Cerita Perajin Angklung Jogja, Pentas ke Mancanegara hingga Buka Toko

Cerita Perajin Angklung Jogja, Pentas ke Mancanegara hingga Buka Toko

Elisabeth Meisya, Galardialga Kustanto - detikJogja
Jumat, 22 Sep 2023 06:00 WIB
Angklung produksi Angklung Store Yogyakarta. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023).
Angklung produksi Angklung Store Yogyakarta. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023). Foto: Elisabeth Meisya/detikJogja
Jogja -

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Di Jogja, ada salah satu perajin angklung yang membagikan kisahnya pengalaman pentas angklung di luar negeri dan akhirnya membuka toko produksi angklung.

Adalah Asep Zery Kusmaya (35), perajin atau produsen angklung Angklung Store Yogyakarta. Asep adalah warga Ciamis, Jawa Barat. Ia menginjakkan kaki di Jogja karena saat kuliah ia menempuh pendidikan seni musik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

"Dari sanggar lalu punya grup itu pentas di Malaysia akhirnya, beberapa kali. Saya mengajar angklung di PGSD UNY sampai bisa ke Malaysia juga. Kalau Malaysia Singapura kayak ke Solo, waktu sering. Biasanya yang ngundang kadang Resepsi Diplomatik itu di KBRI, kadang pentas seni di depan Pasar Seni Malaysia. Kadang acara kementerian, waktu itu," kata Asep saat ditemui tim detikJogja pada Jumat (8/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus habis itu sampai saya dikasih undangan sama sebuah festival di Argentina waktu itu. Habis dari situ diliput di Amerika, Mexico, Argentina sendiri, terus mungkin teman-teman Kementerian Pariwisata denger mungkin ya, akhirnya seringlah sama Kemenpar ke luar ke London ke Bahrain sampai ke Argentina pernah ke negara konflik sama Kemenlu itu melatih korban perang," lanjut Asep.

Produsen angklung di Jogja. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023).Produsen angklung di Jogja. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023). Foto: Elisabeth Meisya/detikJogja

Kemudian ia mulai menggeluti usaha angklung tahun 2009. Diawali dari keinginan pribadi agar mendapat uang jajan tambahan. Awalnya pun Asep melakukan produksi sendiri, melainkan menjadi reseller angklung yang mana produknya berasal dari Bandung.

ADVERTISEMENT

Sebelum memproduksi angklung sendiri, lanjutnya, diawali dengan membuka jasa reparasi angklung pada tahun 2021 saat pandemi. Awalnya pun ia mempromosikan dan memasang usaha jasa reparasinya melalui Google Maps.

"Itu sejak Corona. Corona kan orang nggak masuk sekolah, dua tahun lho angklung pasti nggak terawat. Dan bener setelah itu wah banyak sekali (pesanannya). Itu antre (pesanan) dulu, tahun 2021, bikin iklan banyak banget. Kita kerjaan cuman ke kafe ngiklan lama," jelasnya.

Asep beserta istrinya kala itu, sampai setiap hari berkunjung ke salah satu kafe yang sama setiap harinya untuk mengiklankan usahanya tersebut. Alasan ia berkunjung setiap hari juga karena menunya yang terjangkau hingga ia memberikan hadiah kepada pemilik kafe sebagai rasa terima kasihnya.

"Sampai aku ngasih angklung lho sama yang punya kafe, gara-gara sering ngopi di situ. Kopinya kan Rp 6 ribu, murah itu. Dan lama juga sampai subuh kan (nongkrongnya)," ceritanya sambil tertawa.

Selengkapnya di halaman selanjutnya

Saat tim detikJogja berkunjung ke lokasi toko yang sekaligus menjadi hunian Asep beserta keluarganya pada Jumat (8/9), terlihat dua karyawan yang membantu memproduksi angklung. Asep juga berujar bahwa angklung yang dibawa dari Indonesia telah sampai ke negara-negara lain.

"Banyak sih pasti kalau saya keluar itu bawa angklung dan nggak bisa pulang, karena dibeli. Kalau angklung sudah ada di Argentina itu, terus ada di London, ada di Bahrain, India, Malaysia dah banyak banget. Itu yang lagi dijemur Raja Ampat," jelasnya sambil menunjuk angklung pesanan konsumen.

Angklung Store Yogyakarta, salah satu rumah produksi angklung di Jogja. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023).Angklung Store Yogyakarta, salah satu rumah produksi angklung di Jogja. Foto diunggah pada Selasa (19/9/2023). Foto: dok. Elisabeth Meisya/detikJogja

Keahliannya memproduksi alat musik angklung ia dapatkan dari belajar sendiri maupun menyerap ilmu dari orang lain.

"Ya belajar di jalan lah pokoknya, saya ketemu siapa terus ngobrol, praktik sedikit-sedikit terus jadi pengetahuan," imbuhnya.

Selain memiliki usaha angklung, Asep juga menjadi pengajar di beberapa SD, satu SLB, serta mengajar kelompok ibu-ibu olahraga, pecinta busana, serta tetangga-tetangga. Adapun alasan ia masih mempertahankan usaha angklung adalah karena peduli dengan warisan budaya Indonesia.

Toko yang dikelolanya tidak hanya melayani pemesanan angklung saja, tetapi juga melayani pengajaran, pembuatan, pertunjukan, pementasan, hingga perbaikan angklung. Namun untuk kegiatan tersebut, ia dibantu dengan timnya yang juga masih teman dekat Asep.

Produk angklungnya dapat dibeli melalui pemesanan online. Harganya bervariasi mulai dari Rp 450 ribu hingga Rp 17 juta.

Artikel ini ditulis oleh Galardialga Kustanto dan Elisabeth Meisya peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)

Hide Ads