eni merupakan generasi ketiga pedagang Pasar Godean. Dia juga sempat mendapatkan cerita dari kakek neneknya kala itu. Meski tak diketahui waktu meninggal, namun ada hari pasaran khusus di lingkungan Pasar Godean.
"Simbah saya dulu cerita memang tidak diketahui kapan meninggalnya, tapi harinya Jumat Pon. Pedagang dulu cuma tahu Mbah Jembrak meninggalnya hari Jumat Pon," ungkapnya.
Eni tak menyanggah sejumlah cerita yang beredar. Ini karena makam Mbah Jembrak memiliki beberapa versi. Termasuk nama aslinya adalah Pangeran Haryo Gagak Handoko yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro.
Dia juga menyebut ada warga yang mengaku masih menjadi trah dari Mbah Jembrak. Namun kebenaran ini juga belum terlalu kuat faktanya. Ini karena catatan sejarah maupun garis trah generasi memang tidak terdokumentasi.
"Banyak yang mengaku saudara di situ, tapi kelihatannya dari cerita simbah tidak ada saudara di sini. Justru diceritakan Mbah Jembrak itu orang luar, bibit bebetnya orang luar tinggal di situ lalu terbentuklah pasar," ujarnya.
Eni menuturkan ada dua nisan dalam makam Mbah Jembrak. Dua nisan ini disebut sebagai sepasang suami istri. Keberadaan nisan makam sudah ada semenjak Pasar Godean belum berdiri medio tahun 1983.
Pada era dahulu, sempat ada upaya pemindahan makam keluar area pasar. Namun usulan ini ditolak oleh sejumlah pedagang. Hingga akhirnya bertahan hingga saat ini dan masuk dalam proyek revitalisasi Pasar Godean.
"Pasar Godean ada itu antara 1983 atau 1985 dan makam itu sudah ada. Sepasang nisan suami istri. Cerita simbah memang dulu mau dipindah, tapi tidak perbolehkan dan sekarang jadi wisata religi," katanya.
Hingga kini masih ada sejumlah pedagang yang nyekar saat pasaran Jumat Pon. Kegiatan ini merupakan rutinitas yang berlangsung sejak era pedagang lama. Di sisi lain juga merawat keberadaan makam karena memang tidak ada juru kuncinya.
Beberapa kepercayaan juga masih dipegang teguh oleh sejumlah pedagang. Terutama saat hari pasaran Jumat Pon tiba. Jika pasar ramai, diyakini bahwa sosok Mbah Jembrak membantu para pedagang dalam berjualan.
"Itu keyakinan, kalau yakin bisa jadi masuk (meyakini). Simbah saya pesan, kalau Jumat Pon pasar ramai dari pagi berarti Mbah Jembrak bantu dari pagi sampai pagi, tapi kalau sepi ya sepi semua. Sekarang mungkin karena generasinya berbeda jadi yang meyakini saja," ujarnya.
Saat ini, makam Mbah Jembrak masuk dalam proyek revitalisasi Pasar Godean. Dinding tembok dibangun mengelilingi dua nisan makam. Fisik makam ini mulai terlihat apik dengan bangunan persegi yang mengelilingi sekitarnya.
detikJogja berusaha melihat lebih dekat kondisi makam ini. Dari luar hanya terlihat bangunan berbentuk persegi yang mengelilingi makam. Sementara pada sisi dalam terlihat kain putih yang menutupi nisan makam.
![]() |
"Itu makam tua, sudah lama sebelum ada pasar. Dua makam kakung dan setri (pria dan wanita) yang disebut sebagai Makam Mbah Jembrak," jelas warga sekitar, Antok Gendut saat ditemui di kompleks Pasar Godean sisi utara, Senin (5/8).
Posisi makam tua ini berada di sisi selatan Pasar Godean. Tepatnya berhadapan langsung dengan Jalan Godean. Hanya saja saat ini masih tertutup pagar seng karena proses revitalisasi Pasar Godean belum rampung.
Antok menceritakan pada awalnya makam berukuran 3x3 meter. Namun saat ini lebih luas setelah Pasar Godean direvitalisasi. Dia menuturkan bangunan dinding yang mengelilingi makam kini berukuran 5x5 meter.
Akses menuju makam juga turut diperbaiki. Sehingga peziarah dapat langsung masuk melalui sisi selatan yang berbatasan langsung dengan pedestrian. Sementara pada zaman dahulu masih terlihat berada di sisi dalam karena penataan los pasar kala itu.
"Nggak boleh dipindah jadi memang dari dulu di situ. Diperluas sekarang, mungkin kurang lebih 5x5 meter mengikuti desain pasar. Dulu kan di dalam pasar masuknya. Sekarang divariasi dari jalan langsung bisa masuk orang ziarah," jelasnya.
Antok kurang mengetahui sejarah awal munculnya makam. Keberadaannya bahkan sudah ada sejak sebelum Pasar Godean berdiri pada 1940-an. Namun di membenarkan bahwa kedua makam ini adalah makam Kyai Jembrak dan Nyai Jembrak.
Dalam sejumlah cerita yang dia dengar, sosok Mbah Jembrak adalah Pangeran Haryo Gagak Handoko. Sosok ini juga diketahui warga sekitar sebagai pengikut Pangeran Diponegoro. Diketahui pula sebagai pejuang pada era awal berdirinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Pengikut Diponegoro yang ketiga. Sejarahnya seperti itu. Iya beliau sesepuh Godean," pungkasnya.
(rih/dil)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa