Warga di Padukuhan Butuh Kidul, Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Bantul, dikenal memproduksi gula Jawa berbahan baku nira. Produksi masih tradisional, menggunakan batok kelapa sebagai cetakan.
Pantauan detikJogja, produksi gula Jawa ini dilakukan Kelompok Tani Ngudi Mulyo. Tampak beberapa ibu-ibu sedang menuangkan nira ke dalam wajan. Selanjutnya, ibu-ibu itu mengaduk nira hingga mengental.
Setelah adonan dirasa pas, salah seorang perempuan lanjut usia menggelar alas berbahan bambu yang beberapa bagiannya tampak bolong. Selanjutnya, adonan nira dimasukkan ke dalam batok kelapa dan didiamkan pada alas bambu tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, Rajiman (70) menjelaskan, sudah lama menggeluti pembuatan gula Jawa berbahan baku nira.
"Saya mengolah gula Jawa hanya meneruskan pekerjaan orang tua saya, sudah lama sekali saya ikut mengelola gula Jawa. Karena orang tua saya dulu pekerjaannya mengambil nira dan dijadikan gula Jawa," kata Rajiman kepada wartawan di rumah produksinya, Butuh Kidul, Selasa (25/7/2023).
![]() |
Namun, produksi gula Jawa di tempatnya terbatas karena pasokan nira yang sedikit akibat minimnya penyadap nira. Apalagi, Rajiman hanya memanfaatkan pohon kelapa miliknya sendiri untuk bahan baku.
"Produksi harian, rata-rata lima kilogram gula Jawa. Karena sekarang pemanjat pohon kelapanya sedikit," jelasnya.
"Saya ambil nira sendiri, punya sendiri, saya punya tujuh pohon. Nira banyak sedikit tergantung musim juga, kalau musim kemarau itu lebih baik kualitasnya dibanding saat musim hujan," ujarnya.
Gula Jawa produksinya ada dua jenis yakni murni dan campuran dengan harga yang berbeda.
"Kalau gula campuran, campuran gula pasir satu kilogram Rp 15 ribu, kalau yang asli Rp 30 ribu per kilogram," kata Rajiman.
"Perbedaan harga itu karena proses pembuatannya lebih lama dari nira. Kalau yang campuran cepat pembuatannya," lanjutnya.
![]() |
Menurutnya, membuat gula Jawa murni membutuhkan waktu sekitar dua jam.
"Satu kilogram gula Jawa itu membutuhkan 7 sampai 8 bumbung (bambu berisi nira). Sebenarnya dua jam sudah bisa jadi, tapi kan kita produksinya banyak jadi memakan waktu," ujarnya.
Untuk pemasaran, Rajiman mengaku menjualnya di pasar tradisional. Hasilnya terbilang cukup untuk pemasukan keluarga.
"Pemasarannya melalui pasar tradisional. Selain gula Jawa kita juga produksi legen," imbuhnya.
Sementara itu, pendamping UMKM Kalurahan Triwidadi, Irwan Supriyadi mengatakan para perajin gula Jawa di Triwidadi tetap melakukan produksi karena mempertahankan kualitas dan tradisi. Disebutnya gula Jawa yang dihasilkan berbeda dengan daerah lain.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Gula Jawa yang dihasilkan di Triwidadi ini lebih manis dibanding di tempat lain. Karena niranya berwarna putih agak kekuningan dan masih ada lebah madu kecil yang terendam di dalam nira saat diambil," ujar Irwan.
![]() |
Oleh sebab itu, dirinya menyebut gula Jawa buatan Triwidadi sebagai gula Jawa madu. Hal itu karena kerap terdapat madu di setiap nira yang diambil sehingga rasanya lebih manis.
"Sehingga ketika dijadikan gula Jawa, maka kami menyebutnya gula Jawa madu," ujarnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas