Inovatif! Dosen Teknik Industri UGM Raup Cuan dari Bikin Mesin Batik

Inovatif! Dosen Teknik Industri UGM Raup Cuan dari Bikin Mesin Batik

Anandio Januar, Novi Vianita - detikJogja
Selasa, 03 Okt 2023 18:02 WIB
Dosen Teknik Industri UGM Andi Sudiarso pencipta mesin batik Butimo.
Dosen Teknik Industri UGM Andi Sudiarso pencipta mesin batik Butimo. (Foto: dok. Pribadi/Andi Sudiarso)
Jogja -

Batik Butimo merupakan salah satu industri batik yang berada di Pajangan, Bantul. Uniknya, Batik Butimo menggunakan mesin batik otomatis yang dirancang Dosen Teknik Industri Universitas Gadjah Mada (UGM).

Batik tulis tekno yang diciptakan Butimo dibuat dengan menggabungkan batik digital dengan batik manual. Dalam pengerjaan, batik tulis tekno masih menggunakan malam dan canting. Meski dibantu dengan mesin, proses manual masih diterapkan untuk tahap finishing-nya.

Mesin batik yang dinamai Butimo ini merupakan inovasi dari Dosen Teknik Industri UGM, Ir. Andi Sudiarso, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. Andi yang sudah memiliki bisnis batik warisan keluarga ini pun terpantik membuat inovasi bisnisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya keluarga sudah punya usaha batik sekitar tahun 1970-an, dilanjutkan ayah saya dan ketika beliau sakit, saya diminta melanjutkan usaha batik keluarga. Karena saya juga dari teknik mesin dan industri, maka kemudian melihat kondisi batik saat itu kami agak kesulitan mencari pembatik yang masih muda yang mau menjadi pembatik profesional, itu sudah sulit dan langka," cerita Andi saat dihubungi detikJogja, Senin (2/10/2023).

Andi menyebut harga batik tulis lebih mahal dari batik cap. Hal ini membuat harga batik tulis lebih mahal sehingga tak bisa dibeli berbagai kalangan. Lewat mesin batiknya, dia ingin menciptakan batik yang relatif lebih murah sehingga bisa dipakai berbagai kalangan.

ADVERTISEMENT

Andi kemudian merancang mesin batik sejak 2010 dengan alasan ingin mempersingkat waktu pengerjaan batik. Terlebih, sebagai pengusaha, Andi mulai merasakan sulitnya mencari pembatik.

"Mesin itu sebenarnya risetnya sudah lama. Kami risetnya itu hampir 10 tahun untuk bisa menghasilkan mesin yang komersial, yang standarnya sudah bagus," jelasnya.

Andi pun mengungkap keunggulan mesin Butimo. Di antaranya menghemat penggunaan malam sehingga lebih irit.

"Mesin pembatik lebih menghemat malam karena bisa mencegah penumpukan malam pada kain batik. Nah, kalau pakai mesin itu kan mesinnya besar sekali ukurannya 2,5 sampai 3,5 meter, itu mau dari ujung ke ujung dia nggak berhenti, jalan terus. Nggak ada tumpukan malam, sehingga kalau ditotal malamnya jadi lebih irit," tambahnya.

Selain menghemat lilin batik, mesin batik ini mampu menggantikan proses menggambar motif di kertas, penjiplakan pola di kain, dan proses mencanting. Seluruh proses ini jika dikerjakan secara manual bisa memakan waktu lama. Dengan mesin ini, Andi juga menerima jasa mencetak motif batik pada kain.

Proses membatik menggunakan mesin batik ini diawali dengan mendigitalkan desain baik. Kemudian desain itu dipindahkan ke komputer yang sudah terkoneksi pada mesin. Selanjutnya, desain batik akan dibaca dengan software yang menerjemahkan desain tersebut melalui mesin.

Setelah terbaca mesin, canting akan bergerak otomatis membuat pola desain pada media yang disediakan. Butimo bekerja menggunakan sistem computer numeric control (CNC) yang memungkinkan batik bisa dicetak pada medium kayu maupun kulit.

"Bahkan mesinnya itu bisa mengerjakan batik tidak hanya di kain, tapi bisa juga di kulit dan di kayu. Nanti ada batik kayu dan batik kulit untuk kerajinan," ucap Andi.

Andi mengaku sudah menjual 10 mesin Butimo buatannya, di mana satu mesin dia hargai Rp 150 juta. Beberapa pembeli Butimo berasal dari Solo, Banyumas, Semarang, Jogja, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, dan Lampung.

Meski telah menciptakan mesin dengan inovasi yang bagus, Andi mengaku masih menghadapi tantangan dari publik. Sebab, menurutnya, masih banyak yang tidak bisa menerima batik buatan mesin.

"Kendala yang pertama dari penerimaan masyarakat, karena mereka tahunya batik itu dibuat secara manual tanpa sentuhan teknologi, adanya teknologi ini menuai pro kontra di masyarakat. Kendala yang kedua karena ini pakai teknologi maka butuh transport teknologi untuk pasar yang membeli mesin jadi harus ada proses belajar ulang, atau mempelajari mesinnya gimana mengoperasikannya, gimana maintenance-nya," jelasnya.

Selengkapnya di halaman berikut.

Batik Butimo Produksi Pakaian-Terima Jasa Bikin Klowong

Dalam menjalankan bisnisnya, Andi dibantu belasan karyawan untuk mengelola Batik Butimo. Masing-masing karyawan memiliki tugasnya tersendiri.

"Kurang lebih sekarang sudah ada 12 (pegawai), jadi dua belas itu bagian produksi itu ada tiga orang, kemudian bagian desain batik ada satu orang, pembatiknya ada empat orang, kemudian bagian administrasi, sales, dan marketing juga ada tiga orang totalnya ada 12," jelasnya.

Aneka motif batik yang dibuat Butimo mulai dari motif kawung, sekar jagad, daun talas, sidomukti, abstrak dan masih banyak lagi. Andi pun menggandeng desainer khusus untuk membuat pola.

"Dari mitra perancang mode juga ada, jadi desainnya dikerjakan sekarang dengan digital, kemudian digunakan teknologi harapannya bisa menghasilkan produk dengan lebih cepat selesainya," ujar Andi.

Tak hanya menjual mesin batik maupun kain batik, Andi juga menerima jasa klowong yakni batik setengah jadi. Ada lebih dari 100 industri kecil menengah (IKM) yang menggunakan jasa ini untuk usahanya.

"Ada jasa klowong, klowong itu pembatikan motif utamanya dari IKM-IKM yang ada di seluruh Indonesia. Jadi mereka kalau belum bisa membeli mesinnya, mereka bisa menggunakan mesin yang ada di Butimo. Jadi, desainnya dikirim ke kami nanti kami cetakan, kemudian kami kirim balik setengah jadi ke mereka," jelasnya.

Di sisi lain, Batik Butimo juga menjual aneka produk pakaian wanita, pria, maupun pasangan (sarimbit). Produk Batik Butimo ini dipasarkan melalui galeri di toko maupun media sosial dan situs butimo.co.

"Kemudian untuk batik yang sudah jadi kain kami juga menjualnya baik di galeri di Butimo ini ada galeri lewat marketplace media sosial," ujarnya.

Tak hanya itu, batik produksi Butimo kini sudah eksis dan sering mengikuti berbagai pameran maupun festival.

"Pameran batik sendiri sudah pernah dilaksanakan di Solo, Bali, Jakarta, dan ke depan akan ada fashion show lagi di Jogja. Karena banyak event, biasanya yang terjual juga ada kenaikan," ujarnya.

Andi mengaku tengah menyiapkan pameran Inacraft di Jakarta Convention Center pada 4-8 Oktober 2023.

Lewat momen Hari Batik Nasional, Andi berharap batik terus menjadi identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Dia berharap batik akan terus dikembangkan dan dilestarikan.

"Harapan kami, batik ini sudah menjadi identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia yang tentunya kita semua ingin batik ini bisa terus digunakan, dikembangkan, dan lestari ke depannya," pungkasnya.


Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(ams/dil)

Hide Ads