Masyarakat memiliki tradisi nyadran yang dilakukan untuk menghormati leluhur dan menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini jamak dilakukan masyarakat Jawa, salah satunya di Sleman.
Rabu (19/2) siang, deretan los Pasar Wonosari, Padukuhan Saren, Ngemplak, yang sunyi perlahan riuh dengan kehadiran warga untuk melaksanakan tradisi nyadran. Bukan di makam, melainkan di pasar.
Di tengah riuh rendah itu, Titik Marwati (58), turun dari mobil sambil menenteng makanan. Sejurus kemudian dia mendongak ke atas. Langit begitu gelap saat ia tiba.
Bergegas dia tenteng keranjang penuh makanan yang dibawa dari rumah menuju los pasar sisi paling utara. Tak lupa jodhang atau wadah makanan yang terbuat dari kayu juga ikut dipapah. Tentunya dengan bantuan warga lain yang sudah lebih dulu tiba.
"Ini jodhang turun temurun dari mbah buyut saya. Warga lain untuk membawa makanan ada yang pakai tenong, baki, tenggok," ujar Titik saat berbincang dengan detikJogja, Rabu (19/2/2025).
![]() |
Dia tata tiga jodhang yang penuh makanan itu berjajar dengan tenggok makanan dan jodhang milik warga lainnya. Kemudian ditutupnya dengan selembar kain.
"Isinya macam-macam, ada nasi beserta lauknya. Masing-masing rumah beda, ada ingkung, ada jajanan pasar, kemudian buah. Nanti dibagikan ke warga," ujarnya.
Selesai, dia kemudian duduk persis di sebelah jodhang, bersama anggota keluarganya yang lain. Beruntung persiapannya selesai sebelum hujan mulai mengguyur.
"Dulu yang dibawa itu hasil bumi. Kalau sekarang ya menyesuaikan," katanya.
Siang itu, empat los pasar sudah penuh dengan warga. Tiga los diisi para ibu-ibu serta makanan yang dibawa. Sementara para bapak-bapak menempati los bagian tengah.
Lantunan selawat dari pengeras suara bersahut-sahutan dengan suara warga yang juga mengucapkan pujian senada. Ketika modin tiba, suara selawat mulai memudar. Berganti dengan doa-doa yang ditujukan kepada leluhur. Tanda upacara nyadran pasar dimulai.
Doa modin ditirukan ulang oleh warga, diakhiri dengan tangan menengadah serta ucapan 'amin'.
Doa selesai, kini pagelaran utama dimulai. Kain yang menutupi jodhang disingkap. Tersaji beragam makanan. Warga lantas bertukar makanan, saling mencicipi hidangan yang dibawa.
Warga mulai bergantian mencicipi makanan, menyesap teh panas, dan sejumlah bapak-bapak membakar kretek.
Nyadran pasar di Padukuhan Saren memang sudah jadi tradisi turun-temurun. Selalu dilakukan setiap tanggal 20 bulan Ruwah pada penanggalan Jawa. Diawali dengan membersihkan tiga makam di Padukuhan Saren dan diakhiri dengan sedekah bumi di Pasar Wonosari.
"Acara sadranan ini nguri-uri kebudayaan. Sadranan ini dilaksanakan tanggal 20 Ruwah. Tujuannya mendoakan leluhur orang tua kita yang meninggal agar arwahnya diterima," kata Dukuh Saren, Hadi Pandriyo.
![]() |
Pasar sejak zaman dahulu merupakan titik di mana masyarakat dari berbagai penjuru berkumpul. Bisa dibilang, pasar merupakan jalan tengah. Pun dengan Pasar Wonosari yang berada di pusat kampung.
"Nyadranan ini bisanya di makam, tapi karena kondisi tempat yang tidak mampu dan kebetulan makamnya ada tiga, ini dilaksanakan di pasar. Ini untuk menampung warga," jelas dia.
Hadi tak tahu pasti kapan tradisi nyadran pasar ini mulai ada. Namun, dia meyakini sudah sejak sebelum kampung Saren berdiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan masih lestari sampai saat ini," katanya.
Bukan hanya sekadar untuk mendoakan leluhur, melalui tradisi ini Hadi berharap nantinya akan semakin merekatkan warga. Lewat makanan yang dibawa oleh warga lalu memupuk kebersamaan dan berbagi terhadap sesama.
Jodhang dibawa oleh warga ini berisi makanan yang terbuat dari ketan, apem, dan kolak. Selain itu ada ingkung dan buah sebagai pelengkap uba rampe.
"Dilengkapi tumpengan, ada golong, ingkung, dan buah-buahan itu. Karena sifatnya sedekah untuk muji syukur kepada Yang Maha Kuasa tujuannya kita nikmati bersama, guyub, rukun, semua bisa merasakan yang sama, jadi kita nikmati bareng-bareng," ujarnya.
(apl/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu